UNESCO : Semarang bisa jadi percontohan penanganan stunting
Semarang (ANTARA) - Executive Director Asia Pacific Centre for Ecohydrology (APCE)-UNESCO C2C Prof Ignas Sutapa menyampaikan Kota Semarang bisa menjadi percontohan nasional dalam penanganan stunting.
"Permasalahan stunting adalah masalah bersama. Harus ada upaya serius untuk Indonesia Maju sehingga konsep atau halangan berkaitan dengan kesehatan atau masalah stunting bisa diatasi," katanya di Semarang, Jawa Tengah, Jumat.
Berbagai upaya yang dilakukan Pemkot Semarang, mulai pemenuhan gizi bagi ibu hamil atau calon ibu dan anak pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), sosialisasi peran orang tua, serta kesehatan lingkungan, ternyata berhasil membuat angka stunting turun signifikan.
"Dan tadi disampaikan sangat komprehensif, artinya (data-data Pemkot Semarang) menurut saya sangat lengkap dan bisa menjadi modal awal ke depan, karena barangkali membutuhkan model-model yang pas dalam percepatan penurunan stunting," katanya.
"Mudah-mudahan Kota Semarang dengan keberhasilannya ini, kami tadi berdiskusi, bisa dijadikan model syukur-syukur (tingkat) nasional," katanya usai Rapat Koordinasi terkait penanganan stunting di Balai Kota Semarang.
Ignas juga mengapresiasi langkah-langkah Pemkot Semarang dalam upaya pemenuhan kebutuhan sumber pangan lewat program pertanian perkotaan (urban farming) yang selalu digencarkan oleh Wali Kota Semarang.
Pertanian perkotaan, kata dia, bisa membantu kecukupan gizi masyarakat. Selain itu program-program penanganan stunting seperti daycare dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) juga harus terus digencarkan.
"Ini sangat bagus sekali, bisa menjadi model dan mesti ada hal-hal yang harus diteruskan dan ditingkatkan, serta komitmen untuk bisa mengeksekusi atau mensinergikan," ucapnya.
Sementara itu Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menyebutkan kasus stunting hingga Februari 2024 tercatat 857 kasus, namun turun drastis dari satu tahun sebelumnya di angka 1.340 kasus.
Ita, sapaan akrab Hevearita, terus menekankan jajarannya untuk selalu membuat perencanaan dan berbagai inovasi agar tahun 2024 status stunting di Kota Semarang bisa nol kasus.
"Kami punya cita-cita, pandangan, perencanaan, dan inovasi di Kota Semarang ini bisa menjadi atau diimplementasikan ke tingkat lebih tinggi dengan memakai digitalisasi sebagai pemacu proses-prosesnya. Saat ini penurunan angka stunting di Kota Semarang sangat drastis," katanya.
Selain perencanaan-perencanaan yang sudah dijalankan pemerintah, Ita berharap ke depan masyarakat bisa ikut berperan dalam upaya menurunkan angka stunting, terutama saat ini perhatian khusus pada ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK).
"Kami juga harus waspada ada ibu KEK sehingga harus dilakukan penanganan. Maka kami lakukan pembuatan program siaga stunting, jadi betul-betul motret dari masing-masing anak stunting dan ibu hamil," katanya.
"Nanti akan dilihat satu-satu keluarga, seperti dalam upaya kamu menurunkan kemiskinan ekstrem. Kita akan buat parameternya," ujar Ita.
"Permasalahan stunting adalah masalah bersama. Harus ada upaya serius untuk Indonesia Maju sehingga konsep atau halangan berkaitan dengan kesehatan atau masalah stunting bisa diatasi," katanya di Semarang, Jawa Tengah, Jumat.
Berbagai upaya yang dilakukan Pemkot Semarang, mulai pemenuhan gizi bagi ibu hamil atau calon ibu dan anak pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), sosialisasi peran orang tua, serta kesehatan lingkungan, ternyata berhasil membuat angka stunting turun signifikan.
"Dan tadi disampaikan sangat komprehensif, artinya (data-data Pemkot Semarang) menurut saya sangat lengkap dan bisa menjadi modal awal ke depan, karena barangkali membutuhkan model-model yang pas dalam percepatan penurunan stunting," katanya.
"Mudah-mudahan Kota Semarang dengan keberhasilannya ini, kami tadi berdiskusi, bisa dijadikan model syukur-syukur (tingkat) nasional," katanya usai Rapat Koordinasi terkait penanganan stunting di Balai Kota Semarang.
Ignas juga mengapresiasi langkah-langkah Pemkot Semarang dalam upaya pemenuhan kebutuhan sumber pangan lewat program pertanian perkotaan (urban farming) yang selalu digencarkan oleh Wali Kota Semarang.
Pertanian perkotaan, kata dia, bisa membantu kecukupan gizi masyarakat. Selain itu program-program penanganan stunting seperti daycare dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) juga harus terus digencarkan.
"Ini sangat bagus sekali, bisa menjadi model dan mesti ada hal-hal yang harus diteruskan dan ditingkatkan, serta komitmen untuk bisa mengeksekusi atau mensinergikan," ucapnya.
Sementara itu Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menyebutkan kasus stunting hingga Februari 2024 tercatat 857 kasus, namun turun drastis dari satu tahun sebelumnya di angka 1.340 kasus.
Ita, sapaan akrab Hevearita, terus menekankan jajarannya untuk selalu membuat perencanaan dan berbagai inovasi agar tahun 2024 status stunting di Kota Semarang bisa nol kasus.
"Kami punya cita-cita, pandangan, perencanaan, dan inovasi di Kota Semarang ini bisa menjadi atau diimplementasikan ke tingkat lebih tinggi dengan memakai digitalisasi sebagai pemacu proses-prosesnya. Saat ini penurunan angka stunting di Kota Semarang sangat drastis," katanya.
Selain perencanaan-perencanaan yang sudah dijalankan pemerintah, Ita berharap ke depan masyarakat bisa ikut berperan dalam upaya menurunkan angka stunting, terutama saat ini perhatian khusus pada ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK).
"Kami juga harus waspada ada ibu KEK sehingga harus dilakukan penanganan. Maka kami lakukan pembuatan program siaga stunting, jadi betul-betul motret dari masing-masing anak stunting dan ibu hamil," katanya.
"Nanti akan dilihat satu-satu keluarga, seperti dalam upaya kamu menurunkan kemiskinan ekstrem. Kita akan buat parameternya," ujar Ita.