Semarang (ANTARA) - Pemerintah memperkuat testing, tracing, treatment (3T) dengan target positivity rate kurang dari 5 persen, tracing mengincar 15 pelacakan kontak erat, juga melakukan percepatan vaksinasi di masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat karena melonjaknya angka kenaikan kasus COVID-19 dan munculnya varian virus baru (Alpha, Beta, Delta, dan Kappa) yang diyakini lebih menular dan menimbulkan gejala berat pada pengidapnya.
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes RI dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid dalam Dialog Produktif KPCPEN yang ditayangkan di FMB9ID_IKP, Rabu menjelaskan di masa pandemi saat ini diperlukan beragam langkah dalam memutus rantai transmisi penyakit, salah satunya dengan pelacakan kontak (contact tracing) dan bagi kasus terkonfirmasi positif harus menjalani karantina/isolasi mandiri guna memutus rantai penyebaran.
Selama Juni 2021, kasus COVID-19 mengalami peningkatan luar biasa, jauh melebihi Desember 2020-Januari 2021, dimana angka positif harian saat ini mencapai 28-30 ribu kasus, yang sangat dimungkinkan disebabkan oleh varian Delta yang mendominasi pulau Jawa.
"Penularan varian Delta sangat cepat yaitu 5 sampai 8 kali lebih menular dibanding varian asli dengan penularan 2,5 sampai 3 kali," kata dr. Nadia.
Ketua Tim Peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dr Gunadi, PhD, SpBA mengatakan kemunculan Variant of Interest dan Variant of Concern dipengaruhi perilaku manusia sebagai inangnya dan pelanggaran prokes, tidak divaksinasi, serta interaksi sosial yang sangat masif merupakan sarana kemunculan varian baru.
Berdasarkan genome sequencing, lanjut Gunadi, varian Delta menguasai 17,7 persen varian yang bertransmisi di Indonesia; sedangkan varian Alpha dan Beta hanya di bawah 2 persen, sehingga sangat jelas eskalasi kasus COVID-19 di Indonesia dipicu oleh varian Delta.
Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta dr.Ngabila Salama, MKM mengatakan saat ini kasus COVID-19 di DKI Jakarta ibarat fenomena gunung es, karena berdasarkan Infection Fatality Rate yang mencapai 0,5-1 persen, kemungkinan ada 1,1 hingga 2,3 juta orang telah terpapar COVID-19 di DKI Jakarta.
Menyoroti varian Delta yang cepat menular dan menyebabkan angka rawat inap di rumah sakit yang tinggi, Ngabila mengakui di DKI Jakarta angka positif naik dua kali lipat dan berdasarkan pengujian genome sequencing sekitar 3000 sampel di DKI Jakarta, 11 persen di antaranya Variant of Concern, termasuk di dalamnya varian Delta.
"Vaksin COVID-19 sejauh ini dapat melawan varian Delta. Riset terbaru yang dilakukan di Inggris menunjukkan efikasi vaksin dapat mencegah timbulnya gejala dan mencegah rawat inap di RS hingga lebih 90 persen," tegas dr. Gunadi.
Di tengah PPKM Darurat, Kemenkes mengimbau masyarakat tetap mendatangi sentra vaksinasi bagi yang sudah mendapatkan undangan atau melakukan pendaftaran online.
"Selama PPKM Darurat, fasyankes atau sentra vaksinasi tetap buka dan layani vaksinasi. Kunci utama saat datangi pos vaksinasi adalah protokol kesehatan (prokes) yang ketat, hindari kerumunan. Usai vaksinasi sebaiknya masyarakat langsung pulang ke rumah," tambah dr. Nadia.
Sampai saat ini Indonesia telah berhasil memvaksinasi 32,3 juta dosis pertama dan 14 juta dosis kedua, dari target sasaran vaksinasi nasional 181,5 juta orang untuk mencapai kekebalan kelompok (herd immunity).
"Vaksinasi efektif melawan varian virus COVID-19 yang bermutasi. Vaksinasi termasuk ikhtiar mencegah tertular Varian of Concern. Tidak perlu pilih-pilih vaksin, karena semua vaksin yang disetujui di Indonesia aman, halal, dan berkualitas," tutup dr. Nadia.
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes RI dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid dalam Dialog Produktif KPCPEN yang ditayangkan di FMB9ID_IKP, Rabu menjelaskan di masa pandemi saat ini diperlukan beragam langkah dalam memutus rantai transmisi penyakit, salah satunya dengan pelacakan kontak (contact tracing) dan bagi kasus terkonfirmasi positif harus menjalani karantina/isolasi mandiri guna memutus rantai penyebaran.
Selama Juni 2021, kasus COVID-19 mengalami peningkatan luar biasa, jauh melebihi Desember 2020-Januari 2021, dimana angka positif harian saat ini mencapai 28-30 ribu kasus, yang sangat dimungkinkan disebabkan oleh varian Delta yang mendominasi pulau Jawa.
"Penularan varian Delta sangat cepat yaitu 5 sampai 8 kali lebih menular dibanding varian asli dengan penularan 2,5 sampai 3 kali," kata dr. Nadia.
Ketua Tim Peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dr Gunadi, PhD, SpBA mengatakan kemunculan Variant of Interest dan Variant of Concern dipengaruhi perilaku manusia sebagai inangnya dan pelanggaran prokes, tidak divaksinasi, serta interaksi sosial yang sangat masif merupakan sarana kemunculan varian baru.
Berdasarkan genome sequencing, lanjut Gunadi, varian Delta menguasai 17,7 persen varian yang bertransmisi di Indonesia; sedangkan varian Alpha dan Beta hanya di bawah 2 persen, sehingga sangat jelas eskalasi kasus COVID-19 di Indonesia dipicu oleh varian Delta.
Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta dr.Ngabila Salama, MKM mengatakan saat ini kasus COVID-19 di DKI Jakarta ibarat fenomena gunung es, karena berdasarkan Infection Fatality Rate yang mencapai 0,5-1 persen, kemungkinan ada 1,1 hingga 2,3 juta orang telah terpapar COVID-19 di DKI Jakarta.
Menyoroti varian Delta yang cepat menular dan menyebabkan angka rawat inap di rumah sakit yang tinggi, Ngabila mengakui di DKI Jakarta angka positif naik dua kali lipat dan berdasarkan pengujian genome sequencing sekitar 3000 sampel di DKI Jakarta, 11 persen di antaranya Variant of Concern, termasuk di dalamnya varian Delta.
"Vaksin COVID-19 sejauh ini dapat melawan varian Delta. Riset terbaru yang dilakukan di Inggris menunjukkan efikasi vaksin dapat mencegah timbulnya gejala dan mencegah rawat inap di RS hingga lebih 90 persen," tegas dr. Gunadi.
Di tengah PPKM Darurat, Kemenkes mengimbau masyarakat tetap mendatangi sentra vaksinasi bagi yang sudah mendapatkan undangan atau melakukan pendaftaran online.
"Selama PPKM Darurat, fasyankes atau sentra vaksinasi tetap buka dan layani vaksinasi. Kunci utama saat datangi pos vaksinasi adalah protokol kesehatan (prokes) yang ketat, hindari kerumunan. Usai vaksinasi sebaiknya masyarakat langsung pulang ke rumah," tambah dr. Nadia.
Sampai saat ini Indonesia telah berhasil memvaksinasi 32,3 juta dosis pertama dan 14 juta dosis kedua, dari target sasaran vaksinasi nasional 181,5 juta orang untuk mencapai kekebalan kelompok (herd immunity).
"Vaksinasi efektif melawan varian virus COVID-19 yang bermutasi. Vaksinasi termasuk ikhtiar mencegah tertular Varian of Concern. Tidak perlu pilih-pilih vaksin, karena semua vaksin yang disetujui di Indonesia aman, halal, dan berkualitas," tutup dr. Nadia.