Boyolali (ANTARA) - Dinas Peternakan Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah menyebutkan 15 ekor sapi milik seorang peternak di Desa Singosari Kecamatan Mojosongo dinyatakan positif terjangkit penyakit mulut dan kuku.
"Ada 15 ekor sapi yang sudah terkonfirmasi laboratorium. Dari 15 ekor itu diambil sampel 10 ekor tes laboratorium dan hasilnya positif," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Disnakkan Kabupaten Boyolali drh Aviany Rifdania saat penanganan pengobatan ternak terjangkiti penyakit mulut dan kuku di Desa Singosari di Boyolali, Selasa.
Menurut dia, secara otomatis lima di antara 15 ekor yang masih satu kandang tersebut tertular karena tingkat penularan PMK cepat, yakni antara 90 hingga 100 persen.
Ia menyebut 15 ekor sapi terjangkit PMK karena gejalanya sama.
Dengan ditemukan 15 ekor sapi yang dinyatakan positif PMK di Desa Singosari, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali itu, pihaknya melakukan tiga hal, yakni pengobatan kepada sapi yang terjangkiti.
Virus itu, katanya, sebenarnya tidak ada obatnya, akan tetapi pihaknya menggunakan obat-obatan sportif atau vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh hewan sapi.
"Kami memberikan vitamin A, D, E ikut-ikutan seperti penangan kasus COVID-19, karena suhunya tinggi hewan diberikan obat penurun panas hewan ternak dan diberikan antibiotik untuk infeksi sekunder," kata dia.
Langkah kedua, melakukan isolasi terhadap hewan sapi yang terjangkiti agar jangan sampai dibawa keluar atau dijual dan sebagainya.
"Atau ada sapi masuk kandang ini, tidak boleh. Jadi untuk sementara diisolasi agar tidak menular ke ternak lainnya," katanya.
Langkah ketiga "biosecurity", antara lain pembersihan kotoran hewan ternak dengan disemprot disinfektan dan membatasi lalu lintas ternak.
Penyakit mulut dan kuku pada ternak sapi menyebabkan hewan menjadi kurus karena tidak mau makan, otomatis yang sapi perah produksi susu menjadi turun.
Kepala Disnakkan Kabupaten Boyolali Lucia Dyah Suciati mengaku sudah mendengar kabar serangan PMK terhadap sapi di sejumlah kabupaten di Jawa Timur sebelum Lebaran.
Pihaknya sudah melakukan komunikasi guna pengamanan di wilayah Boyolali.
Namun, salah satu peternak di Desa Singosari Mojosongo telah melaporkan ke Puskeswan Mojosongo pada Sabtu ( 7/5), adanya dua ekor sapi terkonfirmasi kasus PMK.
Dari semula yang dilaporkan dua ekor sapi, setelah dicek di kandang menunjukkan 15 ekor sapi pembelian dari Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jateng yang semua menunjukkan gejala klinis terkena PMK.
Pihaknya kemudian melakukan pengambilan sampel dan sekaligus pengobatan terhadap seluruh ternak sapi. Dari pengujian sampel di laboratorium, hasilnya keluar pada Senin (9/5), di mana 15 ekor sapi positif PMK.
Disnakkan Boyolali langsung melakukan sosialisasi kepada seluruh kepala desa dan peternak untuk menutup seluruh pasar hewan, sebagai antisipasi agar tidak memunculkan wabah yang lebih besar.
Dia mengatakan hampir semua warga di desa di Boyolali memiliki ternak sapi.
"Jadi harus gerak cepat. Lebih dari itu, seluruh peternak diminta tidak melakukan pembelian, dan apalagi adanya dengan harga yang murah," kata dia.
"Ada 15 ekor sapi yang sudah terkonfirmasi laboratorium. Dari 15 ekor itu diambil sampel 10 ekor tes laboratorium dan hasilnya positif," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Disnakkan Kabupaten Boyolali drh Aviany Rifdania saat penanganan pengobatan ternak terjangkiti penyakit mulut dan kuku di Desa Singosari di Boyolali, Selasa.
Menurut dia, secara otomatis lima di antara 15 ekor yang masih satu kandang tersebut tertular karena tingkat penularan PMK cepat, yakni antara 90 hingga 100 persen.
Ia menyebut 15 ekor sapi terjangkit PMK karena gejalanya sama.
Dengan ditemukan 15 ekor sapi yang dinyatakan positif PMK di Desa Singosari, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali itu, pihaknya melakukan tiga hal, yakni pengobatan kepada sapi yang terjangkiti.
Virus itu, katanya, sebenarnya tidak ada obatnya, akan tetapi pihaknya menggunakan obat-obatan sportif atau vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh hewan sapi.
"Kami memberikan vitamin A, D, E ikut-ikutan seperti penangan kasus COVID-19, karena suhunya tinggi hewan diberikan obat penurun panas hewan ternak dan diberikan antibiotik untuk infeksi sekunder," kata dia.
Langkah kedua, melakukan isolasi terhadap hewan sapi yang terjangkiti agar jangan sampai dibawa keluar atau dijual dan sebagainya.
"Atau ada sapi masuk kandang ini, tidak boleh. Jadi untuk sementara diisolasi agar tidak menular ke ternak lainnya," katanya.
Langkah ketiga "biosecurity", antara lain pembersihan kotoran hewan ternak dengan disemprot disinfektan dan membatasi lalu lintas ternak.
Penyakit mulut dan kuku pada ternak sapi menyebabkan hewan menjadi kurus karena tidak mau makan, otomatis yang sapi perah produksi susu menjadi turun.
Kepala Disnakkan Kabupaten Boyolali Lucia Dyah Suciati mengaku sudah mendengar kabar serangan PMK terhadap sapi di sejumlah kabupaten di Jawa Timur sebelum Lebaran.
Pihaknya sudah melakukan komunikasi guna pengamanan di wilayah Boyolali.
Namun, salah satu peternak di Desa Singosari Mojosongo telah melaporkan ke Puskeswan Mojosongo pada Sabtu ( 7/5), adanya dua ekor sapi terkonfirmasi kasus PMK.
Dari semula yang dilaporkan dua ekor sapi, setelah dicek di kandang menunjukkan 15 ekor sapi pembelian dari Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jateng yang semua menunjukkan gejala klinis terkena PMK.
Pihaknya kemudian melakukan pengambilan sampel dan sekaligus pengobatan terhadap seluruh ternak sapi. Dari pengujian sampel di laboratorium, hasilnya keluar pada Senin (9/5), di mana 15 ekor sapi positif PMK.
Disnakkan Boyolali langsung melakukan sosialisasi kepada seluruh kepala desa dan peternak untuk menutup seluruh pasar hewan, sebagai antisipasi agar tidak memunculkan wabah yang lebih besar.
Dia mengatakan hampir semua warga di desa di Boyolali memiliki ternak sapi.
"Jadi harus gerak cepat. Lebih dari itu, seluruh peternak diminta tidak melakukan pembelian, dan apalagi adanya dengan harga yang murah," kata dia.