Dibandingkan dengan Jawa Timur dengan Jawa Barat, Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2018 terasa kurang greget. Kendati hanya diikuti dua pasang calon, Ganjar Pranowo-Taj Yasin dan Sudirman Said-Ida Fauziyah, suasana persaingan "head to head" nyaris tak terasa.

Pertarungan dua kubu di dunia maya melalui sosial media, terutama di Twitter dan Facebook, pun tidak terasa panasnya. Ini berbeda dengan kondisi di Pilgub Jabar dan Jatim yang lebih dinamis. Media daring (online) dan cetak terbitan Jateng juga relatif adem ayem. 

Berkat aturan main yang dikeluarkan oleh Komisi Pemilihan Umum, ruang-ruang publik kini memang tidak dibanjiri baliho, poster, atau spanduk pasangan calon kepala daerah. 

Suasana sejuk tersebut juga bisa jadi disebabkan masa kampanye masih menyisakan 2 bulan lagi sehingga masih cukup waktu bagi kedua kubu untuk memilih momentum tepat mengeluarkan jurus pamungkas guna memenangkan jagonya.

Kubu Sudirman-Ida sendiri terlihat enggan mengeksploitasi masalah yang dihadapi Ganjar atas tuduhan menerima suap 500.000 dolar AS dari proyek KTP elektronik seperti dikatakan M. Nazaruddin dan Setya Novanto.

Ganjar memang memiliki alibi kuat untuk menepis tuduhan tersebut sehingga ia bisa meyakinkan pada partai pengusung dan pendukungnya. Ini dibuktikan dengan tingginya popularitas dan elektabilitas dalam survei yang dilakukan oleh sejumlah pihak.

Dari sisi konstituen, Ganjar-Yasin dan Sudirman-Ida memiliki basis ideologis yang relatif sama yakni nasionalis-santri. Oleh karena itu, selain menggarap intens pemilih dari kantong-kantong tradisional PDIP, Ganjar-Yasin berusaha melebarkan dukungan dari para pemilih santri, utamanya dari warga NU yang direpresentasikan oleh Yasin.

Begitu pula Sudirman-Ida, selain berusaha mengamankan suara dari pemilih dari Gerindra, PAN, PKS, dan PBB yang sejak awal mengusungnya, kubu ini juga intens menggarap suara dari kalangan santri dengan motor penggerak PKB yang menempatkan kadernya sebagai calon wagub.

Sejak Pemilu 1999, PDIP selalu menguasai suara di Jateng. Begitu pula sejak Pilgub Jateng digelar secara langsung, pasangan calon yang diusung oleh partai berlambang banteng ini selalu sukses mengantarkan calonnya menjadi orang nomor satu di Jateng.

Sebagai petahana, Ganjar memiliki peluang besar untuk kembali memimpin Jateng. Apalagi, PDIP memiliki pendukung loyal di Jateng yang siap memenangkan calon yang diusung oleh partainya.

Sejumlah survei juga menunjukkan Ganjar-Yasin bakal meraih dukungan besar dalam pilgub yang akan digelar pada 27 Juni 2018. 

Benarkah Ganjar-Yasin bakal dengan mudah memenangi pilgub? Masih ada 2 bulan bagi kubu Sudirman-Ida untuk menaikkan elektabilitasnya karena pertarungan memang belum selesai. Tentu tim sukses Sudirman-Ida memiliki kiat untuk mendongkrak elektabilitas calon.

Apa pun, satu hal yang diinginkan oleh warga Jateng, persaingan tersebut tidak boleh merusak keselarasan hidup yang selama ini terpelihara. Siapa pun pemenangnya harus memberikan yang terbaik kepada seluruh rakyat Jateng. Harmoni warga Jateng terlalu mahal dilukai hanya untuk kontestasi pilgub.

Warga Jateng berharap dari waktu kampanye yang tersisa, kedua kubu lebih menonjolkan adu program realistis yang didukung data sahih. ***

Pewarta : Achmad Zaenal M
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024