Blora (ANTARA) - Pendapatan terbesar Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. R. Soeprapto Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, berasal dari BPJS Kesehatan melalui pasien peserta jaminan kesehatan nasional (JKN) yang mencapai 84,72 persen dari penerimaan selama 2024.
"Pendapatan kami selama 2024 sebesar Rp59,85 miliar, sedangkan 84,72 persen di antaranya atau Rp50,7 miliar berasal dari BPJS Kesehatan," kata Direktur RSUD dr. R. Soeprapto Cepu drg Wilys Yuniarti di Blora, Senin.
Sementara terbesar kedua, kata dia, berasal dari pasien umum sebesar Rp6,87 miliar, sedangkan kerja sama pihak ketiga sebesar Rp1,31 miliar, serta pasien tidak mampu (SKTM) sebesar Rp426,7 juta.
Untuk belanja operasional RSUD Cepu sepanjang 2024, kata dia, mencapai Rp56,11 miliar.
Dari jumlah sebesar itu, sebesar Rp20,46 miliar di antaranya dialokasikan untuk belanja pegawai, sedangkan Rp35,65 miliar untuk belanja barang dan jasa.
"Pos terbesar antara lain jasa tenaga kesehatan sebesar Rp9,14 miliar dan belanja obat-obatan sebesar Rp7,86 miliar," ujarnya.
Sementara tingkat kunjungan pasien, kata dia, selama 2024 mengalami peningkatan signifikan dibanding tahun sebelumnya. Pasien rawat jalan mencapai 60.940 orang atau naik 49,4 persen, rawat inap 14.900 pasien atau naik 39,7 persen, dan rawat inap khusus 13.240 pasien atau naik 53,4 persen.
Kinerja positif sepanjang tahun 2024, kata dia, berhasil meningkatkan fleksibilitas pengelolaan keuangan, dan mutu layanan.
"Perubahan paling signifikan sejak berstatus Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), yakni fleksibilitas keuangan dan kemandirian operasional," ujarnya.
Dengan BLUD, kata dia, rumah sakit kini dapat menggunakan langsung pendapatan untuk belanja operasional, tanpa menunggu pencairan APBD. Sehingga berdampak pada ketersediaan obat, alat kesehatan, hingga percepatan rekrutmen tenaga medis.
"Dengan BLUD, kami lebih cepat memenuhi kebutuhan obat, alat kesehatan, hingga menambah SDM. Dampaknya, mutu pelayanan meningkat, waktu tunggu pasien berkurang, dan kepuasan masyarakat lebih baik," ujarnya.
RSUD Cepu sendiri, kata dia, merencanakan reinvestasi melalui pengadaan alat kesehatan baru seperti CT Scan dan ventilator. Kemudian renovasi ruang rawat inap sesuai standar Kelas Rawat Inap Standar (KRIS), pengembangan layanan unggulan seperti hemodialisis, implementasi sistem digitalisasi rumah sakit atau rekam medis elektronik, antrean online, e-resep, insentif, dan pelatihan SDM berbasis kinerja.
"Dana surplus tidak dikembalikan ke kas daerah, tapi dimanfaatkan langsung untuk pengembangan fasilitas, SDM, dan layanan, sesuai aturan BLUD," imbuhnya.
Sejalan dengan peningkatan fasilitas, RSUD Cepu fokus mengembangkan kompetensi tenaga kesehatan melalui pelatihan BTCLS, ACLS, ATLS, sertifikasi profesi, hingga izin belajar lanjutan untuk spesialis. Kerja sama juga dilakukan dengan universitas dan rumah sakit pendidikan untuk transfer ilmu.
Dari sisi digitalisasi, rumah sakit mulai mengembangkan rekam medis elektronik (ERM), sistem pendaftaran online, serta integrasi SIMRS guna mempercepat pelayanan dan meningkatkan transparansi.
Memasuki tahun 2025, RSUD Cepu menargetkan peningkatan layanan unggulan berbasis teknologi, percepatan digitalisasi rumah sakit, kreditasi KARS untuk peningkatan mutu dan patient safety, pengembangan fasilitas rawat inap sesuai standar nasional.
"Kami ingin RSUD Cepu semakin modern, ramah pasien, dengan layanan unggulan yang dapat diandalkan masyarakat Blora dan sekitarnya," ujarnya.
Baca juga: BPJS Kesehatan pastikan mutu pelayanan faskes melalui langkah evaluasi

