Hortikultura jadi penahan inflasi periode Februari di Jateng
Semarang (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah (BI Jateng) menyebutkan penurunan harga komoditas hortikultura menjadi penahan peningkatan inflasi di Jateng pada periode Februari 2024.
Pelaksana Harian (Plh) Kepala Perwakilan BI Jateng Nita Rachmenia, dalam pernyataan di Semarang, Minggu, menyebutkan komoditas yang dimaksud adalah bawang merah, kol putih, kubis, dan tomat.
Penurunan harga berlangsung seiring dengan ketercukupan pasokan sejumlah komoditas hortikultura tersebut di Jateng, seperti panen dini bawang merah di Brebes dengan luas lahan 150 hektare.
Dia mengakui, panen dini dilakukan sebagai dampak dari kekhawatiran petani bawang merah terhadap curah hujan yang tinggi dan banjir di areal lahan bawang merah yang berisiko mengganggu hasil panen.
Pada Februari 2024, kata dia, perkembangan inflasi gabungan di sembilan kabupaten/kota di Jateng masih berada dalam rentang sasaran inflasi, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 0,57 persen (month to month).
Dengan demikian, inflasi gabungan sembilan kabupaten/kota di Jateng pada Februari 2024 sebesar 2,98 persen dan berada di rentang sasaran target inflasi, yakni 2,5 plus minus 1 persen.
Secara spasial, kata dia, seluruh kabupaten/kota IHK di Jateng mengalami inflasi, dengan inflasi tertinggi di Kota Tegal, yakni 0,9 persen (mtm), diikuti Purwokerto, Kabupaten Wonogiri, Kudus, dan Kota Surakarta sebesar 0,61 persen (mtm).
Ia menjelaskan bahwa inflasi, terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas pangan, yakni beras karena sebagian besar wilayah sentra produksi beras di Jateng belum memasuki masa panen.
Meski demikian, kata dia lagi, harga beras diperkirakan akan berada pada tren penurunan di periode berikutnya, seiring dengan panen yang mulai berlangsung di beberapa wilayah, seperti Kabupaten Purworejo.
Selain itu, sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) wilayah Jateng, antara lain melalui Gerakan Pangan Murah (GPM), juga menjadi salah satu upaya pengendalian harga pangan, terutama beras.
Inflasi juga dipengaruhi kenaikan harga telur dan daging ayam ras, seiring dengan kenaikan biaya produksi peternak akibat kenaikan harga pangan dan penurunan pasokan setelah sejumlah peternak melakukan afkir ayam.
Pada 2024, inflasi IHK diperkirakan akan berada pada sasaran inflasi 2,5 plus minus 1 persen sehingga BI bersama para pemangku kepentingan yang tergabung dalam TPID Jateng akan terus berkoordinasi dan bekerja sama melaksanakan berbagai program pengendalian inflasi.
Program pengendalian inflasi tersebut ditujukan untuk menjaga kecukupan pasokan dan kelancaran distribusi barang/komoditas di Jateng.
Pelaksana Harian (Plh) Kepala Perwakilan BI Jateng Nita Rachmenia, dalam pernyataan di Semarang, Minggu, menyebutkan komoditas yang dimaksud adalah bawang merah, kol putih, kubis, dan tomat.
Penurunan harga berlangsung seiring dengan ketercukupan pasokan sejumlah komoditas hortikultura tersebut di Jateng, seperti panen dini bawang merah di Brebes dengan luas lahan 150 hektare.
Dia mengakui, panen dini dilakukan sebagai dampak dari kekhawatiran petani bawang merah terhadap curah hujan yang tinggi dan banjir di areal lahan bawang merah yang berisiko mengganggu hasil panen.
Pada Februari 2024, kata dia, perkembangan inflasi gabungan di sembilan kabupaten/kota di Jateng masih berada dalam rentang sasaran inflasi, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 0,57 persen (month to month).
Dengan demikian, inflasi gabungan sembilan kabupaten/kota di Jateng pada Februari 2024 sebesar 2,98 persen dan berada di rentang sasaran target inflasi, yakni 2,5 plus minus 1 persen.
Secara spasial, kata dia, seluruh kabupaten/kota IHK di Jateng mengalami inflasi, dengan inflasi tertinggi di Kota Tegal, yakni 0,9 persen (mtm), diikuti Purwokerto, Kabupaten Wonogiri, Kudus, dan Kota Surakarta sebesar 0,61 persen (mtm).
Ia menjelaskan bahwa inflasi, terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas pangan, yakni beras karena sebagian besar wilayah sentra produksi beras di Jateng belum memasuki masa panen.
Meski demikian, kata dia lagi, harga beras diperkirakan akan berada pada tren penurunan di periode berikutnya, seiring dengan panen yang mulai berlangsung di beberapa wilayah, seperti Kabupaten Purworejo.
Selain itu, sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) wilayah Jateng, antara lain melalui Gerakan Pangan Murah (GPM), juga menjadi salah satu upaya pengendalian harga pangan, terutama beras.
Inflasi juga dipengaruhi kenaikan harga telur dan daging ayam ras, seiring dengan kenaikan biaya produksi peternak akibat kenaikan harga pangan dan penurunan pasokan setelah sejumlah peternak melakukan afkir ayam.
Pada 2024, inflasi IHK diperkirakan akan berada pada sasaran inflasi 2,5 plus minus 1 persen sehingga BI bersama para pemangku kepentingan yang tergabung dalam TPID Jateng akan terus berkoordinasi dan bekerja sama melaksanakan berbagai program pengendalian inflasi.
Program pengendalian inflasi tersebut ditujukan untuk menjaga kecukupan pasokan dan kelancaran distribusi barang/komoditas di Jateng.