Solo (ANTARA) - Sebanyak 27 stan, baik dari rumah sakit maupun agen perjalanan wisata di Indonesia, mengikuti pameran wisata kesehatan dengan tema "Indonesia Wellness and Health Tourism Expo" (IWHTE) Jawa Tengah 2022 di Mal Solo Paragon, Jumat.
Menurut Ketua Perhimpunan Kedokteran Wisata Kesehatan Indonesia (Perkedwi) Jawa Tengah yang juga penyelenggara acara, dr Ivo Devi Kristyan Perkedwi, pameran yang digelar bersama "RajaMICE" ini, diikuti 17 stan untuk rumah sakit dan klinik, serta 10 stan perusahaan agen perjalanan wisata di Indonesia.
Ivo, dokter spesialis bedah di RS Rumani Muhammadiyah Semarang tersebut, mengatakan peserta pameran dari rumah sakit dan klinik menawarkan berbagai layanan kesehatan dengan bahagia. Pameran yang digelar selama tiga hari, 27-29 Mei 2022 itu, menawarkan pelayanan kesehatan dengan diskon menarik bagi masyarakat.
Ia mengatakan target utama pameran wisata kesehatan memperkenalkan layanan kesehatan di Indonesia kepada masyarakat.
"Kami pilih mal karena masyarakat datang ke pusat keramaian ini. Jadi kami lebih mudah tidak usah mengundang mereka sudah datang ke pusat perbelanjaan ini," kata dia.
Melalui pameran itu, Perkedwi memperkenalkan pelayanan kesehatan di Indonesia dengan dokter-dokter yang mumpuni sehingga masyarakat tidak perlu ke luar negeri untuk berobat.
Ivo mengatakan masyarakat Indonesia selama ini lebih percaya bahwa pelayanan kesehatan di luar negeri lebih prima. Sebenarnya, pelayanan di Indonesia justru lebih bagus dibandingkan dengan luar negeri.
"Untuk itu, Perkedwi di bawah Ikatan Dokter Indonesia (IDI) melalui pameran mengenalkan kepada masyarakat ada layanan kesehatan di Indonesia dan tidak perlu lagi ke luar negeri. Sehingga, hal ini, membantu pemerintah untuk menghemat sekitar Rp97 triliun devisa Indonesia yang lepas ke luar negeri masyarakat yang berobat," kata dia.
Menurut dia, dengan pameran wisata kesehatan masyarakat menjadi mengenal layanan kesehatan di dalam negeri sehingga tidak perlu ke luar negeri untuk berobat dan lebih mencintai produk-produk dalam negeri.
Ia mengemukakan bahwa kemungkinan masyarakat banyak yang berobat ke luar negeri karena kurangnya sosialisasi dan promosi, seperti melalui pameran ini.
Untuk kesehatan, katanya, promosi itu ada kode etik, sedangkan seorang dokter tidak boleh mengiklankan di media sosial terkait dengan layanan kesehatannya.
Dengan pameran wisata kesehatan itu, RS yang mempromosikan layanan kesehatan dan dokternya yang dicari sebenarnya tetapi tidak boleh diiklankan.
Ia mengharapkan kegiatan ini membuat masyarakat mengenal dokter Indonesia yang dibutuhkan untuk memberikan layanan kesehatan.
"Kami menggandeng 'travel agent' (agen perjalanan wisata) karena ada wisata kesehatan atau 'health tourism'. Jadi yang sakit harus tetap bahagia dan yang jalan-jalan juga harus sehat," katanya.
Pihaknya berharap dengan kolaborasi wisata dan kesehatan yang akan dikembangkan ke depan, layanan kesehatan semakin baik, masyarakat semakin sehat, dan pariwisata juga semakin maju.
"Kita bisa jalan-jalan tapi ada 'medical check up', perawatan wajah, spa dan lainnya," katanya.