Solo (ANTARA) - Dalam masa pemulihan dari pandemi COVID-19 seperti sekarang ini, geliat ekonomi mulai terlihat. Bukan hanya pusat perbelanjaan modern, tetapi pasar tradisional juga mulai dipadati oleh pembeli.
Penjual maupun pembeli tak ragu lagi melakukan transaksi secara langsung meski bayang-bayang COVID-19 belum sirna dari bumi pertiwi. Meski tidak sedikit penjual yang mulai beralih ke pasar digital, sebagian pelaku UMKM tetap memilih berjualan secara langsung.
Mereka beralasan karena tidak terlalu memahami cara berjualan melalui daring. Ada pula yang enggan dengan alur pengiriman dan transaksi melalui transfer rekening yang dirasa membutuhkan waktu.
Pada akhirnya, bagi yang masih gagap digital tidak sedikit memilih berjualan di pasar tumpah mengingat tidak banyak pasar yang khusus menyediakan tempat bagi pelaku UMKM, khususnya kerajinan tangan.
Gelaran car free day atau hari bebas kendaraan menjadi magnet tersendiri bagi para pedagang karena di situ pasar tumpah tersedia dengan melibatkan banyak pembeli.
Namun bagaimana dengan pelaku UMKM yang tinggal di desa? Tentu mereka kesulitan dengan akses CFD yang terlalu jauh dari rumah.
Salah satu daerah yang jauh aksesnya dari CFD yakni perbatasan Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Namun angin segar mulai terasa sejak dibangun tempat wisata baru, yakni Kali Pepe Land.
Terbantu
Setiap hari Minggu, tempat wisata baru ini membuka pasar tumpah dan menyediakan tempat bagi pelaku UMKM untuk berjualan. Pedagang yang kebanyakan berasal dari Colomadu, Kabupaten Karanganyar dan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jateng, memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh pemiliknya, yakni Puspo Wardoyo untuk berjualan.
Salah satunya Haedar Malik. Pemuda berusia 19 tahun asal Desa Gawanan, Kecamatan Colomadu ini biasanya berjualan ikan hias di Pasar Mangu, Ngemplak. Namun, khusus hari Minggu dia lebih memilih untuk berjualan di Kali Pepe Land.
Selain karena lebih dekat, toh penghasilan yang diperolehnya tidak kalah dengan hasil jualannya sehari-hari. "Lumayan, irit biaya bensin," katanya.
Setiap hari Minggu, dia bisa mengantongi keuntungan bersih hingga Rp200.000. Awalnya, dia tahu informasi mengenai pasar tumpah Kali Pepe Land melalui media sosial Instagram.
Ia mengaku penghasilan tersebut melebihi ekspektasi karena dia hanya cukup berjualan dari pukul 06.00-12.00 WIB. "Target pasar tinggi, kan ini tempatnya juga sedang viral," katanya.
Sudah empat kali Haedar berjualan di situ. Ia mengaku senang karena para pengunjung kebanyakan keluarga yang membawa serta anak-anak. Dengan begitu, warna-warni ikan hias dagangannya menjadi salah satu serbuan bagi anak-anak tersebut.
Keberadaan pasar tumpah tersebut juga dimanfaatkan oleh Wartanto untuk menambah penghasilan. Warga Malangjiwan, Colomadu ini mengaku sudah berjualan di lokasi tersebut sejak awal Kali Pepe Land berdiri.
Dalam satu hari berjualan di pasar tumpah, ia bisa mengantongi keuntungan bersih minimum Rp200.000, bahkan sering lebih dari itu. Pengunjung yang kebanyakan adalah ibu-ibu menjadi keuntungan tersendiri baginya.
Wadah UMKM
Manajer Area Kali Pepe Land Muhammad Ghurda mengatakan saat ini tercatat ada 160 pelaku UMKM yang berjualan di lokasi pasar tumpah. Bahkan, dalam satu hari pernah ada 200 pelaku usaha yang berjualan di sana.
Demi membantu masyarakat kecil, pihak manajemen sepakat untuk tidak menarik biaya apapun. Pelaku UMKM yang ingin berjualan di sana cukup mendaftarkan diri ke bagian informasi berikut jenis produk yang dijual.
"Nggak ada syarat macam-macam, jimpitan juga nggak ada. Silahkan jualan," katanya.
Lokasi wisata yang berdiri di tanah seluas 4 hektar ini juga menjadi tempat yang menarik dan nyaman bagi pengunjung karena mereka tidak harus membeli makanan yang dijual oleh pihak pengelola.
Bahkan, untuk masuk ke sana pengunjung tidak dikenai tiket masuk. Mereka yang membawa kendaraan cukup membayar ongkos parkir.
Ghurda mengatakan di setiap hari Minggu jumlah pengunjung Kali Pepe Land bisa mencapai 1.000 orang.
Saking banyaknya pengunjung maupun penjual, pihaknya harus menerapkan sistem roling agar tidak terjadi kepadatan mengingat penularan COVID-19 masih terjadi.
Sebagai wujud merangkul masyarakat kecil, upaya lain yang dilakukan oleh manajemen yakni mengundang pengamen jalanan untuk tampil menghibur para pengunjung.
Salah satu pengunjung, Ajeng Nimas mengaku senang dengan keberadaan tempat wisata baru tersebut. Selain untuk melepas penat, berbagai barang yang dijual di sana harganya cukup terjangkau.
"Baju, tanaman-tanaman hias, perabot rumah tangga, harganya termasuk murah. Jajanan anak-anak juga komplit," katanya.
Ia senang bisa membeli berbagai produk tanpa mengeluarkan uang terlalu banyak mengingat upahnya perbulan sebesar UMK.
Tak dipungkiri, keberadaan tempat wisata yang berkomitmen untuk menggandeng masyarakat kecil tersebut tetap dibutuhkan demi bisa menggerakkan ekonomi daerah.
Ke depan, diharapkan bukan hanya Kali Pepe Land tetapi juga muncul tempat wisata lain yang merangkul pelaku usaha kecil sebagai mitra kerjanya, mengingat UMKM berperan penting bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Apalagi, UMKM kerap disebut mampu menyerap hingga sebanyak 97 persen tenaga kerja nasional.
Berita Terkait
Dekranasda Kalbar tampilkan tenun dan anyaman pada Expo UMKM Solo
Sabtu, 18 Mei 2024 17:32 Wib
Bincang Bisnis Expo UMKM Dekranas bahas pentingnya digitalisasi usaha
Sabtu, 18 Mei 2024 12:24 Wib
BI catat kenaikan signifikan jumlah UMKM di Solo
Sabtu, 18 Mei 2024 12:21 Wib
Ibu Negara hadiri Expo Dekranas 2024 di Mangkunegaran Solo
Kamis, 16 Mei 2024 15:47 Wib
Kementerian Investasi akui kegiatan Dekranas Solo bantu ratusan umkm
Rabu, 15 Mei 2024 8:33 Wib
Sejumlah istri menteri mulai hadiri acara Dekranas di Solo
Selasa, 14 Mei 2024 14:34 Wib
Dinkop Semarang-Tokopedia bantu UMKM "naik kelas"
Rabu, 8 Mei 2024 16:07 Wib
KAI Purwokerto berikan diskon tiket untuk dukung Cilacap UMKM Expo
Rabu, 8 Mei 2024 16:04 Wib