Solo (ANTARA) - Pemerintah Kota Surakarta mulai fokus menggarap sentra industri mebel yang akan berkonsep kawasan terintegrasi dengan melibatkan seluruh pengrajin lokal.
"Sesuai dengan Surat Keputusan Wali Kota, ada 16 sentra yang dikembangkan di Kota Solo salah satunya sentra mebel ini," Kepala Bidang Ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Surakarta Fransisco Amaral pada kegiatan Workshop Kajian Sentra Mebel Kelurahan Gilingan Kota Surakarta di Solo, Senin.
Ia mengatakan mebel merupakan salah satu sektor industri yang cukup potensial untuk dikembangkan. Apalagi, beberapa pengrajin di Kota Solo sudah melakukan ekspor ke beberapa negara salah satunya Amerika Serikat.
Baca juga: Industri mebel rasakan dampak positif perang dagang AS-Tiongkok
"Tetapi memang industri ini belum terlalu berkembang. Oleh karena itu, pemerintah akan menjadikan kawasan terintegrasi, mulai dari Gilingan hingga Manahan. Nanti juga akan dikembangkan sebagai kawasan wisata dan dikembangkan pula koperasinya," katanya.
Terkait hal itu, ia meminta rekomendasi dari sejumlah pihak di antaranya komunitas dan pelaku usaha untuk kemudian dijadikan sebagai dasar menyusun kebijakan wali kota berikutnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Forum for Economic Development and Employment Promotion (FEDEP) Kota Surakarta David R Wijaya mengatakan selama ini sebagian pelaku usaha mebel di Kota Solo lebih fokus menggarap pasar ekspor. Akibatnya, pasar lokal menjadi agak menurun.
"Pasar lokal keteteran, khususnya yang segmen 'middle up' (menengah ke atas, red) banyak yang belum tersentuh. Padahal ini potensi," katanya.
Meski demikian, ia mengakui bahwa pasar lokal menawarkan potensi yang lebih besar menyusul terjadinya perang dagang antaranya Amerika Serikat dengan Tiongkok. Menurut dia, selama ini sekitar 40 persen produk mebel yang masuk ke Amerika Serikat berasal dari Tiongkok.
"Sedangkan akibat perang dagang tersebut, saat ini produk dari Tiongkok yang masuk ke AS dikenai pajak sekitar 25-30persen. Oleh karena itu, banyak produk Tiongkok yang akhirnya pindah pasar," katanya.
Ia mengatakan pengrajin mebel Indonesia termasuk Kota Solo bisa menangkap peluang tersebut. Apalagi selama ini permintaan mebel dari pasar AS sangat besar.
"Dalam satu bulan dari satu suplier saja bisa minta pengiriman 500-1.000 kontainer. Ini yang selama ini belum bisa dipenuhi oleh produsen Indonesia," katanya.
Ia mengatakan yang saat ini masih menjadi pekerjaan rumah di antaranya teknologi dan kualitas SDM.
"Mengenai kawasan sentra mebel ini menurut saya Ngemplak lebih pas jadi ikon sentra perdagangan mebel di Surakarta. Meskipun tidak semua barang merupakan produksi dari situ," katanya.
Baca juga: Asmindo: Kebijakan Pemerintah Mudahkan Industri Mebel
"Sesuai dengan Surat Keputusan Wali Kota, ada 16 sentra yang dikembangkan di Kota Solo salah satunya sentra mebel ini," Kepala Bidang Ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Surakarta Fransisco Amaral pada kegiatan Workshop Kajian Sentra Mebel Kelurahan Gilingan Kota Surakarta di Solo, Senin.
Ia mengatakan mebel merupakan salah satu sektor industri yang cukup potensial untuk dikembangkan. Apalagi, beberapa pengrajin di Kota Solo sudah melakukan ekspor ke beberapa negara salah satunya Amerika Serikat.
Baca juga: Industri mebel rasakan dampak positif perang dagang AS-Tiongkok
"Tetapi memang industri ini belum terlalu berkembang. Oleh karena itu, pemerintah akan menjadikan kawasan terintegrasi, mulai dari Gilingan hingga Manahan. Nanti juga akan dikembangkan sebagai kawasan wisata dan dikembangkan pula koperasinya," katanya.
Terkait hal itu, ia meminta rekomendasi dari sejumlah pihak di antaranya komunitas dan pelaku usaha untuk kemudian dijadikan sebagai dasar menyusun kebijakan wali kota berikutnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Forum for Economic Development and Employment Promotion (FEDEP) Kota Surakarta David R Wijaya mengatakan selama ini sebagian pelaku usaha mebel di Kota Solo lebih fokus menggarap pasar ekspor. Akibatnya, pasar lokal menjadi agak menurun.
"Pasar lokal keteteran, khususnya yang segmen 'middle up' (menengah ke atas, red) banyak yang belum tersentuh. Padahal ini potensi," katanya.
Meski demikian, ia mengakui bahwa pasar lokal menawarkan potensi yang lebih besar menyusul terjadinya perang dagang antaranya Amerika Serikat dengan Tiongkok. Menurut dia, selama ini sekitar 40 persen produk mebel yang masuk ke Amerika Serikat berasal dari Tiongkok.
"Sedangkan akibat perang dagang tersebut, saat ini produk dari Tiongkok yang masuk ke AS dikenai pajak sekitar 25-30persen. Oleh karena itu, banyak produk Tiongkok yang akhirnya pindah pasar," katanya.
Ia mengatakan pengrajin mebel Indonesia termasuk Kota Solo bisa menangkap peluang tersebut. Apalagi selama ini permintaan mebel dari pasar AS sangat besar.
"Dalam satu bulan dari satu suplier saja bisa minta pengiriman 500-1.000 kontainer. Ini yang selama ini belum bisa dipenuhi oleh produsen Indonesia," katanya.
Ia mengatakan yang saat ini masih menjadi pekerjaan rumah di antaranya teknologi dan kualitas SDM.
"Mengenai kawasan sentra mebel ini menurut saya Ngemplak lebih pas jadi ikon sentra perdagangan mebel di Surakarta. Meskipun tidak semua barang merupakan produksi dari situ," katanya.
Baca juga: Asmindo: Kebijakan Pemerintah Mudahkan Industri Mebel