Semarang (ANTARA) - Ketika kita bertanya akan sosok guru yang ideal, maka jawaban dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemendikbudristekdikti) Nadiem Makarim bisa menjadi pedoman bahwa guru terbaik adalah guru yang tak pernah berhenti belajar.
Pascapandemi, dunia pendidikan membutuhkan guru-guru yang memiliki daya juang (resilience) yang tinggi serta mampu beradaptasi dengan segala perubahan zaman, karena yang diajar memang adalah murid yang dipersiapkan untuk menghadapi tantangan pada masanya.
Dibutuhkan guru yang mampu menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif, dan proaktif.
Selain itu, guru juga harus mampu mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila.
Salah satu bentuk tanggung jawab pemerintah dalam hal ini adalah Kemendikbudristekdikti untuk mencetak guru-guru yang memiliki seperti kriteria tersebut adalah dengan menciptakan Program Pendidikan Guru Penggerak.
Baca juga: Menggali potensi melalui Program Sejati
Alasan harus Guru Penggerak
Jika ada pertanyaan kenapa harus melalui Guru Penggerak? Maka jawabannya adalah karena melalui sistem pendidikan yang ada di dalam program tersebut, guru-guru diberi pelatihan dan mindset baru mengenai nilai-nilai yang harusnya dimiliki oleh guru di era globalisasi seperti sekarang ini. Nilai-nilai tersebut adalah:
Pertama, berpihak pada murid: Seorang guru harus memberikan pembelajaran yang berpihak pada murid, artinya memenuhi unsur perkembangan siswa tanpa harus membuat siswa tertekan untuk mempelajarinya.
Melalui program tersebut, guru dilatih untuk dapat memfasilitasi murid sesuai dengan minat dan bakatnya atau biasa disebut dengan diferensiasi pembelajaran. Selain itu guru juga harus mampu mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan dan mampu mengoptimalkan kemandirian pembelajaran muridnya.
Kedua, mandiri: sebagai guru penggerak maka di dalam pelatihannya juga dibiasakan untuk secara mandiri meningkatkan kompetensinya, karena sifat ilmu pengetahuan terus berkembang.
Melalui semangat kemandirian, secara tidak langsung guru juga telah memberikan inspirasi dan contoh nyata kepada murid-muridnya dalam rangka meningkatkan nilai dirinya. Lebih dari itu, unsur kemandirian juga merupakan sikap profesionalisme seorang pendidik yang eksistensi profesinya sudah diakui oleh negara.
Baca juga: Pemkab Cilacap gelar rapat dengan pemangku kepentingan dalami Rapor Pendidikan
Ketiga, inovatif: sebagai seorang pendidik, guru haruslah mampu selalu menciptakan inovasi yang bisa menggerakkan semangat belajar muridnya. Termasuk di dalamnya mengikuti perkembangan zaman agar pembelajaran menarik dan mudah diterima. Metode pembelajaran yang tidak monoton mampu membuat siswa mengeluarkan potensi yang terpendam serta melahirkan pembelajar sepanjang hayat yang bisa selalu menerima perubahan ke arah positif.
Keempat, kolaboratif: Hidup di abad 21 tidak cukup hanya memikirkan masalah persaingan semata. Justru, orang-orang sukses di abad ini adalah orang-orang yang bisa bekerja sama atau berkolaborasi dengan berbagai kepentingan. Guru harus mampu beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif dengan yang lain. Di dalam Pendidikan Guru Penggerak para guru diajarkan untuk membangun hubungan kerja yang positif dengan semua pihak demi pengembangan proses pembelajaran. Selalu berupaya menjalin kerjasama dan komunikasi dengan murid, wali murid, teman sejawat, komite sekolah maupun komunitas pendidikan lainnya.
Kelima, reflektif: berpikiran terbuka atas pencapaian pribadi menjadi penting untuk dilakukan. Melalui refleksi guru mampu mengetahui terhadap apa yang sudah dilakukan ditinjau dari sisi kelebihan maupun kekurangannya.
Melalui refleksi baik yang melibatkan orang lain maupun yang dilakukan secara pribadi, guru dapat melakukan perbaikan pada langkah berikutnya serta mengembangkannya dalam dunia pendidikan.
Guru menjadi ujung tombak revolusi pendidikan ke arah hal yang lebih baik lagi. Guru haruslah terus belajar, banyak bertanya, banyak mencoba, dan tentu saja harus banyak karya, sehingga mampu mengemban amanat sebagai unsur utama dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia dan juga mampu menginspirasi murid dan bangsanya.
Baca juga: ANTARA Jateng bersama Tanoto Foundation latih para guru menulis feature
Muhchamad Haris Tarmidi
Pengajar Praktik Guru Penggerak Angkatan 5; Fasilitator Program Pintar Tanoto Foundation; Guru SDN 1 Puguh, Kab. Kendal.
Pascapandemi, dunia pendidikan membutuhkan guru-guru yang memiliki daya juang (resilience) yang tinggi serta mampu beradaptasi dengan segala perubahan zaman, karena yang diajar memang adalah murid yang dipersiapkan untuk menghadapi tantangan pada masanya.
Dibutuhkan guru yang mampu menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif, dan proaktif.
Selain itu, guru juga harus mampu mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila.
Salah satu bentuk tanggung jawab pemerintah dalam hal ini adalah Kemendikbudristekdikti untuk mencetak guru-guru yang memiliki seperti kriteria tersebut adalah dengan menciptakan Program Pendidikan Guru Penggerak.
Baca juga: Menggali potensi melalui Program Sejati
Alasan harus Guru Penggerak
Jika ada pertanyaan kenapa harus melalui Guru Penggerak? Maka jawabannya adalah karena melalui sistem pendidikan yang ada di dalam program tersebut, guru-guru diberi pelatihan dan mindset baru mengenai nilai-nilai yang harusnya dimiliki oleh guru di era globalisasi seperti sekarang ini. Nilai-nilai tersebut adalah:
Pertama, berpihak pada murid: Seorang guru harus memberikan pembelajaran yang berpihak pada murid, artinya memenuhi unsur perkembangan siswa tanpa harus membuat siswa tertekan untuk mempelajarinya.
Melalui program tersebut, guru dilatih untuk dapat memfasilitasi murid sesuai dengan minat dan bakatnya atau biasa disebut dengan diferensiasi pembelajaran. Selain itu guru juga harus mampu mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan dan mampu mengoptimalkan kemandirian pembelajaran muridnya.
Kedua, mandiri: sebagai guru penggerak maka di dalam pelatihannya juga dibiasakan untuk secara mandiri meningkatkan kompetensinya, karena sifat ilmu pengetahuan terus berkembang.
Melalui semangat kemandirian, secara tidak langsung guru juga telah memberikan inspirasi dan contoh nyata kepada murid-muridnya dalam rangka meningkatkan nilai dirinya. Lebih dari itu, unsur kemandirian juga merupakan sikap profesionalisme seorang pendidik yang eksistensi profesinya sudah diakui oleh negara.
Baca juga: Pemkab Cilacap gelar rapat dengan pemangku kepentingan dalami Rapor Pendidikan
Ketiga, inovatif: sebagai seorang pendidik, guru haruslah mampu selalu menciptakan inovasi yang bisa menggerakkan semangat belajar muridnya. Termasuk di dalamnya mengikuti perkembangan zaman agar pembelajaran menarik dan mudah diterima. Metode pembelajaran yang tidak monoton mampu membuat siswa mengeluarkan potensi yang terpendam serta melahirkan pembelajar sepanjang hayat yang bisa selalu menerima perubahan ke arah positif.
Keempat, kolaboratif: Hidup di abad 21 tidak cukup hanya memikirkan masalah persaingan semata. Justru, orang-orang sukses di abad ini adalah orang-orang yang bisa bekerja sama atau berkolaborasi dengan berbagai kepentingan. Guru harus mampu beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif dengan yang lain. Di dalam Pendidikan Guru Penggerak para guru diajarkan untuk membangun hubungan kerja yang positif dengan semua pihak demi pengembangan proses pembelajaran. Selalu berupaya menjalin kerjasama dan komunikasi dengan murid, wali murid, teman sejawat, komite sekolah maupun komunitas pendidikan lainnya.
Kelima, reflektif: berpikiran terbuka atas pencapaian pribadi menjadi penting untuk dilakukan. Melalui refleksi guru mampu mengetahui terhadap apa yang sudah dilakukan ditinjau dari sisi kelebihan maupun kekurangannya.
Melalui refleksi baik yang melibatkan orang lain maupun yang dilakukan secara pribadi, guru dapat melakukan perbaikan pada langkah berikutnya serta mengembangkannya dalam dunia pendidikan.
Guru menjadi ujung tombak revolusi pendidikan ke arah hal yang lebih baik lagi. Guru haruslah terus belajar, banyak bertanya, banyak mencoba, dan tentu saja harus banyak karya, sehingga mampu mengemban amanat sebagai unsur utama dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia dan juga mampu menginspirasi murid dan bangsanya.
Baca juga: ANTARA Jateng bersama Tanoto Foundation latih para guru menulis feature
Muhchamad Haris Tarmidi
Pengajar Praktik Guru Penggerak Angkatan 5; Fasilitator Program Pintar Tanoto Foundation; Guru SDN 1 Puguh, Kab. Kendal.