Pemdes Jagoan bangun 6 sumur untuk jamin ketahanan pangan
Boyolali (ANTARA) - Pemerintah Desa Jagoan, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah membangun enam sumur dalam mendukung irigasi persawahan untuk menjamin ketahanan pangan di wilayah itu.
Kepala Desa Jagoan, Yulianto, di Boyolali, Selasa mengatakan anggaran pembangunan enam sumur tersebut dari Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) dengan total Rp270 juta.
"Biaya pembuatan satu sumur dalam sekitar Rp45 juta, termasuk biaya pajak sehingga, total anggaran Rp270 juta untuk enam sumur dalam," katanya.
Sebanyak enam sumur dalam tersebut, mampu mengairi sawah warga setempat. Total sumur dalam di Desa Jagoan sekarang 33 titik, sedangkan pembuatan enam sumur dalam ini tersebar di beberapa titik persawahan warga setempat.
Dengan membangun enam sumur dalam tersebut, katanya, juga membawa berkah bagi para petani. Indeks tanam (IP) di area persawahan tersebut menjadi meningkat dari 1,5 kali menjadi tiga kali dalam setahun.
"Sumur ini, sangat membantu dan bisa memaksimalkan masa tanam. Banyak sawah yang mendapat pengairan dengan baik. Karena biasanya musim kemarau seperti ini tanah tandus tidak bisa ditanami. Sekarang mulai bisa ditanami termasuk padi," katanya.
Ia menyebut ketahanan pangan penting untuk menjamin keberlangsungan hidup. Apalagi di masa pandemi COVID-19, desa setempat tidak hanya fokus penanganan COVID-19, tetapi juga berupaya menjamin ketahanan pangan, salah satunya dengan membuat sumur dalam untuk pengairan sawah di wilayah itu.
"Pandemi COVID-19 tidak bisa diprediksi kapan akan berakhir sehingga Pemdes Jagoan menyikapi maksimal untuk pemberdayaan masyarakat, salah satunya mengenai ketahanan pangan desa," katanya.
Menurut Kepala Paguyuban Kelompok Tani Desa Jagoan, Pardi, sejak memiliki sumur dalam, pengairan sawah pada musim kemarau di Desa Jagoan cukup lancar. Masa tanam juga bisa dilakukan tiga kali dalam setahun. Bahkan, petani juga iuran untuk membuat sumur dalam.
Kepala Dinas Pertanian Boyolali Bambang Jiyanto mengatakan Sambi memiliki potensi besar dalam pemanfaatan sumur untuk pengairan sawah.
Hal itu, mengingat kontur tanah di Sambi datar dan air dalam mudah ditemukan. Berbeda dengan beberapa wilayah lain, yang memiliki kontur tanah datar namun tidak ada sumber air.
Dia mengatakan sawah di Sambi mayoritas tadah hujan dan hanya sekitar 700 hektare lahan yang memiki irigasi air dengan baik, sedangkan lainnya mengandalkan air hujan.
Meski pengairannya sulit dan indeks tanam 1,5, katanya, hasil pertaniannya baik. Sambi penyumbang keempat prosuksi pangan setelah Kecamatan Nogosari, Simo, dan Andong.
"Setelah ada sumur dalam di Desa Jagoan ini, IP bisa naik jadi tiga kali dalam setahun," katanya.
Bambang menjelaskan sistem sumur dalam untuk pengairan sawah cocok diterapkan di wilayah Sambi.
Ia mengatakan lahan pertanian mayoritas datar dan mudah menemukan titik yang bisa diambil airnya sehingga wilayah Sambi akan didorong untuk membuat sumur dalam dalam menompang pengairan sawah di daerah itu.
Kepala Desa Jagoan, Yulianto, di Boyolali, Selasa mengatakan anggaran pembangunan enam sumur tersebut dari Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) dengan total Rp270 juta.
"Biaya pembuatan satu sumur dalam sekitar Rp45 juta, termasuk biaya pajak sehingga, total anggaran Rp270 juta untuk enam sumur dalam," katanya.
Sebanyak enam sumur dalam tersebut, mampu mengairi sawah warga setempat. Total sumur dalam di Desa Jagoan sekarang 33 titik, sedangkan pembuatan enam sumur dalam ini tersebar di beberapa titik persawahan warga setempat.
Dengan membangun enam sumur dalam tersebut, katanya, juga membawa berkah bagi para petani. Indeks tanam (IP) di area persawahan tersebut menjadi meningkat dari 1,5 kali menjadi tiga kali dalam setahun.
"Sumur ini, sangat membantu dan bisa memaksimalkan masa tanam. Banyak sawah yang mendapat pengairan dengan baik. Karena biasanya musim kemarau seperti ini tanah tandus tidak bisa ditanami. Sekarang mulai bisa ditanami termasuk padi," katanya.
Ia menyebut ketahanan pangan penting untuk menjamin keberlangsungan hidup. Apalagi di masa pandemi COVID-19, desa setempat tidak hanya fokus penanganan COVID-19, tetapi juga berupaya menjamin ketahanan pangan, salah satunya dengan membuat sumur dalam untuk pengairan sawah di wilayah itu.
"Pandemi COVID-19 tidak bisa diprediksi kapan akan berakhir sehingga Pemdes Jagoan menyikapi maksimal untuk pemberdayaan masyarakat, salah satunya mengenai ketahanan pangan desa," katanya.
Menurut Kepala Paguyuban Kelompok Tani Desa Jagoan, Pardi, sejak memiliki sumur dalam, pengairan sawah pada musim kemarau di Desa Jagoan cukup lancar. Masa tanam juga bisa dilakukan tiga kali dalam setahun. Bahkan, petani juga iuran untuk membuat sumur dalam.
Kepala Dinas Pertanian Boyolali Bambang Jiyanto mengatakan Sambi memiliki potensi besar dalam pemanfaatan sumur untuk pengairan sawah.
Hal itu, mengingat kontur tanah di Sambi datar dan air dalam mudah ditemukan. Berbeda dengan beberapa wilayah lain, yang memiliki kontur tanah datar namun tidak ada sumber air.
Dia mengatakan sawah di Sambi mayoritas tadah hujan dan hanya sekitar 700 hektare lahan yang memiki irigasi air dengan baik, sedangkan lainnya mengandalkan air hujan.
Meski pengairannya sulit dan indeks tanam 1,5, katanya, hasil pertaniannya baik. Sambi penyumbang keempat prosuksi pangan setelah Kecamatan Nogosari, Simo, dan Andong.
"Setelah ada sumur dalam di Desa Jagoan ini, IP bisa naik jadi tiga kali dalam setahun," katanya.
Bambang menjelaskan sistem sumur dalam untuk pengairan sawah cocok diterapkan di wilayah Sambi.
Ia mengatakan lahan pertanian mayoritas datar dan mudah menemukan titik yang bisa diambil airnya sehingga wilayah Sambi akan didorong untuk membuat sumur dalam dalam menompang pengairan sawah di daerah itu.