Semarang (ANTARA) - Pengobatan di dunia medis saat ini kian berkembang seiring dengan makin banyaknya cara dan metode baru dalam proses penyembuhan berbagai penyakit, termasuk pengobatan kanker darah.

Secara umum, kanker daerah di dalam dunia medis terbagi dalam tiga jenis yakni limfoma, myeloma, dan leukimia. Kanker darah sendiri disebabkan oleh disfungsi di dalam pertumbuhan dan perilaku sel, sehingga menyebabkan kelebihan sel darah putih yang diproduksi sumsum tulang yang kemudian mengarah ke kanker.

Selama bertahun-tahun, diagnosis kanker darah terus mengalami inovasi sehingga dalam sejumlah kasus, pemeriksaan sumsum tulang belakang mungkin tidak diperlukan untuk mengobati kanker darah. Padahal, 30 tahun lalu, pemeriksaan sumsum tulang belakang perlu dilakukan untuk mengkonfirmasi leukemia.

Apalagi di tengah kemajuan teknologi medis saat ini, telah muncul berbagai jenis pengobatan dan teknologi terbaru bagi pasien kanker daerah sehingga dapat meningkatkan angka kesembuhan dan harapan hidup pasien. Salah satu klinik pengobatan kanker yang memperkenalkan dan menyediakan tim multidisiplin, pengobatan terbaru untuk kanker darah dan berbagai penyakit kanker lainnya adalah Parkway Cancer Center (PCC).

Lantas apa saja pengobatan dan inovasi terbaru yang dapat meningkatkan harapan hidup serta kesembuhan para pasien kanker darah?

1.    Antibodi Monoklonal
Dr Teo Cheng Peng, ahli hematologi dan onkologi, Konsultan Senior di Parkway Cancer Centre mengatakan, pasien bisa menjalani pengobatan baru seperti antibodi monoklonal yang menawarkan hasil lebih baik daripada pengobatan dengan kemoterapi.  

Antibodi monoklonal adalah sel-sel imun yang dibuat di laboratorium yang mencari dan melekat pada sebuah protein, biasanya di permukaan sel kanker darah. Ia kemudian membunuh sel kanker dengan atau tanpa bantuan dari sel-sel imun pasien sendiri.

Selain itu, Dr Teo juga menyebutkan beberapa jenis kanker, seperti mieloid kronis/chronic myeloid leukaemia (CML) dapat didiagnosis hanya dengan sampel darah. CML ditandai dengan kelainan kromosom yang dapat dideteksi dengan analisis sitogenetik, yaitu analisis kromosom pada darah, ketika jumlah sel darah putih total sangat tinggi.

“Jika analisis sitogenetika memperlihatkan ketidaknormalan tersebut. , kemungkinan tidak perlu lagi melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang,” terangnya.

Penemuan penanda molekuler untuk kanker, ketersediaan analisis sitogenetika dan pemeriksaan baru lainnya, serta kelas obat yang dikenal sebagai penghambat tirosin kinase, membuat beberapa orang dapat disembuhkan dari chronic myeloid leukaemia (CML) dengan menggunakan obat-obatan. Padahal sebelumnya, hanya transplantasi sel punca yang dapat mengobati leukemia jenis ini. 
 
2.    Immunoterapi
Sementara itu, Dr Colin Phipps Diong, Konsultan Senior, ahli hematologic dan oncologi di Parkway Cancer Centre, memperkenalkan modalitas imunoterapetik yang lebih baru, seperti pengikat sel T bispesifik dan penghambat checkpoint.

Menurutnya, sebagian besar pengobatan imunoterapi cukup aman, dapat ditoleransi, dan dapat digunakan pada pasien-pasien usia lanjut dimana kemoterapi akan dihindari.

“Tentu saja, lebih baru tidak selalu berarti lebih baik,” ia mengingatkan. “Seringkali respons yang sangat baik berasal dari gabungan: imunoterapi plus kemoterapi.”

"Ini adalah bidang yang terus berkembang, dengan banyak zat baru yang sedang diuji secara klinis. Angka kesembuhan telah mengalami peningkatan dan terus membaik," tambahnya.  

3.    Terapi CAR T  
Selain menggunakan antibodi monoklonal, bentuk baru pengobatan kanker darah adalah terapi sel chimeric antigen receptor (CAR) T. Pengobatan dengan terapi CAR T menjadi harapan baru bagi para pasien kanker darah karena memiliki tingkat kesuksesan yang cukup menjanjikan, meski bukan suatu terapi yang penuh keajaiban.  

Pendapat tersebut diutarakan Dr Lucas Chan, Chief Scientific Officer di Stem Med, yaitu sebuah perusahaan yang terkait dengan Parkway Cancer Centre. Dr Chan, yang turut serta dalam pengobatan orang pertama di dunia yang diberikan terapi sel CAR-T.

Menurut Dr Lucas Chan, terapi Sel CAR-T telah menunjukkan efektivitasnya pada beberapa jenis kanker darah tertentu, seperti leukemia limfoblastik akut sel B, limfoma sel B derajat tinggi, dan mieloma ganda.  

Meski demikian, masih ada efek samping yang serius dari penggunaan terapi tersebut. Salah satunya adalah sindrom pelepasan sitokin, yang disebabkan pelepasan sitokin (zat kekebalan tubuh) dalam jumlah besar dan cepat ke dalam darah dari sel-sel imun yang terkena imunoterapi.  

"Efek samping lainnya adalah neurotoksisitas, dan para ilmuwan masih terus memahami mekanismenya. Ini adalah bidang yang berkembang dengan cepat dan ada banyak hal yang belum diketahui oleh para ilmuwan dan dokter," jelas Dr Chan.  

Selain kanker darah, terdapat juga gangguan darah bawaan yang disebabkan oleh gen tidak normal yang disebut Thalasemia. Namun, mendiagnosa kelainan darah thalasemia tidaklah semudah yang dipikirkan oleh banyak dokter dan bergantung kepada pemeriksaan darah sederhana dapat melewatkan orang yang memiliki ciri-ciri thalasemia.

Dr Anselm Lee, dokter spesialis hematologi-onkologi anak di Parkway Cancer Centre (PCC) menjelaskan diagnosa thalasemia biasanya diawali dengan pemeriksaan darah, dengan beberapa pemeriksaan lanjutan bagi para pasien yang memperlihatkan nilai mean cell volume (MCV) yang rendah pada darah mereka.  

Namun, tidak semua thalasemia memiliki nilai MCV yang rendah. Oleh karena itulah, dia mengingatkan kepada para dokter agar berhati-hati dalam menyatakan sehat atau tidaknya seorang pasien.  

"Jangan pernah mengatakan kepada pasien 'Anda tidak menderita thalasemia' hingga Anda memiliki semua buktinya," ucap Dr Lee.  

Kelainan ini memiliki dua varian: thalasemia minor dan thalasemia mayor. Pada thalasemia minor, dampaknya kecil pada kegiatan sehari-hari dan kebanyakan orang yang menderita kelainan ini tidak menyadari jika mereka memilikinya.  

Sebuah penelitian di Italia bahkan menunjukkan, orang yang menderita thalasemia minor bisa jadi memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk terkena serangan jantung. Namun, yang mengkhawatirkan adalah bila dua orang yang menderita thalasemia minor menikah, kemungkinan mereka akan memiliki anak yang menderita thalasemia mayor, yaitu suatu kelainan medis yang parah.
 

Pewarta : rilis
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024