Semarang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus menggenjot pengembangan jumlah kawasan industri untuk mendorong pertumbuhan perekonomian seiring investasi yang terus menggeliat di wilayah tersebut.
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sumarno, di Semarang, Kamis, mengatakan bahwa kondisi wilayah Jateng cukup kondusif untuk menanamkan investasi.
Selain letak geografinya strategis, kata dia, tenaga kerjanya masih kompetitif sehingga memiliki prospek untuk investor dalam negeri maupun luar negeri.
"Kami mengajak semua untuk berinvestasi dan mengembangkan industri di Jateng," katanya, saat menghadiri rapat koordinasi nasional Himpunan Kawasan Industri (HKI).
Menurut dia, kawasan industri berperan penting dalam pertumbuhan industri di berbagai daerah, termasuk di Jateng.
Ia mengatakan bahwa kawasan industri memudahkan kegiatan industri, serta berdampak pada peningkatan perekonomian dan penyerapan tenaga kerja.
Karena itu, kata dia, Pemprov Jateng terus berupaya menarik investor untuk menanamkan atau mengembangkan usahanya di Jateng.
"Tetapi kami tidak bisa berjalan sendiri, sehingga butuh dukungan dan kolaborasi dengan HKI," kata Sumarno.
Hingga Juli 2024, Jateng punya tujuh kawasan industri potensial untuk calon investor, meliputi Kawasan Industri Kendal (KIK), Kawasan Industri Wijaya Kusuma (KIW), Kawasan Industri Jateng Land Industrial Park Sayung (JIPS).
Kemudian Kawasan Industri Bukit Semarang Baru (BSB), Kawasan Industri Grand Batang City (KITB), Kawasan Industri Batang Industrial Park (BIP), dan Kawasan Industri Aviarna.
Ke depan, rencananya juga akan dilakukan pembangunan kawasan industri di Kendal, Demak, dan Cilacap.
Berdasarkan data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jateng, realisasi investasi di provinsi tersebut pada 2023 sebesar Rp77,02 triliun, dengan serapan tenaga kerja mencapai 280.643 orang.
Sektor yang mendominasi investasi penanaman modal asing (PMA) 2023 adalah sektor industri barang dari kulit dan alas kaki, industri mesin, elektronik, instrumen kedokteran, industri tekstil, perumahan, kawasan industri dan perkantoran, serta sektor industri mineral non logam.
Investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) didominasi sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi, sektor perumahan, kawasan industri dan perkantoran, jasa lainnya, sektor industri makanan, dan perdagangan reparasi.
Sementara itu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang dalam sambutannya secara virtual mengatakan bahwa kawasan industri di Jateng memiliki okupansi sebesar 70,43 persen dengan total luas kawasan industri 4,595 hektare.
"Agar industri terus maju, kawasan industri harus bisa bertransformasi dengan memadukan konsep pemanfaatan teknologi yang berwawasan lingkungan," katanya.
Dengan begitu, lanjut dia, akan berdampak pada meningkatnya daya saing investasi, sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
Baca juga: PT VCI gelontorkan investasi di Kota Semarang Rp180 miliar
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sumarno, di Semarang, Kamis, mengatakan bahwa kondisi wilayah Jateng cukup kondusif untuk menanamkan investasi.
Selain letak geografinya strategis, kata dia, tenaga kerjanya masih kompetitif sehingga memiliki prospek untuk investor dalam negeri maupun luar negeri.
"Kami mengajak semua untuk berinvestasi dan mengembangkan industri di Jateng," katanya, saat menghadiri rapat koordinasi nasional Himpunan Kawasan Industri (HKI).
Menurut dia, kawasan industri berperan penting dalam pertumbuhan industri di berbagai daerah, termasuk di Jateng.
Ia mengatakan bahwa kawasan industri memudahkan kegiatan industri, serta berdampak pada peningkatan perekonomian dan penyerapan tenaga kerja.
Karena itu, kata dia, Pemprov Jateng terus berupaya menarik investor untuk menanamkan atau mengembangkan usahanya di Jateng.
"Tetapi kami tidak bisa berjalan sendiri, sehingga butuh dukungan dan kolaborasi dengan HKI," kata Sumarno.
Hingga Juli 2024, Jateng punya tujuh kawasan industri potensial untuk calon investor, meliputi Kawasan Industri Kendal (KIK), Kawasan Industri Wijaya Kusuma (KIW), Kawasan Industri Jateng Land Industrial Park Sayung (JIPS).
Kemudian Kawasan Industri Bukit Semarang Baru (BSB), Kawasan Industri Grand Batang City (KITB), Kawasan Industri Batang Industrial Park (BIP), dan Kawasan Industri Aviarna.
Ke depan, rencananya juga akan dilakukan pembangunan kawasan industri di Kendal, Demak, dan Cilacap.
Berdasarkan data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jateng, realisasi investasi di provinsi tersebut pada 2023 sebesar Rp77,02 triliun, dengan serapan tenaga kerja mencapai 280.643 orang.
Sektor yang mendominasi investasi penanaman modal asing (PMA) 2023 adalah sektor industri barang dari kulit dan alas kaki, industri mesin, elektronik, instrumen kedokteran, industri tekstil, perumahan, kawasan industri dan perkantoran, serta sektor industri mineral non logam.
Investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) didominasi sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi, sektor perumahan, kawasan industri dan perkantoran, jasa lainnya, sektor industri makanan, dan perdagangan reparasi.
Sementara itu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang dalam sambutannya secara virtual mengatakan bahwa kawasan industri di Jateng memiliki okupansi sebesar 70,43 persen dengan total luas kawasan industri 4,595 hektare.
"Agar industri terus maju, kawasan industri harus bisa bertransformasi dengan memadukan konsep pemanfaatan teknologi yang berwawasan lingkungan," katanya.
Dengan begitu, lanjut dia, akan berdampak pada meningkatnya daya saing investasi, sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
Baca juga: PT VCI gelontorkan investasi di Kota Semarang Rp180 miliar