Semarang (ANTARA) - Haikal Hassan yang merupakan seorang motivator yang juga ustaz mengapresiasi sikap politik kebangsaan Muhammadiyah sebagai ormas besar di Indonesia menjelang Pemilu 2024.
Apresiasi Babeh Haikal, panggilan akrabnya ini, merespon pernyataan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir yang mengatakan pihaknya memilih jalur nonpolitis praktis.
"Jadi mungkin orang masih berdebat soal posisi netral atau tidak netral, independen atau tidak independen, atau apapun istilahnya, namun semua harus berbasis pada pemikiran resmi khittah dan posisi Muhammadiyah sebagai ormas yang telah memilih jalur non-politik praktis," kata Haedar Nashir.
Haedar Nashir menegaskan Muhammadiyah berkiprah dalam politik kebangsaan atau politik kenegaraan (high politics), sebaliknya tidak berkiprah dalam politik kekuasaan (real politics, politik praktis).
Atas sikap politik Muhammadiyah tersebut, Babeh Haikal menilai Muhammadiyah konsisten atau istiqomah tidak terlibat langsung dalam politis praktis.
"Saya sangat mengapresiasi tetap istiqomah dan pada khittah-nya Muhammadiyah yang tidak mau terlibat langsung dalam politik praktis yang ada jelang pemilu ini," kata Babeh Haikal.
Apa yang sudah ditegaskan oleh Muhammadiyah, tambah Babeh Haikal, dalam rangka menjaga rasionalitas dalam memilih dan untuk kepentingan persatuan ummat di atas segalanya.
"Apresiasi yang tinggi kepada Muhammadiyah yang kembali kepada ruh dan khittah Muhammadiyah yang sarat keilmuan dan kemandirian. Hal ini sekaligus menguatkan bangsa dengan wibawa dan persaudaraan," tutup Babeh Haikal Hassan.