Klaten (ANTARA) - Sejumlah warga Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, yang berada di kawasan rawan bencana (KRB) III Gunung Merapi masih memilih untuk bertahan, meskipun saat ini gunung tersebut sudah masuk status siaga atau level III.
"Aktivitas masih siaga, ada beberapa KK (kepala keluarga) yang masih bertahan di sini, tetapi kalau pemerintah sudah menyuruh turun ya mau nggak mau masyarakat harus turun," kata salah satu warga Marji yang juga aktif berada di posko di Dukuh Ngipiksari, Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Kamis.
Ia mengatakan sebagian masyarakat masih menganggap Gunung Merapi cukup aman, apalagi sejauh ini sebagian besar guguran terjadi di sisi barat atau ke arah Magelang.
Baca juga: Kemensos siapkan tenda khusus antisipasi pengungsi Merapi
"Tetapi kemarin malam itu di depan ada yang longsor (ke arah Balerante), namun kami masih tetap di posko untuk melakukan ronda meski tetap siaga. Masih ada juga yang ke ladang, tetapi ya was-was," katanya.
Terkait sebagian warga yang masih enggan turun, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan butuh kerja sama dengan sejumlah pihak untuk memastikan masyarakat tetap aman.
"Kalau sejauh ini, menurut BPPTKG (Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi), kondisi Gunung Merapi masih dalam kontrol risiko bahaya yang relatif aman, maka prioritas utama adalah kelompok rentan. Yang sehat dan masih muda masih aktivitas biasa," katanya.
Meski demikian, ia mengimbau kepada masyarakat, khususnya yang tinggal di kawasan lereng dengan kemiringan di atas 30 derajat, agar mengantisipasi segala kemungkinan.
"Kalau bisa mengungsi, maka mengungsilah dulu. Aliran sungai yang bawa material dari arah hulu juga jadi perhatian. Kerja sama sangat penting karena kita tidak tahu batas waktu erupsi ini terjadi. Dari BPPTKG belum bisa memastikan karena alat yang ada hanya bisa mendeteksi kemungkinan-kemungkinan," katanya.
Ia mengatakan yang menjadi poin penting terkait perkembangan Merapi adalah tingkat kegempaan kali ini lebih tinggi dibandingkan dengan erupsi Tahun 2006 sehingga ada perubahan status dari waspada ke siaga.
Baca juga: Kepala BNPB: Informasi Merapi hanya disampaikan oleh BPPTKG
Baca juga: Ratusan warga Boyolali tinggal di pengungsian Merapi
Baca juga: Merapi alami 91 kali gempa guguran
"Aktivitas masih siaga, ada beberapa KK (kepala keluarga) yang masih bertahan di sini, tetapi kalau pemerintah sudah menyuruh turun ya mau nggak mau masyarakat harus turun," kata salah satu warga Marji yang juga aktif berada di posko di Dukuh Ngipiksari, Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Kamis.
Ia mengatakan sebagian masyarakat masih menganggap Gunung Merapi cukup aman, apalagi sejauh ini sebagian besar guguran terjadi di sisi barat atau ke arah Magelang.
Baca juga: Kemensos siapkan tenda khusus antisipasi pengungsi Merapi
"Tetapi kemarin malam itu di depan ada yang longsor (ke arah Balerante), namun kami masih tetap di posko untuk melakukan ronda meski tetap siaga. Masih ada juga yang ke ladang, tetapi ya was-was," katanya.
Terkait sebagian warga yang masih enggan turun, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan butuh kerja sama dengan sejumlah pihak untuk memastikan masyarakat tetap aman.
"Kalau sejauh ini, menurut BPPTKG (Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi), kondisi Gunung Merapi masih dalam kontrol risiko bahaya yang relatif aman, maka prioritas utama adalah kelompok rentan. Yang sehat dan masih muda masih aktivitas biasa," katanya.
Meski demikian, ia mengimbau kepada masyarakat, khususnya yang tinggal di kawasan lereng dengan kemiringan di atas 30 derajat, agar mengantisipasi segala kemungkinan.
"Kalau bisa mengungsi, maka mengungsilah dulu. Aliran sungai yang bawa material dari arah hulu juga jadi perhatian. Kerja sama sangat penting karena kita tidak tahu batas waktu erupsi ini terjadi. Dari BPPTKG belum bisa memastikan karena alat yang ada hanya bisa mendeteksi kemungkinan-kemungkinan," katanya.
Ia mengatakan yang menjadi poin penting terkait perkembangan Merapi adalah tingkat kegempaan kali ini lebih tinggi dibandingkan dengan erupsi Tahun 2006 sehingga ada perubahan status dari waspada ke siaga.
Baca juga: Kepala BNPB: Informasi Merapi hanya disampaikan oleh BPPTKG
Baca juga: Ratusan warga Boyolali tinggal di pengungsian Merapi
Baca juga: Merapi alami 91 kali gempa guguran