Salatiga (ANTARA) - Masyarakat sudah saatnya belajar jurnalistik karena dengan bekal ilmu ini warganet (netizen) tidak akan sembarangan membagi tulisan, foto, video, grafis, hingga meme ke medsos.

Warganet baru membagikan unggahan bila ada pengendalian diri serta setelah menimbang antara manfaat dan mudharat atas informasi yang akan dibagikan, kata Wakil ketua Bidang Organisasi PWI Jawa Tengah Isdiyanto Isman SIP saat memberi materi teknik penulisan jurnalistik bagi jajaran pengelola Website Kemenag Salatiga, di kantor setempat, Senin (31/5).

Ia mengingatkan bila diyakini akan berdampak positif baru dibagikan (share), namun bila sebaliknya maka harus dibatalkan.

“Berjurnalistik berarti belajar menulis dengan akurasi informasi yang tinggi agar menjadi informasi tepercaya. Ada keberimbangan informasi atau berita agar layak diketahui masyarakat. Bila informasi itu berpotensi merugikan umum tentu tidak akan dibagikan ke medsos, apalagi bila berpotensi membuat kegaduhan di tengah masyarakat,” katanya.

Pelatihan yang diselenggarakan sebagai kerja sama antara Kemenag Kota Salatiga dengan PWI Jawa Tengah itu dibuka oleh Kepala Kemenag Salatiga K.H. Taufiqur Rahman S.Ag, MSi. Tampil pula sebagai pemateri Koordinator seksi foto PWI Jateng Chandra Adhi Nugroho.

Taufiqur Rahman yang juga pengurus Komisi Dakwah MUI Jawa Tengah menyatakan harapan yang tinggi sdari pelatihan ini, agar kualitas pengelolaan website di kantor yang dipimpinnya memiliki kualitas jurnalistik yang baik, seiring dalam penilaian Kanwil Kemenag Jateng, saat ini website yang dikelolanya menduduki peringkat 3 besar.

Dia meyakini dengan diberi sentuhan manajemen keredaksian sebagaimana media cetak maka tak hanya kualitas saja yang bakal meningkat tapi juga produktivitas tulisan yang dihasilkan diyakini juga bakal semakin baik.

“Bila produksi beritanya meningkat dan kualitas informasinya juga meningkat berarti akan semakin banyak masyarakat di Salatiga yang tercerahkan oleh website tersebut,” katanya saat memberi sambutan. Dia juga berterima kasih kepada PWI Jawa Tengah atas kerja samanya tersebut.

Isdiyanto Isman yng juga Kepala Biro Semarang Harian Kedaulatan Rakyat menegaskan selama ini masyarakat masih mudah termakan isu hoaks karena belum menguasai ilmu jurnalistik sehingga informasi apa pun yang diterima di medsos diyakini kebenarannya tanpa melalui proses saring informasi.

Dalam jurnalistik mesti adanya proses klarifikasi atau menanyakan kepada pihak yang lebih tahu. Diajarkan pula pentingnya disiplin verifikasi, konfirmasi serta cek, double cek, hingga tripple cek.

“Ada proses kehati-hatian yang tinggi sebelum membagikan informasi ke ranah publik,” tegasnya.

Ilmu jurnalistik, kata Isdiyanto, juga mengajarkan bagaimana cara menulis yang memenuhi standar jurnalistik dengan rumusan 5W+1H, susunan kalimat yang padat berisi agar mudah dipahami, memiliki data akurat, ada keberimbangan narsumber.

Berita harus bebas dari unsur fitnah, provokasi, adu domba, pencemaran nama baik, tidak menulis isu SARA, tidak partisan, juga tidak boleh beropini kecuali artikel agar berita yang tersaji benar-benar memiliki kredibilitas tinggi.

Ditegaskan, PWI Jawa Tengah merepons kerjasama oleh Kemenag Salatiga dengan harapan akan makin banyak masyarakat yang belajar ilmu jurnalistik dan akan mampu menulis di medsos dengan standar jurnalistik yang baik. 

PWI Jawa Tengah berharap semangat proaktif Kemenag Salatiga dapat ditiru oleh kalangan instansi dan masyarakat sebagai pengelola websiste, agar ilmu jurnalistik tidak hanya menjadi monopoli media massa tapi juga dimiliki masyarakat luas. ***

Pewarta : Zaenal
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024