Semarang (ANTARA) -
BPJS Kesehatan terus berupaya meningkatkan mutu dan kualitas layanan kepada peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) salah satunya melalui implementasi validasi sidik jari (fingerprint) dan SEP Elektronik.
 
"Berbagai inovasi terus kami lakukan untuk menunjang operasional pelayanan peserta yang bermutu di seluruh Indonesia. Salah satunya melalui implementasi validasi sidik jari (fingerprint) dan SEP Elektronik,” kata Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan BPJS Kesehatan Lily Kresnowati.
 
Hal itu disampaikan Lily yang didampingi Direktur Perencanaan dan Pengembangan BPJS Kesehatan Mahlil Ruby usai memberikan penghargaan kepada RSUP Dr. Kariadi Semarang dan RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah Denpasar sebagai rumah sakit vertikal pionir yang telah mengimplementasikan validasi sidik jari dan SEP elektronik secara menyeluruh, Jumat (24/3). 
 
Penghargaan diterima langsung oleh Direktur RSUP Dr. Kariadi Semarang, Farichah Hanum dan Direktur RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah Denpasar Agustinus Pasalli.
 
Lily menjelaskan implementasi validasi sidik jari dan SEP elektronik diyakini mampu memberikan manfaat kecepatan pelayanan administrasi bagi peserta JKN, mencegah terjadinya penyalahgunaan kartu JKN oleh orang-orang yang tidak berhak dan mengurangi beban operasional rumah sakit serta menjaga kelestarian alam/lingkungan melalui pengurangan penggunaan kertas (paperless).
 
Tahap awal, implementasi validasi sidik jari diberlakukan untuk empat jenis pelayanan, yakni hemodialisa, rehabilitasi medik, mata dan jantung. Sempat terhenti karena pandemi COVID-19, per November 2021, pihaknya kembali mengimplementasikan prosedur tersebut untuk seluruh layanan.
 
“Transformasi mutu layanan merupakan bentuk keseriusan BPJS Kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada peserta JKN. Salah satu buktinya adalah pembentukan unit khusus untuk perbaikan mutu pelayanan baik di tingkat pusat, kedeputian wilayah maupun kantor cabang BPJS Kesehatan,” kata Lily.
 
Saat ini dari total 2.942 FKRTL yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, tercatat 672 FKRTL yang sudah mengimplementasikan validasi sidik jari untuk seluruh layanan atau sebesar 22,48 persen, sementara itu, dari total sebanyak 33.691 poli di FKRTL, baru 11.229 poli yang sudah mengimplementasikan validasi sidik jari atau 33 persen poli FKRTL.
 
Lily berharap dukungan dan komitmen dari seluruh FKRTL untuk implementasi validasi sidik jari dan SEP elektronik bahkan diperluas untuk seluruh layanan yang diberikan kepada peserta JKN. Tujuan utama adalah memberikan kemudahan bagi peserta tanpa mengabaikan akuntabilitas pembiayaan.
 
Direktur RSUP Dr. Kariadi Semarang Farichah Hanum menyebut dengan adanya SEP Elektronik, banyak sisi positif yang dirasakan oleh RSUP Dr. Kariadi Semarang. Pertama, validasi pasien JKN ini dapat lebih dipertanggungjawabkan dan dimanfaatkan oleh yang berhak. 
 
Kedua, memberikan efisiensi dalam pemanfaataan sarana prasarana dari FKRTL. Ketiga, efisiensi waktu karena proses koding dan pengelompokan INA-CBG tidak perlu menunggu pengembalian SEP manual. Sedangkan dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM), dengan adanya validasi sidik jari peserta dan SEP Elektronik, petugas FKRTL dapat bertugas lebih efektif.
 
“Sejauh ini dengan penggunaan SEP manual pada instalasi rawat jalan membutuhkan kertas paling tidak 41.000-42.000 lembar per bulannya, sedangkan pada rawat inap menghabiskan rata-rata 4.000 kertas per bulannya. SEP Elektronik ini menjadi bagian efisiensi material,” kata Hanum.
 
Dia berharap, sinergi dan integrasi antara FKRTL dan BPJS Kesehatan terus ditingkatkan sebagai bentuk pengabdian kepada bangsa dan negara khususnya memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang berkualitas, komprehensif, mudah, cepat, tidak ribet dan tidak diskriminasi.

Pewarta : KSM
Editor : Nur Istibsaroh
Copyright © ANTARA 2024