Pekalongan (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Tengah menggandeng Tim Penggerak (TP) PKK menekan angka kasus stunting dengan cara memberikan edukasi pada warga untuk melaksanakan program keluarga berencana (KB).
Pelaksana Tugas Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Tengah Hery Wiyanto di Pekalongan, Kamis, mengatakan bahwa pasangan usia subur perlu menghindari terlalu sering melahirkan anak dalam jangka waktu yang singkat.
"Kalau hal itu terjadi dengan hamil lagi dengan jangka waktu yang singkat (dekat) maka itu lah yang menyebabkan potensi stunting. Oleh sebab itu, kami berupaya pasca-melahirkan sampai pada 42 hari (pasangan suami-istri) bisa melakukan KB," katanya.
Menurut dia, kegiatan itu merupakan target nasional sehingga Pemprov Jateng mendapatkan target cukup tinggi yaitu sekitar 139 ribu dengan pencapaian yang masih mencapai sekitar 57 persen.
Target tersebut, kata dia, dengan mempertimbangkan jumlah masyarakat di Jawa Tengah yang banyak, data melahirkan cukup besar, serta jumlah pasangan usia subur juga cukup banyak pula.
"Untuk mencegah angka kelahiran tentunya dengan ber-KB. Akan tetapi untuk mencegah kasus stunting dengan memberikan edukasi, dan jangan melakukan pernikahan dini," katanya.
Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Jawa Tengah Nawal Nur Arafah Taj Yasin mengatakan untuk menekan kasus stunting pihaknya akan menggiatkan program "Pandu Cinta" serta bekerja sama dengan pemangku kepentingan seperti Dinas Kependudukan dan pengadilan agama terkait regulasi dispensasi pernikahan anak.
"Jangan sampai ada pengajuan pernikahan anak langsung ditandatangani. Akan tetapi, hal itu harus melalui persyaratan ketat," katanya usai acara Pencanangan Kesatuan Gerak PKK Bangga Kencana di Pekalongan.

