Perupa Magelang-Yogyakarta pameran karya di kawasan Candi Borobudur
Magelang (ANTARA) -
Sebanyak dua komunitas perupa Magelang dan Yogyakarta menggelar pameran lukisan di Limanjawi Art House, kawasan Candi Borobudur Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, 18 Desember 2022 hingga 8 Januari 2023, sebagai wujud syukur karena pandemi COVID-19 semakin landai.
"Pameran kali ini di Limanjawi sebagai rasa syukur pandemi sudah mulai hilang," kata pengelola Limanjawi Art House Borobudur Umar Chusaeni di Magelang, Minggu.
Pameran dengan total 53 lukisan, masing-masing oleh 12 perupa Komunitas Seniman Borobudur Indonesia (KSBI) Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dengan tajuk "Struggle" di Galeri 1 Limanjawi Art House, sedangkan lima perupa Komunitas Gerak Yogyakarta dengan tajuk "Spirit of Java IV" di Galeri 2.
Pembukaan pameran antara lain ditandai pentas tarian rakyat "Jingkrak Sundang" oleh seniman rakyat Grup Sanggar Saujana Keron Kabupaten Magelang dan penabuhan truntung secara bersama-sama oleh para hadirin. Pameran karya seniman dua komunitas tersebut dibuka seorang biksu dari Thailand yang sedang bersama 500 umat Buddha dari beberapa daerah di Indonesia menjalani kegiatan Pabbajja Samanera di Candi Borobudur pada 15-26 Desember 2022.
Baca juga: Pemerintah masih kaji pengunjung boleh naik ke Borobudur
Umar menjelaskan pentingnya bersyukur karena kasus pandemi semakin melandai, setelah berbagai upaya pengendalian dan penanganan dilakukan pemerintah bersama-sama seluruh kekuatan dan elemen masyarakat, sehingga aktivitas masyarakat cenderung kembali normal dengan tetap patuh pada protokol kesehatan.
"Tentunya kita semua mengalami hal-hal sulit selama pandemi, sekarang situasi semakin membaik, kemudian mulai bergerak bersama-sama, seniman terus berkarya, pariwisata juga mulai jalan, seni rupa bergerak lagi. Ini (pameran seni rupa, red.) wujud rasa syukur kita," kata dia.
Ia juga mengatakan bahwa pameran di Limanjawi Art House, sekitar 600 meter timur Candi Borobudur itu, menjadi ruang silaturahim semua kalangan, terutama pelaku seni budaya dan pariwisata.
"Karena pariwisata ini akan bergerak juga, tidak lepas dari seni budaya," ucapnya usai pembukaan pameran yang dihadiri berbagai pelaku seni dan penikmat seni budaya, terutama dari Magelang dan Yogyakarta.
Baca juga: Ada simulasi penanganan aksi teror di Candi Borobudur
Seorang perupa dari Komunitas Gerak Yogyakarta Ledek Suckade menjelaskan komitmen kelompok seniman itu untuk mengangkat dan menggali objek dan ide karya terkait dengan tradisi budaya dan tatanan kehidupan masyarakat Jawa yang kaya makna dan artistik tersebut.
"Kita sebagai orang Jawa merasa memiliki (tradisi budaya, red.), kalau kita tidak mendokumentasikan lewat visual, mungkin untuk generasi ke depan akan lupa, bagaimana sih potret orang Jawa tempo dulu," katanya.
Ia menyebut sejumlah ciri khas karya seniman komunitas itu, antara lain tentang pengenaan pakaian lurik dan kemban, tarian rakyat, pertunjukan wayang, jamu gendong, becak, dan nongkrong.
"Seandainya becak manual ini sudah tergeser dengan becak bermotor, saya bayangkan ini sebuah benda-benda yang sudah tergeser zaman, makanya saya mendokumentasikan," ujarnya.
Seorang seniman KSBI Puji Hartono menyebut pentingnya pameran bersama antarkomunitas, antara lain sebagai kesempatan bersilaturahim kalangan seniman dan memperkuat semangat seniman dalam mengembangkan inspirasi untuk karya-karya pada masa mendatang.
"Untuk ke depannya membuat karya yang semakin baik, berkualitas, dan bermakna," katanya.
Baca juga: Ganjar Pranowo bersama ratusan raja nikmati kirab budaya di Borobudur
Sebanyak dua komunitas perupa Magelang dan Yogyakarta menggelar pameran lukisan di Limanjawi Art House, kawasan Candi Borobudur Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, 18 Desember 2022 hingga 8 Januari 2023, sebagai wujud syukur karena pandemi COVID-19 semakin landai.
"Pameran kali ini di Limanjawi sebagai rasa syukur pandemi sudah mulai hilang," kata pengelola Limanjawi Art House Borobudur Umar Chusaeni di Magelang, Minggu.
Pameran dengan total 53 lukisan, masing-masing oleh 12 perupa Komunitas Seniman Borobudur Indonesia (KSBI) Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dengan tajuk "Struggle" di Galeri 1 Limanjawi Art House, sedangkan lima perupa Komunitas Gerak Yogyakarta dengan tajuk "Spirit of Java IV" di Galeri 2.
Pembukaan pameran antara lain ditandai pentas tarian rakyat "Jingkrak Sundang" oleh seniman rakyat Grup Sanggar Saujana Keron Kabupaten Magelang dan penabuhan truntung secara bersama-sama oleh para hadirin. Pameran karya seniman dua komunitas tersebut dibuka seorang biksu dari Thailand yang sedang bersama 500 umat Buddha dari beberapa daerah di Indonesia menjalani kegiatan Pabbajja Samanera di Candi Borobudur pada 15-26 Desember 2022.
Baca juga: Pemerintah masih kaji pengunjung boleh naik ke Borobudur
Umar menjelaskan pentingnya bersyukur karena kasus pandemi semakin melandai, setelah berbagai upaya pengendalian dan penanganan dilakukan pemerintah bersama-sama seluruh kekuatan dan elemen masyarakat, sehingga aktivitas masyarakat cenderung kembali normal dengan tetap patuh pada protokol kesehatan.
"Tentunya kita semua mengalami hal-hal sulit selama pandemi, sekarang situasi semakin membaik, kemudian mulai bergerak bersama-sama, seniman terus berkarya, pariwisata juga mulai jalan, seni rupa bergerak lagi. Ini (pameran seni rupa, red.) wujud rasa syukur kita," kata dia.
Ia juga mengatakan bahwa pameran di Limanjawi Art House, sekitar 600 meter timur Candi Borobudur itu, menjadi ruang silaturahim semua kalangan, terutama pelaku seni budaya dan pariwisata.
"Karena pariwisata ini akan bergerak juga, tidak lepas dari seni budaya," ucapnya usai pembukaan pameran yang dihadiri berbagai pelaku seni dan penikmat seni budaya, terutama dari Magelang dan Yogyakarta.
Baca juga: Ada simulasi penanganan aksi teror di Candi Borobudur
Seorang perupa dari Komunitas Gerak Yogyakarta Ledek Suckade menjelaskan komitmen kelompok seniman itu untuk mengangkat dan menggali objek dan ide karya terkait dengan tradisi budaya dan tatanan kehidupan masyarakat Jawa yang kaya makna dan artistik tersebut.
"Kita sebagai orang Jawa merasa memiliki (tradisi budaya, red.), kalau kita tidak mendokumentasikan lewat visual, mungkin untuk generasi ke depan akan lupa, bagaimana sih potret orang Jawa tempo dulu," katanya.
Ia menyebut sejumlah ciri khas karya seniman komunitas itu, antara lain tentang pengenaan pakaian lurik dan kemban, tarian rakyat, pertunjukan wayang, jamu gendong, becak, dan nongkrong.
"Seandainya becak manual ini sudah tergeser dengan becak bermotor, saya bayangkan ini sebuah benda-benda yang sudah tergeser zaman, makanya saya mendokumentasikan," ujarnya.
Seorang seniman KSBI Puji Hartono menyebut pentingnya pameran bersama antarkomunitas, antara lain sebagai kesempatan bersilaturahim kalangan seniman dan memperkuat semangat seniman dalam mengembangkan inspirasi untuk karya-karya pada masa mendatang.
"Untuk ke depannya membuat karya yang semakin baik, berkualitas, dan bermakna," katanya.
Baca juga: Ganjar Pranowo bersama ratusan raja nikmati kirab budaya di Borobudur