Kominfo panen raya ikan program Pembudi Daya "Go Digital" di Banyumas
Purwokerto (ANTARA) - Direktorat Ekonomi Digital, Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) melakukan panen raya ikan yang dibudidayakan melalui program Pembudi Daya Go Digital di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Panen raya yang dipimpin Direktur Ekonomi Digital I Nyoman Adhiarna itu digelar di kolam milik Kelompok Pembudi Daya Ikan (Pokdakan) "Mina Sari" Desa Purwosari, Kecamatan Baturraden, Banyumas, Jumat.
Saat memberi keterangan pers usai panen raya, Direktur Ekonomi Digital I Nyoman Adhiarna mengatakan program Pembudi Daya Go Digital tersebut bertujuan untuk mendorong masyarakat khususnya di kegiatan usaha dan bisnis mempercepat adopsi teknologi digital.
"Dengan kata lain, kita ingin mempercepat akselerasi transformasi digital di usaha perikanan budi daya. Itu tujuannya, dan jangan sampai kita ketinggalan dari negara lain," jelasnya.
Menurut dia, teknologi digital sebenarnya telah ada di sekitar masyarakat tetapi jangan sampai terlambat memanfaatkannya.
Padahal, kata dia, sinyal digital sudah ada namun hanya dimanfaatkan untuk bermain gim dan sebagainya.
"Padahal bisa digunakan untuk meningkatkan usaha kita," tegasnya.
Oleh karena itu, pihaknya pada tahun 2023 melaksanakan program untuk mendukung perikanan budi daya dengan teknologi micro bubble dan auto feeder di sekitar empat hingga lima lokasi.
Menurut dia, teknologi micro bubble digunakan untuk melarutkan oksigen di dalam air agar ikan mudah berkembang biak, sedangkan auto feeder merupakan teknologi untuk memberikan makan secara otomatis kepada ikan.
Dalam hal ini, Kominfo menggandeng salah satu startup yang bergerak di bidang teknologi untuk meningkatkan produktivitas perikanan budi daya.
"Itu yang dilakukan dengan Kominfo ya. Tetapi Banoo, startup, mereka punya sendiri, kebanyakan di Jawa Tengah dan sebagian di Jawa Barat," ungkap Nyoman.
Ia mengakui banyak manfaat yang dihasilkan dari penggunaan teknologi digital tersebut karena pakan yang dibutuhkan lebih rendah namun hasilnya lebih besar.
"Sudah terbukti, dan ini tugas kami di Kementerian Kominfo, mengukur dampak itu, yang disebut proof of concept. Jadi, teknologi yang diadopsi itu memang bisa dibuktikan memberi manfaat bagi masyarakat dan bisa diterapkan secara masif," jelasnya.
Dalam hal ini, kata dia, teknologi tersebut dapat diterapkan secara meluas dari Sabang sampai Merauke kepada lebih banyak kelompok budi daya perikanan.
Menurut dia, Kominfo dalam melaksanakan program tersebut hanya sebagai proyek percontohan.
"Harusnya yang melaksanakan secara masif itu adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan, kerja sama dengan private sector, dengan BUMN, swasta," tegasnya.
Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan adanya keinginan pokdakan di luar lokasi proyek percontohan yang tertarik untuk membeli peralatan tersebut namun khawatir harganya mahal.
"Padahal enggak mahal. Sebenarnya mereka juga bisa beli tetapi harus didorong," kata Nyoman.
Sementara itu, Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan (Dinkannak) Kabupaten Banyumas Sulistiono mengatakan pada prinsipnya dengan digitalisasi dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi perikanan budi daya.
Bahkan berdasarkan hasil penghitungan, kata dia, penggunaan teknologi digital khususnya micro bubble dapat meningkatkan produksi hingga 30 persen dibandingkan dengan cara konvensional.
"Itu masih di dalam satu kali ulangan, nanti kita ulang terus akan ketemu rata-ratanya berapa dengan sistem micro bubble itu, produksinya akan naik berapa persen," jelasnya.
Terkait dengan keuntungan penggunaan micro bubble dalam budi daya ikan, Chief Operation Officer (CEO) Banoo Azellia Alma Shafira mengatakan alat tersebut memberikan oksigen ke dalam air, sehingga secara sains meningkatkan metabolisme ikan.
"Ketika udaranya bagus dan oksigennya cukup, ikan akan lebih bernafsu untuk makan karena metabolismenya lebih bagus," jelasnya.
Dengan demikian, kata dia, efisiensi pakan bisa terjaga karena tidak perlu menggunakan pakan terlalu banyak.
Menurut dia, penggunaan teknologi micro bubble dapat mempercepat masa panen, misalnya untuk ikan nila yang biasanya hingga empat bulan, saat sekarang tiga bulan bisa panen.
Sementara itu dari sisi berat terjadi peningkatan sekitar 30-40 persen, sehingga hasilnya lebih banyak dan secara ekonomi juga meningkat.
"Secara ekologi pun membantu untuk limbahnya karena menurunkan amonia, sehingga ketika sudah selesai panen, airnya tidak terlalu mencemari lingkungan sekitar," jelas Azellia.
Menurut dia, permasalahan di sektor perikanan budi daya selama ini adalah air setelah panen mencemari lingkungan sekitar, sehingga menurunkan kualitas air saat tebar selanjutnya.
Baca juga: Komisi IV DPR RI-KKP latih pembudi daya ikan di Banyumas membuat pakan
Panen raya yang dipimpin Direktur Ekonomi Digital I Nyoman Adhiarna itu digelar di kolam milik Kelompok Pembudi Daya Ikan (Pokdakan) "Mina Sari" Desa Purwosari, Kecamatan Baturraden, Banyumas, Jumat.
Saat memberi keterangan pers usai panen raya, Direktur Ekonomi Digital I Nyoman Adhiarna mengatakan program Pembudi Daya Go Digital tersebut bertujuan untuk mendorong masyarakat khususnya di kegiatan usaha dan bisnis mempercepat adopsi teknologi digital.
"Dengan kata lain, kita ingin mempercepat akselerasi transformasi digital di usaha perikanan budi daya. Itu tujuannya, dan jangan sampai kita ketinggalan dari negara lain," jelasnya.
Menurut dia, teknologi digital sebenarnya telah ada di sekitar masyarakat tetapi jangan sampai terlambat memanfaatkannya.
Padahal, kata dia, sinyal digital sudah ada namun hanya dimanfaatkan untuk bermain gim dan sebagainya.
"Padahal bisa digunakan untuk meningkatkan usaha kita," tegasnya.
Oleh karena itu, pihaknya pada tahun 2023 melaksanakan program untuk mendukung perikanan budi daya dengan teknologi micro bubble dan auto feeder di sekitar empat hingga lima lokasi.
Menurut dia, teknologi micro bubble digunakan untuk melarutkan oksigen di dalam air agar ikan mudah berkembang biak, sedangkan auto feeder merupakan teknologi untuk memberikan makan secara otomatis kepada ikan.
Dalam hal ini, Kominfo menggandeng salah satu startup yang bergerak di bidang teknologi untuk meningkatkan produktivitas perikanan budi daya.
"Itu yang dilakukan dengan Kominfo ya. Tetapi Banoo, startup, mereka punya sendiri, kebanyakan di Jawa Tengah dan sebagian di Jawa Barat," ungkap Nyoman.
Ia mengakui banyak manfaat yang dihasilkan dari penggunaan teknologi digital tersebut karena pakan yang dibutuhkan lebih rendah namun hasilnya lebih besar.
"Sudah terbukti, dan ini tugas kami di Kementerian Kominfo, mengukur dampak itu, yang disebut proof of concept. Jadi, teknologi yang diadopsi itu memang bisa dibuktikan memberi manfaat bagi masyarakat dan bisa diterapkan secara masif," jelasnya.
Dalam hal ini, kata dia, teknologi tersebut dapat diterapkan secara meluas dari Sabang sampai Merauke kepada lebih banyak kelompok budi daya perikanan.
Menurut dia, Kominfo dalam melaksanakan program tersebut hanya sebagai proyek percontohan.
"Harusnya yang melaksanakan secara masif itu adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan, kerja sama dengan private sector, dengan BUMN, swasta," tegasnya.
Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan adanya keinginan pokdakan di luar lokasi proyek percontohan yang tertarik untuk membeli peralatan tersebut namun khawatir harganya mahal.
"Padahal enggak mahal. Sebenarnya mereka juga bisa beli tetapi harus didorong," kata Nyoman.
Sementara itu, Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan (Dinkannak) Kabupaten Banyumas Sulistiono mengatakan pada prinsipnya dengan digitalisasi dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi perikanan budi daya.
Bahkan berdasarkan hasil penghitungan, kata dia, penggunaan teknologi digital khususnya micro bubble dapat meningkatkan produksi hingga 30 persen dibandingkan dengan cara konvensional.
"Itu masih di dalam satu kali ulangan, nanti kita ulang terus akan ketemu rata-ratanya berapa dengan sistem micro bubble itu, produksinya akan naik berapa persen," jelasnya.
Terkait dengan keuntungan penggunaan micro bubble dalam budi daya ikan, Chief Operation Officer (CEO) Banoo Azellia Alma Shafira mengatakan alat tersebut memberikan oksigen ke dalam air, sehingga secara sains meningkatkan metabolisme ikan.
"Ketika udaranya bagus dan oksigennya cukup, ikan akan lebih bernafsu untuk makan karena metabolismenya lebih bagus," jelasnya.
Dengan demikian, kata dia, efisiensi pakan bisa terjaga karena tidak perlu menggunakan pakan terlalu banyak.
Menurut dia, penggunaan teknologi micro bubble dapat mempercepat masa panen, misalnya untuk ikan nila yang biasanya hingga empat bulan, saat sekarang tiga bulan bisa panen.
Sementara itu dari sisi berat terjadi peningkatan sekitar 30-40 persen, sehingga hasilnya lebih banyak dan secara ekonomi juga meningkat.
"Secara ekologi pun membantu untuk limbahnya karena menurunkan amonia, sehingga ketika sudah selesai panen, airnya tidak terlalu mencemari lingkungan sekitar," jelas Azellia.
Menurut dia, permasalahan di sektor perikanan budi daya selama ini adalah air setelah panen mencemari lingkungan sekitar, sehingga menurunkan kualitas air saat tebar selanjutnya.
Baca juga: Komisi IV DPR RI-KKP latih pembudi daya ikan di Banyumas membuat pakan