Solo (ANTARA) - Bursa Efek Indonesia (BEI) Surakarta, Jawa Tengah, menargetkan sebanyak 7.000 investor baru hingga akhir 2019 baik untuk reksadana saham maupun saham.
"Kalau dari sisi perkembangan jumlah investor di reksadana saham hingga Desember 2018 di Soloraya mencapai 18.439 investor," kata Kepala BEI Surakarta M Wira Adibrata di Solo, Jumat.
Jika dirinci, jumlah investor di Soloraya paling tinggi di Kota Solo sebanyak 6.260 investor, diikuti Kabupaten Sukoharjo 2.885 investor. Sedangkan daerah lain, yaitu Boyolali sebanyak 1.539 investor, Karanganyar 1.996 investor, Klaten 2.862investor, Sragen 1.398 investor, dan Wonogiri sebanyak 1.499 investor.
Jumlah investor di saham, dikatakannya, lebih tinggi jika dibandingkan dengan reksadana saham. Berdasarkan data, jumlah investor saham per Februari yang tercatat di BEI Surakarta sebanyak 26.133 investor.
Sebagai rincian, khusus Kota Surakarta sebanyak 8.272 investor, Sukoharjo 6.121 investor, Wonogiri sebanyak 1.666 investor, Sragen 1.490 investor, Boyolali 1.709 investor, Karanganyar 2.820 investor, dan Klaten sebanyak 4.055 investor.
Sementara itu, untuk memastikan masyarakat memahami dunia saham dan tertarik menjadi investor, pihaknya mulai mengenalkan masyarakat pada reksadana saham.
"Beberapa waktu lalu kami buka kelas reksadana saham, targetnya lebih untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pasar modal. Jadi kami mengenalkan reksadana saham terlebih dahulu. Harapannya pemegang reksadana saham ini akan investasi di saham juga di kemudian hari," katanya.
Untuk di reksadana saham ini, dikatakannya, lebih sesuai untuk investor pemula dimana tidak membutuhkan modal yang terlalu besar.
"Khusus di reksadana saham ini dengan dana terbatas masyarakat bisa melakukan deverfisikasi," katanya.
Sementara itu, dari sisi transaksi di Soloraya untuk reksadana saham sebesar Rp20.930.722.221 dan 133.800 dolar AS. Selanjutnya, untuk transaksi saham rata-rata sekitar Rp4-5 triliun/bulan.
"Angka transaksi di saham ini lebih baik jika dibandingkan tahun lalu sekitar Rp3,5 triliun/bulan," katanya.
"Kalau dari sisi perkembangan jumlah investor di reksadana saham hingga Desember 2018 di Soloraya mencapai 18.439 investor," kata Kepala BEI Surakarta M Wira Adibrata di Solo, Jumat.
Jika dirinci, jumlah investor di Soloraya paling tinggi di Kota Solo sebanyak 6.260 investor, diikuti Kabupaten Sukoharjo 2.885 investor. Sedangkan daerah lain, yaitu Boyolali sebanyak 1.539 investor, Karanganyar 1.996 investor, Klaten 2.862investor, Sragen 1.398 investor, dan Wonogiri sebanyak 1.499 investor.
Jumlah investor di saham, dikatakannya, lebih tinggi jika dibandingkan dengan reksadana saham. Berdasarkan data, jumlah investor saham per Februari yang tercatat di BEI Surakarta sebanyak 26.133 investor.
Sebagai rincian, khusus Kota Surakarta sebanyak 8.272 investor, Sukoharjo 6.121 investor, Wonogiri sebanyak 1.666 investor, Sragen 1.490 investor, Boyolali 1.709 investor, Karanganyar 2.820 investor, dan Klaten sebanyak 4.055 investor.
Sementara itu, untuk memastikan masyarakat memahami dunia saham dan tertarik menjadi investor, pihaknya mulai mengenalkan masyarakat pada reksadana saham.
"Beberapa waktu lalu kami buka kelas reksadana saham, targetnya lebih untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pasar modal. Jadi kami mengenalkan reksadana saham terlebih dahulu. Harapannya pemegang reksadana saham ini akan investasi di saham juga di kemudian hari," katanya.
Untuk di reksadana saham ini, dikatakannya, lebih sesuai untuk investor pemula dimana tidak membutuhkan modal yang terlalu besar.
"Khusus di reksadana saham ini dengan dana terbatas masyarakat bisa melakukan deverfisikasi," katanya.
Sementara itu, dari sisi transaksi di Soloraya untuk reksadana saham sebesar Rp20.930.722.221 dan 133.800 dolar AS. Selanjutnya, untuk transaksi saham rata-rata sekitar Rp4-5 triliun/bulan.
"Angka transaksi di saham ini lebih baik jika dibandingkan tahun lalu sekitar Rp3,5 triliun/bulan," katanya.