Banyumas (ANTARA) - Petani harus punya inovasi agar tidak rugi ketika menghadapi situasi yang tidak menguntungkan seperti anjloknya harga produk pertanian, kata Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) "Ganda Arum" Giyanto.
"Oleh karena itu, kami merintis agrowisata untuk menyiasati anjloknya harga produk pertanian, petani harus punya nilai plus," katanya di Desa Gandatapa, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis.
Ia mengatakan ide membuat agrowisata tersebut berawal dari sistem tanam tumpang sari dengan menanam beberapa jenis tanaman pada satu lahan sebagai upaya untuk menyiasati harga murah.
Menurut dia, hal itu dilakukan agar bisa saling subsidi ketika harga tanaman yang satu anjlok sedangkan tanaman lainnya mahal.
"Ini untuk menyikapi harga pasar yang sulit kita tebak, ada yang murah, ada yang mahal," kata dia yang juga Wakil Ketua Asosiasi Satria Tani Mandiri Kabupaten Banyumas.
Baca juga: Dana cukai tembakau diminta lebih fokus untuk petani dan buruh
Ia mengatakan pada awal terjadinya pandemi COVID-19, harga semua produk pertanian menjadi murah sehingga berdampak terhadap tanaman utam maupun tumpang sarinya.
Oleh karena itu, kata dia, muncullah ide untuk merintis agrowisata sebagai upaya mengantisipasi harga murah pada produk pertanian.
"Dengan menanam seperti biasa, hasilnya bisa didapat dari budi daya, tapi ada nilai plusnya, yakni dari wisatanya," kata dia yang juga Bendahara Kelompok Tani Ganda Arum I.
Dalam hal ini, kata dia, agrowisata yang dikembangkan Gapoktan Ganda Arum dilengkapi dengan kedai makanan di kebun.
Selain itu, lanjut dia, dilengkapi dengan tempat berswafoto bagi pengunjung serta ada edukasi tentang pertanian.
"Pengunjung bisa mendapatkan edukasi tentang cara menanam, sekolah tani, dan sebagainya. Ada juga area 'camping'. Jadi kami ingin anak-anak muda mengenal pertanian dengan santai dan hiburan," katanya.
Baca juga: BPOM diharapkan bina petani garam agar bisa pasok industri
Terkait dengan Hari Tani Nasional yang diperingati setiap tanggal 24 September, Giyanto mengatakan selama ini peran dan perhatian pemerintah kepada petani sudah cukup besar.
Akan tetapi, dia mengharapkan pemerintah perlu meningkatkan kembali kegiatan pembinaan dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia khususnya petani.
Menurut dia, pembinaan tersebut perlu ditingkatkan karena sampai sekarang masih banyak petani yang belum menguasai teknik budi daya secara maksimal.
"Petani kita jujur masih banyak yang belum menguasai teknik budi daya, sehingga perlu diciptakan sekolah tani agar petani kita pintar. Tanah kita subur, kalau pengelolaannya kurang pas ya, hasilnya pasti kurang pas," katanya.
Selain itu, kata dia, regenerasi petani juga perlu dilakukan mengingat saat sekarang sudah banyak petani yang berusia lanjut.
"Jadi ada penggarapan atau perhatian serius terhadap regenerasi petani karena di tanaman hortikultura maupun tanaman pangan, rata-rata petani kita sudah sepuh. Harus ada tindakan untuk meregenerasi petani," tegasnya.
"Oleh karena itu, kami merintis agrowisata untuk menyiasati anjloknya harga produk pertanian, petani harus punya nilai plus," katanya di Desa Gandatapa, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis.
Ia mengatakan ide membuat agrowisata tersebut berawal dari sistem tanam tumpang sari dengan menanam beberapa jenis tanaman pada satu lahan sebagai upaya untuk menyiasati harga murah.
Menurut dia, hal itu dilakukan agar bisa saling subsidi ketika harga tanaman yang satu anjlok sedangkan tanaman lainnya mahal.
"Ini untuk menyikapi harga pasar yang sulit kita tebak, ada yang murah, ada yang mahal," kata dia yang juga Wakil Ketua Asosiasi Satria Tani Mandiri Kabupaten Banyumas.
Baca juga: Dana cukai tembakau diminta lebih fokus untuk petani dan buruh
Ia mengatakan pada awal terjadinya pandemi COVID-19, harga semua produk pertanian menjadi murah sehingga berdampak terhadap tanaman utam maupun tumpang sarinya.
Oleh karena itu, kata dia, muncullah ide untuk merintis agrowisata sebagai upaya mengantisipasi harga murah pada produk pertanian.
"Dengan menanam seperti biasa, hasilnya bisa didapat dari budi daya, tapi ada nilai plusnya, yakni dari wisatanya," kata dia yang juga Bendahara Kelompok Tani Ganda Arum I.
Dalam hal ini, kata dia, agrowisata yang dikembangkan Gapoktan Ganda Arum dilengkapi dengan kedai makanan di kebun.
Selain itu, lanjut dia, dilengkapi dengan tempat berswafoto bagi pengunjung serta ada edukasi tentang pertanian.
"Pengunjung bisa mendapatkan edukasi tentang cara menanam, sekolah tani, dan sebagainya. Ada juga area 'camping'. Jadi kami ingin anak-anak muda mengenal pertanian dengan santai dan hiburan," katanya.
Baca juga: BPOM diharapkan bina petani garam agar bisa pasok industri
Terkait dengan Hari Tani Nasional yang diperingati setiap tanggal 24 September, Giyanto mengatakan selama ini peran dan perhatian pemerintah kepada petani sudah cukup besar.
Akan tetapi, dia mengharapkan pemerintah perlu meningkatkan kembali kegiatan pembinaan dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia khususnya petani.
Menurut dia, pembinaan tersebut perlu ditingkatkan karena sampai sekarang masih banyak petani yang belum menguasai teknik budi daya secara maksimal.
"Petani kita jujur masih banyak yang belum menguasai teknik budi daya, sehingga perlu diciptakan sekolah tani agar petani kita pintar. Tanah kita subur, kalau pengelolaannya kurang pas ya, hasilnya pasti kurang pas," katanya.
Selain itu, kata dia, regenerasi petani juga perlu dilakukan mengingat saat sekarang sudah banyak petani yang berusia lanjut.
"Jadi ada penggarapan atau perhatian serius terhadap regenerasi petani karena di tanaman hortikultura maupun tanaman pangan, rata-rata petani kita sudah sepuh. Harus ada tindakan untuk meregenerasi petani," tegasnya.