12 Warga Semarang Meninggal Akibat Leptospirosis
"Penyakit leptospirosis ini hampir ditemukan di seluruh wilayah di Semarang," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinkes Kota Semarang dr Mada G Soebowo di Semarang, Selasa.
Berdasarkan data Dinkes Kota Semarang, tiga besar wilayah yang penderita leptospirosisnya paling tinggi sepanjang 2013 adalah Kecamatan Semarang Utara, kemudian Tembalang, dan Kecamatan Candisari.
Ia menyebutkan penderita leptospirosis di Kecamatan Semarang Utara sebanyak 14 pasien dan tiga orang di antaranya meninggal dunia, kemudian Kecamatan Tembalang 10 orang dan satu orang di antaranya meninggal.
Wilayah terbanyak penderita leptospirosis ketiga di Semarang, kata dia, Kecamatan Candisari yang tercatat sebanyak delapan warganya terserang leptospirosis, tetapi beruntung tidak ada yang meninggal dunia.
Temuan penyakit leptospirosis sepanjang 2013 tercatat sebanyak 72 kasus, kata dia, relatif turun dibandingkan pada 2012 lalu yang tercatat sebanyak 81 kasus leptospirosis dengan 14 penderita meninggal dunia.
Menurut Mada, penyakit leptospirosis bisa berakibat fatal jika pasien terlambat memeriksakan diri ke layanan kesehatan setelah mengalami gejala penyakit itu, mengingat yang diserang adalah organ ginjal.
"Yang diserang memang ginjal. Jadi, dampak terburuknya penderita bisa mengalami gagal ginjal. Orang yang terkena leptospirosis awalnya tidak menyadari sehingga tidak dilakukan penanganan cepat," katanya.
Ia menjelaskan gejala penyakit leptospirosis di antaranya tubuh mengalami panas selama tiga hari berturut-turut, perut terasa kaku dan keras, serta disertai gangguan pencernaan, seperti mual dan muntah.
"Seharusnya, begitu mengalami panas selama tiga hari berturut-turut segera diperiksakan ke layanan kesehatan. Jangan diobati sendiri tanpa panduan tenaga kesehatan sehingga bisa berakibat fatal," katanya.
Berkaitan dengan semakin tingginya intensitas dan curah hujan, Mada mengimbau masyarakat untuk mewaspadai penyakit leptospirosis, terutama menggunakan alat pelindung diri saat membersihkan sisa banjir.
"Misalnya, pakai sepatu boots dan sarung tangan untuk menghindari kontak langsung dengan banjir. Sebab, kotoran dan air kencing tikus bisa saja tercampur dengan air banjir. Karena itu, harus waspada," katanya.
Selain itu, ia mengingatkan masyarakat untuk tidak membuang bangkai tikus secara sembarangan, seperti di pinggir atau tengah jalan, tetapi sebaiknya dikubur atau dibakar agar tidak memicu leptospirosis.