Semarang (ANTARA) - Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) pada usia ke-14 bertekad memperkuat jaringan internasional seiring dengan intensnya kunjungan para duta besar, anggota parlemen, masyarakat dari Asia, Timur Tengah, Eropa, dan AS ke masjid terbesar di Jateng ini.
MAJT terakhir dikunjungi Duta Besar Arab-Mesir Mr Ashraf Sultan dan Dubes Maroko Mr Quadia Benabdellah. Demikian siaran pers dari MAJT yang diterima di Semarang, Minggu (15/11).
Kunjungan kedua dubes tersebut usai menghadiri penganugerahan gelar doktor honoris causa Habib Lutfi bin Yahya oleh Unnes di Auditorium Unnes di Sekaran Gunungpati, Kota Semarang, Senin (9/11/).
“Para dubes yang ke MAJT itu mewakili negara-negara yang memiliki peradaban kuat di dunia. Maka kahadirannya makin memperkuat jaringan internasional yang dimiliki MAJT,” kata Ketua Pengelola Pelaksana MAJT Prof Dr KH Noor Achmad MA pada peringatan Hari Ulang Tahun ke-14 MAJT, Sabtu (14/11).
Tasyakuran HUT MAJT diselenggarakan dengan istighosah dipimpin KH Hanief Ismail Lc. Hadir tiga sesepuh MAJT, masing-masing Ketum MUI Jateng Dr KH Ahmad Darodji MSi, Mantan Gubernur Jawa Tengah Drs KH Ali Mufiz MPA serta Mantan Wagub Jateng Drs KH Achmad.
Prof Noor Achmad menegaskan penguatan jaringan internasional sangat penting bagi MAJT, sebab negara-negara besar tersebut dalam kunjungannya selalu menawarkan berbagai kerja sama yang dapat dilakukan dengan MAJT.
Makna ini berarti, negara-negara tersebut tidak sebatas mengenal MAJT, namun juga mengakui peran MAJT sebagai pusat peradaban yang kuat dalam mengenalkan konsep Islam ala Indonesia, sebagai Islam Nusantara yang mengembangkan washatiyah yang rahmatan lil alamin (paham moderat yang memberi rahmat bagi semesta).
“Konsep tersebut kini makin diterima oleh dunia sehingga MAJT kini dikenal sebagai pusat kajian peradaban Islam washatiyah tingkat dunia. Predikat ini harus kita jaga bersama,” tegasnya.
Maka, tambah Noor Achmad, reputasi MAJT yang juga diakui sebagai destinasi wisata religi internasional, harus terjaga lewat kinerja yang profesional. Tanggung jawab merawat reputasi seutuhnya berada di pundak segenap pengurus dan karyawan untuk menyadari posisi tersebut.
Di tengah tasyakuran, Ketua PP MAJT Prof Noor Achmad menyempatkan memimpin doa bacaan Surat Alfatihah ditujukan kepada perintis MAJT, H Mardiyanto yang kondisi kesehatannnya masih lemah.
Mantan Gubernur Jawa Tengah ini, dinyatakan berjasa besar dalam pendirian MAJT dengan merintis pembangunan masjid sejak tahun 2000. Pembangunan tersebut sebagai bentuk syukur atas kembalinya puluhan hektare Banda Masjid Agung Semarang yang saat itu sempat raib.
Mantan Wagub Jawa Tengah Drs H Achmad, sosok pertama yang memimpin MAJT periode awal 2000-2003 juga menuturkan tentang semangat perjuangan H Mardiyanto yang merealisasikan pembangunan MAJT atas prakarsa almarhum KH A Sahal Mahfudh dengan berbagai rintangan yang dihadapi.
Reputasi MAJT yang menginternasional, lanjut Prof Noor, tidak lepas dari perencanaan awal para kiai sepuh. MAJT diresmikan Presiden Susila Bambang Yudhoyono pada 2006, akhirnya mendapat kepercayaan masyarakat karena program-programnya.
Misalnya kriteria dalam memilih imam salat, selain harus hafidz juga yang pernah menjadi juara MTQ internasional, agar bacaan dan suaranya bagus. Ketika salat tarawih ramadan, setiap tarawih harus menyelesaikan 1 juz. Ternyata desain ini banyak diminati masyarakat, dibuktikan dengan jemaah salat tarawih yang berjubel, padahal MAJT kapasitasnya menampung 30 ribu jemaah. Mereka banyak pula yang datang dari luar Kota Semarang. ***