Banyumas (ANTARA) - Makanan merupakan kebutuhan utama yang harus dipenuhi oleh setiap individu agar dapat bertahan hidup. Manusia cenderung senang mencoba berbagai jenis makanan guna mengeksplorasi keanekaragaman rasa.
Promosi, di sisi lain, merupakan strategi pemasaran untuk memperkenalkan dan menjual produk kepada konsumen. Penggunaan berbagai media, termasuk media dalam jaringan (daring), menjadi pilihan efektif dalam pelaksanaan promosi dibandingkan dengan promosi atas suatu produk dengan menggunakan metode tradisional.
Melalui media daring, promosi dapat dilakukan tanpa memerlukan ruang fisik yang luas, akan tetapi cukup dengan memanfaatkan platform media sosial atau internet.
Dalam konteks Indonesia, pertumbuhan pesat penggunaan media sosial menjadi fenomena yang relatif menonjol. Kementerian Komunikasi dan Informatika mencatat bahwa terdapat 63 juta pengguna internet di Indonesia, dengan 95 persen di antara mereka menggunakan media sosial.
Media sosial tidak hanya menjadi sarana bagi warga untuk beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga menjadi platform bisnis, termasuk kegiatan promosi. Salah satu bentuk promosi yang populer melalui media sosial adalah endorsemen selebritas yang maksudnya upaya promosi atas suatu produk dengan melibatkan selebgram.
Promosi melalui selebgram dianggap sebagai pilihan yang tepat saat ini karena kepopuleran yang dimiliki oleh selebgram dalam memberikan dampak positif. Penggunaan selebgram dalam promosi memberikan daya tarik tambahan, terutama karena pengikut selebgram cenderung terinspirasi dan tertarik dengan apa yang dipromosikan oleh idola mereka.
Keselarasan antara selebgram dan produk yang dipromosikan menciptakan citra positif yang dapat memotivasi pengikut untuk mengikuti jejak idola mereka. Dengan demikian, promosi menggunakan selebgram dianggap lebih efisien dibandingkan dengan promosi tanpa melibatkan selebgram.
Oleh karena selebgram memiliki daya pengaruh yang kuat dan jumlah pengikut yang besar, hal itu menjadikannya sarana yang efektif bagi pelaku bisnis untuk memasarkan produk mereka. Hal ini menarik untuk diperhatikan, terutama dalam rangka mengevaluasi dampak penempatan iklan di Instagram selebritis terhadap minat dan keinginan konsumen melakukan pembelian terhadap produk tertentu.
Selebgram memiliki pendekatan unik dalam memasarkan produk kepada pengikutnya. Beberapa selebgram seringkali mempromosikan merek makanan yang serupa, dan hal ini dapat memicu perbandingan secara visual antara promosi mereka.
Pengikut atau konsumen cenderung mempertimbangkan visual terbaik di antara kedua selebgram tersebut saat menilai makanan yang dipromosikan.
Kesenangan yang dirasakan oleh pengikut tercermin dari hubungan dekat yang terjalin di antara mereka, sehingga apapun yang dibicarakan atau dipromosikan oleh selebgram akan dianggap dapat dipercayai dan diikuti oleh para pengikut.
Niat konsumen membeli suatu produk dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk bagaimana selebgram menyajikan iklan makanan secara menarik, seperti ekspresi autentik terhadap rasa yang terkandung dalam makanan tersebut.
Kesenangan konsumen dapat tercermin dari sejauh mana mereka aktif mencari informasi tentang produk yang dipromosikan oleh selebgram.
Di samping memiliki popularitas yang cukup besar, peranan endorsemen selebritas juga berdampak substansial kepada para pengikutnya. Dengan menggunakan pendekatan "soft-selling" untuk memengaruhi persepsi konsumen, endorsemen selebritas mampu memberikan edukasi kepada konsumen lewat informasi yang mereka tuturkan.
Penyampaian informasi tersebut dapat menguatkan kepercayaan pembeli kepada produk yang pada akhirnya akan memengaruhi keputusan pembelian.
Pemanfaatan endorsemen selebritas juga dipandang berhasil dalam kampanye promosi di Instagram, dengan pemasar menganggap pemasaran oleh pemengaruh sebagai sarana yang efektif untuk mencapai sasaran pemasaran mereka.
Endorsemen yang umum ditemukan di Instagram seringkali berkenaan dengan produk kuliner. Mengacu pada data Badan Ekonomi Kreatif pada 2020, divisi sektor kuliner mendominasi dengan partisipasi sebesar 41,69 persen.
Adanya selebgram dan pengguna Instagram yang memasarkan beragam kuliner semakin menarik minat para pengikut.
Data bersumber dari State of The Global Islamic Economy pada 2019 menunjukkan bahwa pengeluaran global orang Islam untuk makanan dan minuman diperkirakan mencapai 1,17 triliun dolar Amerika Serikat pada tahun tersebut.
Indonesia, sebagai pasar konsumen makanan dan minuman terbesar di negara-negara Organization of Islamic Cooperation (OIC) atau Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) menawarkan peluang bisnis yang menarik, terutama dalam sektor kuliner.
*) Anggit Pamungkas, Mahasiswa Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Prof KH Saifuddin Zuhri Purwokerto