Kudus (Antaranews Jateng) - Dokter spesialis anak Abdul Hakam mengungkapkan bahwa kondisi anak pendek atau stunting bisa dicegah dengan melakukan deteksi dini guna mengungkap ada tidaknya permasalahan kesehatan akibat kekurangan gizi.
"Penyebab utama anak gagal mencapai tinggi badan sesuai potensi genetiknya karena kekurangan gizi maupun akibat terjadinya infeksi," ujarnya saat menjadi pembicara pada Seminar Kesehatan Pencegahan Stunting menuju Kudus Sehat di Pendopo Kabupaten Kudus, Selasa.
Menurut dia, penanggulangan balita pendek yang paling efektif dilakukan pada 1.000 hari pertama kehidupan.
Upaya intervensi gizi spesifik kelompok 1.000 hari pertama kehidupan, katanya, dimulai sejak ibu hamil, menyusui, dan anak usia 0-23 bulan.
Oleh karena itu, dia menyarankan janin perlu diberikan asupan gizi yang baik dan seimbang serta pemeriksaan kesehatan ibu selama masa kehamilan untuk memastikan berat badan ibu sesuai dengan usia kehamilan.
Ketika anak sudah lahir, lanjut dia, bisa dideteksi dengan melakukan pengukuran antropometri yang tepat, meliputi berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan dan disproporsi tubuh.
"Jika diketahui tidak ideal maka bisa diberikan asupan gizi yang cukup agar tidak terjadi stunting," ujarnya.
Ia menyarankan masa kehamilan di usia remaja dikurangi dan hamil dekat juga perlu dikurangi.
Ia menilai mayoritas ibu hamil malas jalan kaki setiap pagi yang sangat bermanfaat untuk menurunkan preeklamsia atau komplikasi pada kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi.
Penanggulangan stunting, katanya, tidak mudah karena diperlukan komitmen pemerintah yang kuat, termasuk pelaksanaan program multisektor yang terintegrasi, berkesinambungan.
Sementara itu, Wakil Ketua Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kudus Sa'diyah mengajak semua lapisan masyarakat untuk bersama-sama memerangi stunting dengan menerapkan pola hidup sehat dan lingkungan yang sehat.
"Ibu hamil juga harus rutin melakukan pemeriksaan kesehatan, termasuk pertumbuhan balita juga bisa dideteksi ketika ada gangguan pertumbuhan," ujarnya.
Ketua Panitia Seminar Kesehatan Wahyu Yusianto mengungkapkan seminar dihadiri sejumlah organisasi profesi mulai dari dokter, bidan, perawat dan farmasi serta PKK, maupun organisasi perempuan di Kudus.
"Penyebab utama anak gagal mencapai tinggi badan sesuai potensi genetiknya karena kekurangan gizi maupun akibat terjadinya infeksi," ujarnya saat menjadi pembicara pada Seminar Kesehatan Pencegahan Stunting menuju Kudus Sehat di Pendopo Kabupaten Kudus, Selasa.
Menurut dia, penanggulangan balita pendek yang paling efektif dilakukan pada 1.000 hari pertama kehidupan.
Upaya intervensi gizi spesifik kelompok 1.000 hari pertama kehidupan, katanya, dimulai sejak ibu hamil, menyusui, dan anak usia 0-23 bulan.
Oleh karena itu, dia menyarankan janin perlu diberikan asupan gizi yang baik dan seimbang serta pemeriksaan kesehatan ibu selama masa kehamilan untuk memastikan berat badan ibu sesuai dengan usia kehamilan.
Ketika anak sudah lahir, lanjut dia, bisa dideteksi dengan melakukan pengukuran antropometri yang tepat, meliputi berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan dan disproporsi tubuh.
"Jika diketahui tidak ideal maka bisa diberikan asupan gizi yang cukup agar tidak terjadi stunting," ujarnya.
Ia menyarankan masa kehamilan di usia remaja dikurangi dan hamil dekat juga perlu dikurangi.
Ia menilai mayoritas ibu hamil malas jalan kaki setiap pagi yang sangat bermanfaat untuk menurunkan preeklamsia atau komplikasi pada kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi.
Penanggulangan stunting, katanya, tidak mudah karena diperlukan komitmen pemerintah yang kuat, termasuk pelaksanaan program multisektor yang terintegrasi, berkesinambungan.
Sementara itu, Wakil Ketua Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kudus Sa'diyah mengajak semua lapisan masyarakat untuk bersama-sama memerangi stunting dengan menerapkan pola hidup sehat dan lingkungan yang sehat.
"Ibu hamil juga harus rutin melakukan pemeriksaan kesehatan, termasuk pertumbuhan balita juga bisa dideteksi ketika ada gangguan pertumbuhan," ujarnya.
Ketua Panitia Seminar Kesehatan Wahyu Yusianto mengungkapkan seminar dihadiri sejumlah organisasi profesi mulai dari dokter, bidan, perawat dan farmasi serta PKK, maupun organisasi perempuan di Kudus.