Banyumas (ANTARA) - Tuti Irawati (49) berdiri di samping tugu batu yang berlokasi di perempatan jalan menuju Desa Linggasari, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Sorot matanya tajam, pandangannya menyapu suasana di sekitarnya, memperhatikan dengan saksama para pengendara yang lalu lalang di jalan tersebut.
Hampir setiap pekan sejak awal pandemi COVID-19, dia turun langsung memantau jalannya operasi tertib masker yang rutin diselenggarakan di desa itu.
Baca juga: Peringati Hari Kartini, Polwan Polres Boyolali bagikan ratusan masker
Sebagai Kepala Desa Linggasari, ia harus memastikan warganya sudah mematuhi protokol kesehatan. Memastikan mereka yang berlalu lalang sudah mengenakan masker.
Sejak pandemi melanda dan sempat ada warga desanya yang terkonfirmasi positif COVID-19, ia sadar bahwa tugasnya sebagai kepala desa memiliki berbagai tantangan baru.
Bukan hanya memastikan penerapan protokol kesehatan, ia juga harus memastikan bantuan sosial bagi warga dapat tepat sasaran, memastikan jaminan kesehatan dan perlindungan bagi warga dapat berjalan baik hingga memastikan kelancaran program Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dalam skala mikro.
Kendati demikian, ia tidak pernah merasa tantangan tersebut memberatkan, karena sebagai perempuan dan sebagai kepala desa ia sudah menanamkan di dalam dirinya untuk siap menghadapi tantangan apa pun.
Dia juga selalu menanamkan di dalam dirinya untuk selalu berpikir positif, bahwa setiap kejadian selalu ada hikmahnya. Afirmasi positif tersebut pada akhirnya menjadi fondasi yang membangun kekuatan di dalam dirinya.
Baginya, sebagai "ibu" dari Desa Linggasari, kekuatannya akan juga menjadi kekuatan bagi seluruh warga desa, dan hal itu tentu sangat penting mengingat masyarakat di tingkat akar rumput merupakan garda terdepan dalam membantu mempercepat upaya penanggulangan pandemi.
Dia meyakini bahwa kekuatannya akan membangun optimisme bagi warga desa. Optimisme dan pikiran positif tentunya sangat diperlukan sebagai asupan utama bagi imunitas tubuh dan sebagai modal utama untuk beraktivitas meskipun harus tetap dalam koridor protokol kesehatan.
Membangun rasa optimisme di tengah masyarakat itu juga terus dipeliharanya, meskipun ada salah satu warga yang terkonfirmasi positif COVID-19. Dia harus bertindak dan bergerak cepat agar semuanya dapat tertangani dengan baik.
Bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, dia akan segera melakukan testing atau pemeriksaan dan tracing atau pelacakan terhadap keluarga dekat pasien, lalu memberikan bantuan sembako bagi keluarga pasien, baik bagi mereka yang melakukan isolasi mandiri maupun yang dirawat di rumah sakit.
Pihaknya juga terus menggencarkan upaya lain, seperti edukasi dan juga sosialisasi soal protokol kesehatan pencegahan COVID-19, melakukan penyemprotan disinfektan, pembagian masker secara gratis, pembagian cairan pencuci tangan dan membentuk satgas hingga tingkat RT.
Belakangan ini, pihaknya juga tengah disibukkan dengan berbagai program yang bertujuan untuk mengantisipasi adanya pendatang dari luar kota yang masuk ke desanya. Pihaknya menyiapkan tempat karantina tingkat desa untuk lokasi isolasi mandiri.
Selain itu, pihaknya juga terus menggencarkan informasi kepada seluruh pihak melalui ketua RT, agar mengingatkan kepada warga dan keluarganya yang berada di perantauan untuk tidak mudik pada Lebaran tahun ini sesuai dengan aturan pemerintah.
Semua itu dilakukan sambil tetap membuat program-program pemulihan ekonomi bagi warga desanya yang terdampak pandemi.
Salah satu contohnya adalah memfasilitasi pemasaran untuk produk-produk unggulan desa. Misalkan saja, salah satu potensi unggulan yang ada di Desa Linggasari adalah buah bengkuang.
Sebelum pandemi, produk bengkuang asal Linggasari banyak dijual ke berbagai wilayah lain. Namun, selama pandemi banyak masyarakat setempat yang mengeluhkan menurunnya tingkat penjualan buah bengkuang.
Hal itu mendorongnya mengajak warga untuk terus berinovasi dan berkreasi membuat produk olahan bengkuang, seperti manisan bengkuang, kerupuk bengkuang dan berbagai produk lainnya yang bisa dikemas dengan baik dan dipasarkan dengan jangkauan yang lebih luas.
Upaya tersebut bahkan diperkuat lagi dengan pembangunan toko oleh-oleh khas Linggasari yang didirikan di lahan milik desa. Toko tersebut menjadi wahana untuk menjual berbagai produk yang menjadi potensi unggulan desa, termasuk olahan bengkuang.
Dia berharap, toko tersebut dapat menjadi pemantik untuk makin meningkatkan penjualan bengkuang dan menggerakkan roda perekonomian lokal bagi masyarakat di wilayah setempat.
Dengan demikian, upaya pemulihan ekonomi dapat terus berjalan dan disiplin masyarakat terhadap penerapan protokol kesehatan juga dapat terus ditegakkan.
Seperti narasi yang selalu menyertai Hari Kartini, "Habis Gelap Terbitlah Terang". Kegelapan yang mungkin muncul di tengah pandemi, tentu akan segera berganti terang seiring dengan upaya bersama-sama untuk terus bangkit.
Pengaruh positif
Psikolog dari Biro Psikologi Metafora Purwokerto Ketty Murtini mengatakan optimisme yang dibangun oleh seorang tokoh masyarakat seperti contohnya seorang kepala desa akan membawa pengaruh positif bagi orang di sekitarnya.
Hal itu sesuai dengan teori psikologi sosial yang menyebutkan bahwa manusia sebagai makhluk sosial sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan di sekitarnya.
Selain itu, teori juga menyebutkan bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk mengikuti hal yang umum atau hal yang banyak dilakukan oleh orang lain.
Narasi mengenai kepala desa yang membangun optimisme bagi warganya di tengah pandemi, sambil terus mengingatkan mengenai pentingnya protokol kesehatan menjadi hal yang sangat tepat yang harus dilakukan pada saat ini.
Pasalnya, masyarakat saat ini tidak hanya semata memerlukan imbauan dan informasi terkait penerapan protokol kesehatan, namun juga membutuhkan teladan dari seorang pemimpin.
Keteladanan adalah sebuah kunci penting. Teladan itulah yang nantinya memberikan pengaruh positif dan pemacu semangat bagi masyarakat untuk dapat melakukan hal yang sama, menjadikan protokol kesehatan sebagai gaya hidup sehari-hari dan dapat terus berpikir secara positif.
Karena lagi-lagi, habis gelap selalu ada terang, seperti langit yang kembali biru, setelah awan hujan menjadikannya kelabu.
Baca juga: Keuletan "Kartini" jadi modal sosial atasi pandemi corona
Baca juga: Polwan Polresta Surakarta gelar bakti sosial peringati Hari Kartini
Baca juga: Berpakaian adat, mahasiswa Polbangtan YoMa peringati Hari Kartini
Sorot matanya tajam, pandangannya menyapu suasana di sekitarnya, memperhatikan dengan saksama para pengendara yang lalu lalang di jalan tersebut.
Hampir setiap pekan sejak awal pandemi COVID-19, dia turun langsung memantau jalannya operasi tertib masker yang rutin diselenggarakan di desa itu.
Baca juga: Peringati Hari Kartini, Polwan Polres Boyolali bagikan ratusan masker
Sebagai Kepala Desa Linggasari, ia harus memastikan warganya sudah mematuhi protokol kesehatan. Memastikan mereka yang berlalu lalang sudah mengenakan masker.
Sejak pandemi melanda dan sempat ada warga desanya yang terkonfirmasi positif COVID-19, ia sadar bahwa tugasnya sebagai kepala desa memiliki berbagai tantangan baru.
Bukan hanya memastikan penerapan protokol kesehatan, ia juga harus memastikan bantuan sosial bagi warga dapat tepat sasaran, memastikan jaminan kesehatan dan perlindungan bagi warga dapat berjalan baik hingga memastikan kelancaran program Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dalam skala mikro.
Kendati demikian, ia tidak pernah merasa tantangan tersebut memberatkan, karena sebagai perempuan dan sebagai kepala desa ia sudah menanamkan di dalam dirinya untuk siap menghadapi tantangan apa pun.
Dia juga selalu menanamkan di dalam dirinya untuk selalu berpikir positif, bahwa setiap kejadian selalu ada hikmahnya. Afirmasi positif tersebut pada akhirnya menjadi fondasi yang membangun kekuatan di dalam dirinya.
Baginya, sebagai "ibu" dari Desa Linggasari, kekuatannya akan juga menjadi kekuatan bagi seluruh warga desa, dan hal itu tentu sangat penting mengingat masyarakat di tingkat akar rumput merupakan garda terdepan dalam membantu mempercepat upaya penanggulangan pandemi.
Dia meyakini bahwa kekuatannya akan membangun optimisme bagi warga desa. Optimisme dan pikiran positif tentunya sangat diperlukan sebagai asupan utama bagi imunitas tubuh dan sebagai modal utama untuk beraktivitas meskipun harus tetap dalam koridor protokol kesehatan.
Membangun rasa optimisme di tengah masyarakat itu juga terus dipeliharanya, meskipun ada salah satu warga yang terkonfirmasi positif COVID-19. Dia harus bertindak dan bergerak cepat agar semuanya dapat tertangani dengan baik.
Bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, dia akan segera melakukan testing atau pemeriksaan dan tracing atau pelacakan terhadap keluarga dekat pasien, lalu memberikan bantuan sembako bagi keluarga pasien, baik bagi mereka yang melakukan isolasi mandiri maupun yang dirawat di rumah sakit.
Pihaknya juga terus menggencarkan upaya lain, seperti edukasi dan juga sosialisasi soal protokol kesehatan pencegahan COVID-19, melakukan penyemprotan disinfektan, pembagian masker secara gratis, pembagian cairan pencuci tangan dan membentuk satgas hingga tingkat RT.
Belakangan ini, pihaknya juga tengah disibukkan dengan berbagai program yang bertujuan untuk mengantisipasi adanya pendatang dari luar kota yang masuk ke desanya. Pihaknya menyiapkan tempat karantina tingkat desa untuk lokasi isolasi mandiri.
Selain itu, pihaknya juga terus menggencarkan informasi kepada seluruh pihak melalui ketua RT, agar mengingatkan kepada warga dan keluarganya yang berada di perantauan untuk tidak mudik pada Lebaran tahun ini sesuai dengan aturan pemerintah.
Semua itu dilakukan sambil tetap membuat program-program pemulihan ekonomi bagi warga desanya yang terdampak pandemi.
Salah satu contohnya adalah memfasilitasi pemasaran untuk produk-produk unggulan desa. Misalkan saja, salah satu potensi unggulan yang ada di Desa Linggasari adalah buah bengkuang.
Sebelum pandemi, produk bengkuang asal Linggasari banyak dijual ke berbagai wilayah lain. Namun, selama pandemi banyak masyarakat setempat yang mengeluhkan menurunnya tingkat penjualan buah bengkuang.
Hal itu mendorongnya mengajak warga untuk terus berinovasi dan berkreasi membuat produk olahan bengkuang, seperti manisan bengkuang, kerupuk bengkuang dan berbagai produk lainnya yang bisa dikemas dengan baik dan dipasarkan dengan jangkauan yang lebih luas.
Upaya tersebut bahkan diperkuat lagi dengan pembangunan toko oleh-oleh khas Linggasari yang didirikan di lahan milik desa. Toko tersebut menjadi wahana untuk menjual berbagai produk yang menjadi potensi unggulan desa, termasuk olahan bengkuang.
Dia berharap, toko tersebut dapat menjadi pemantik untuk makin meningkatkan penjualan bengkuang dan menggerakkan roda perekonomian lokal bagi masyarakat di wilayah setempat.
Dengan demikian, upaya pemulihan ekonomi dapat terus berjalan dan disiplin masyarakat terhadap penerapan protokol kesehatan juga dapat terus ditegakkan.
Seperti narasi yang selalu menyertai Hari Kartini, "Habis Gelap Terbitlah Terang". Kegelapan yang mungkin muncul di tengah pandemi, tentu akan segera berganti terang seiring dengan upaya bersama-sama untuk terus bangkit.
Pengaruh positif
Psikolog dari Biro Psikologi Metafora Purwokerto Ketty Murtini mengatakan optimisme yang dibangun oleh seorang tokoh masyarakat seperti contohnya seorang kepala desa akan membawa pengaruh positif bagi orang di sekitarnya.
Hal itu sesuai dengan teori psikologi sosial yang menyebutkan bahwa manusia sebagai makhluk sosial sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan di sekitarnya.
Selain itu, teori juga menyebutkan bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk mengikuti hal yang umum atau hal yang banyak dilakukan oleh orang lain.
Narasi mengenai kepala desa yang membangun optimisme bagi warganya di tengah pandemi, sambil terus mengingatkan mengenai pentingnya protokol kesehatan menjadi hal yang sangat tepat yang harus dilakukan pada saat ini.
Pasalnya, masyarakat saat ini tidak hanya semata memerlukan imbauan dan informasi terkait penerapan protokol kesehatan, namun juga membutuhkan teladan dari seorang pemimpin.
Keteladanan adalah sebuah kunci penting. Teladan itulah yang nantinya memberikan pengaruh positif dan pemacu semangat bagi masyarakat untuk dapat melakukan hal yang sama, menjadikan protokol kesehatan sebagai gaya hidup sehari-hari dan dapat terus berpikir secara positif.
Karena lagi-lagi, habis gelap selalu ada terang, seperti langit yang kembali biru, setelah awan hujan menjadikannya kelabu.
Baca juga: Keuletan "Kartini" jadi modal sosial atasi pandemi corona
Baca juga: Polwan Polresta Surakarta gelar bakti sosial peringati Hari Kartini
Baca juga: Berpakaian adat, mahasiswa Polbangtan YoMa peringati Hari Kartini