Purwokerto (Antaranews Jateng) - Warga Kabupaten Banyumas dan Purbalingga, Jawa Tengah, mengharapkan halte "Bus Rapid Transit" (BRT) Trans Jateng Koridor 1 Purwokerto-Purbalingga ditambah agar calon penumpang lebih mudah menjangkau bus.
"Kehadiran BRT Trans Jateng sangat membantu karena sebelumnya kalau mau ke kota (Purwokerto, red.) susah, harus dua kali kendaraan, sekarang cukup satu kali," kata Tamam, salah seorang penumpang BRT Trans Jateng yang baru turun di Halte RRI, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu.
Ia mengakui jika hingga sampai hari ini (15/8), BRT Trans Jateng Koridor 1 Purwokerto-Purbalingga masih gratis karena tarif baru diterapkan mulai tanggal 16 Agustus 2018.
Dalam hal ini, BRT Trans Jateng Koridor 1 Purwokerto-Purbalingga akan menerapkan tarif sebesar Rp4.000 per orang untuk penumpang umum, sedangkan pelajar, buruh, dan veteran sebesar Rp2.000 per orang.
Meskipun tarif telah diterapkan, Tamam mengaku akan tetap memanfaatkan BRT Trans Jateng jika akan ke Purwokerto dari rumahnya di Kalimanah, Purbalingga, dan sebaliknya.
"Nantinya kalau sudah berbayar, saya masih akan tetap menggunakan BRT karena lumayan (murah) daripada menggunakan mobil (pribadi) boros, Purwokerto-Purbalingga bolak-balik sekitar Rp50.000. Kalau naik bus dari Kalimanah ke Purwokerto Rp4.000 ditambah angkutan kota Rp4.000, sehingga bolak-balik Rp16.000," katanya.
Sementara kalau naik BRT, kata dia, bolak-balik hanya mengeluarkan ongkos Rp8.000 dan busnya dilengkapi dengan penyejuk udara sehingga terasa nyaman serta murah.
Kendati demikian, dia mengharapkan jumlah armada BRT Trans Jateng Koridor 1 Purwokerto-Purbalingga ditambah sehingga calon penumpang tidak terlalu lama menunggu di halte.
"Namun yang paling penting haltenya ditambah agar mudah terjangkau," katanya.
Penumpang lainnya yang baru turun dari BRT Trans Jateng Koridor 1 Purwokerto-Purbalingga, Luminah mengaku terbantu dengan adanya moda transportasi massal yang menghubungkan Purwokerto dan Purbalingga secara langsung.
Akan tetapi, dia mengharapkan jumlah halte BRT ditambah terutama yang berada di pusat-pusat keramaian atau pusat perbelanjaan.
"Saya mau ke Duta Mode, harusnya tadi turun di Halte Mandiri yang agak dekat, tapi malah turun di sini (Halte RRI, red.)," katanya warga Purbalingga itu saat hendak naik becak setelah turun dari BRT Trans Jateng.
"Kehadiran BRT Trans Jateng sangat membantu karena sebelumnya kalau mau ke kota (Purwokerto, red.) susah, harus dua kali kendaraan, sekarang cukup satu kali," kata Tamam, salah seorang penumpang BRT Trans Jateng yang baru turun di Halte RRI, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu.
Ia mengakui jika hingga sampai hari ini (15/8), BRT Trans Jateng Koridor 1 Purwokerto-Purbalingga masih gratis karena tarif baru diterapkan mulai tanggal 16 Agustus 2018.
Dalam hal ini, BRT Trans Jateng Koridor 1 Purwokerto-Purbalingga akan menerapkan tarif sebesar Rp4.000 per orang untuk penumpang umum, sedangkan pelajar, buruh, dan veteran sebesar Rp2.000 per orang.
Meskipun tarif telah diterapkan, Tamam mengaku akan tetap memanfaatkan BRT Trans Jateng jika akan ke Purwokerto dari rumahnya di Kalimanah, Purbalingga, dan sebaliknya.
"Nantinya kalau sudah berbayar, saya masih akan tetap menggunakan BRT karena lumayan (murah) daripada menggunakan mobil (pribadi) boros, Purwokerto-Purbalingga bolak-balik sekitar Rp50.000. Kalau naik bus dari Kalimanah ke Purwokerto Rp4.000 ditambah angkutan kota Rp4.000, sehingga bolak-balik Rp16.000," katanya.
Sementara kalau naik BRT, kata dia, bolak-balik hanya mengeluarkan ongkos Rp8.000 dan busnya dilengkapi dengan penyejuk udara sehingga terasa nyaman serta murah.
Kendati demikian, dia mengharapkan jumlah armada BRT Trans Jateng Koridor 1 Purwokerto-Purbalingga ditambah sehingga calon penumpang tidak terlalu lama menunggu di halte.
"Namun yang paling penting haltenya ditambah agar mudah terjangkau," katanya.
Penumpang lainnya yang baru turun dari BRT Trans Jateng Koridor 1 Purwokerto-Purbalingga, Luminah mengaku terbantu dengan adanya moda transportasi massal yang menghubungkan Purwokerto dan Purbalingga secara langsung.
Akan tetapi, dia mengharapkan jumlah halte BRT ditambah terutama yang berada di pusat-pusat keramaian atau pusat perbelanjaan.
"Saya mau ke Duta Mode, harusnya tadi turun di Halte Mandiri yang agak dekat, tapi malah turun di sini (Halte RRI, red.)," katanya warga Purbalingga itu saat hendak naik becak setelah turun dari BRT Trans Jateng.