"Selama ini, sekolah dan politeknik pelayaran, baik negeri maupun swasta di Indonesia baru mampu menyediakan 1.500 pelaut per tahun," kata Direktur Polimarin Sri Tutie Rahayu di Semarang, Senin.
Hal tersebut diungkapkannya usai peresmian Polimarin Semarang yang dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh di kampus yang beralamat di Jalan Pawiyatan Luhur I Nomor 1 Semarang itu.
Menurut dia, saat ini Indonesia hanya memiliki sebanyak 85 ribu pelaut, dan 20 ribu di antaranya perwira sehingga peluang kerja di bidang pelayaran dan kelautan sekarang masih sangat berlimpah.
"Kebutuhan sebanyak 3.500 pelaut per tahun itu baru untuk dalam negeri. Belum kebutuhan pelaut untuk mengisi pekerjaan di perusahaan-perusahaan asing yang masih sangat kurang dipenuhi Indonesia," katanya.
Ia menjelaskan saat ini terdapat setidaknya 164 sekolah pelaut, baik tingkat sekolah menengah kejuruan (SMK) maupun perguruan tinggi, sedangkan yang boleh mengeluarkan sertifikat hanya empat sekolah.
"Empat sekolah pelaut yang berwenang mengeluarkan sertifikat, salah satunya Polimarin. Tidak mungkin kami (Polimarin, red.) sendiri sanggup memenuhi kebutuhan pelaut yang sangat besar," katanya.
Karena itu, kata dia, pihaknya akan tetap bekerja sama dengan sekolah-sekolah maritim swasta seperti dulu sebelum menjadi Polimarin, misalnya kegiatan-kegiatan praktikum siswa sekolah maritim.
"Sebelum jadi Polimarin, kami memang sudah memfasilitasi sekolah-sekolah maritim lain untuk praktik di sini. Nantinya, kami juga tetap akan bekerja sama dan melayani mereka dengan sebaik-baiknya," katanya.
Ia mengingatkan seluruh sekolah maritim harus saling bekerja sama untuk menciptakan pelaut-pelaut handal yang mengisi kebutuhan pelaut yang sangat besar, terlebih Indonesia dikenal sebagai negara maritim.
"Kehadiran kami bukan untuk menyaingi sekolah-sekolah maritim swasta yang sudah ada, melainkan untuk bekerja sama mencukupi kebutuhan pelaut yang selama ini belum terpenuhi secara maksimal," katanya.
Polimarin Semarang saat ini menerima sebanyak 100 mahasiswa dari berbagai daerah Indonesia untuk mengisi tiga program studi, yakni nautika, teknika, dan ketatalaksanaan pelayaran niaga dan kepelabuhanan (KPN).
"Kebanyakan mahasiswa dari Jawa Timur. Tahun ini, kami menerima 100 mahasiswa, tetapi tahun depan kami berupaya meningkatkan dua kali lipat sesuai dengan arahan Pak Nuh (Mendikbud, red)," kata Tutie.