Semarang (ANTARA) - Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu meminta jajaran camat dan lurah sebagai pemangku wilayah untuk memetakan lahan kosong yang kering di wilayahnya untuk mengantisipasi kebakaran.
"Pak lurah dan camat, kami minta untuk data dan membuat surat imbauan di wilayahnya yang memiliki lahan kosong agar dilakukan pembersihan," kata Ita, sapaan akrab Hevearita di Semarang, Senin.
Menurut dia, pemetaan lahan kosong sangat penting pada musim kemarau panjang seperti sekarang, mengingat banyak kasus kebakaran yang menimpa lahan kosong yang ditumbuhi ilalang dan rumput liar.
Data dari Dinas Pemadam Kebakaran kota Semarang, pada September ini setidaknya sudah ada 138 kasus kebakaran yang sebagian besar berupa lahan kosong terbengkalai yang ditumbuhi rumput dan ilalang yang mengering.
Karena itu, kata dia, jika ditemukan lahan kosong yang ditumbuhi ilalang serta rumputnya mengering maka camat dan lurah diinstruksikan untuk segera melakukan pembersihan lahan dari rumput dan ilalang kering.
"Maksudnya kalau lahan terbebas dari alang-alang kering, harapannya terhindar dari ancaman kebakaran," katanya, usai Rapat Koordinasi Kewaspadaan Wilayah Terhadap Bencana Kebakaran di Balai Kota Semarang.
Diakuinya, ratusan kasus kebakaran yang terjadi di Kota Semarang pada kemarau tahun ini memang menyulitkan petugas pemadam kebakaran, apalagi jika terjadi beberapa kasus kebakaran yang waktunya bersamaan.
Saat ini, kata dia, Damkar Kota Semarang sedang fokus menangani kebakaran di TPA Jatibarang yang membuat para petugas damkar mengeluarkan tenaga ekstra untuk segera menuntaskan masalah itu.
"Jika pada saat bersamaan ada kebakaran misal di Genuk, Wonosari, dan tadi (8/10) malam di sekitar area The Park Mall, tentu akan menyulitkan. Dan ini ternyata kasus kebakaran alang-alang semua," katanya.
Selain itu, Ita juga akan berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan terkait untuk melakukan penanganan kebakaran di lahan kering, seperti Perhutani untuk melakukan pemetaan lahan-lahan kering di wilayah yang dikelolanya.
Kebakaran setidaknya sudah empat kali terjadi di TPA Jatibarang sejak September 2023, diawali pada Senin (18/9) lalu yang berlangsung lebih dari satu minggu, dan dibantu dengan "water bombing".
Kebakaran yang keempat kalinya di TPA Jatibarang dengan intensitas yang lebih besar terjadi pada Jumat (6/10) lalu, dan kali ini juga melibatkan bantuan "water bombing" untuk menuntaskan pemadaman.
Baca juga: "Water Bombing" bantu padamkan kebakaran TPA Jatibarang