Semarang (ANTARA) -
"Sejumlah tempat pengungsian yang sudah disiapkan semuanya menerapkan standar protokol kesehatan ketat. Di Magelang misalnya, pengungsi dipisah dengan sekat-sekat tripleks untuk mengantisipasi penularan COVID-19," katanya di Semarang, Senin.
Selain itu, setiap warga menjalani tes usap sebelum masuk ke tempat pengungsian yamg diprioritaskan untuk kelompok rentan yakni sudah lanjut usia, ibu hamil, balita, dan anak-anak.
"Di Magelang ada tiga pengungsi yang reaktif, dan sekarang sudah 'diswab' dan dirawat di rumah sakit. Untuk 'update' perkembangannya, kami belum mendapat laporan," ujarnya.
Ia menyebutkan saat ini tercatat sudah ada 961 orang dari berbagai desa di lereng Gunung Merapi yang telah mengungsi.
"Total ada 961 warga yang saat ini sudah mengungsi. 175 warga di Klaten, dan sisanya di Magelang," katanya usai mengikuti rapat percepatan penanganan COVID-19 di kantor Gubernur Jateng.
Syafrudin belum dapat memastikan sampai kapan warga mengungsi di tempat-tempat pengungsian sebab hal tersebut tergantun pada perkembangan status aktivitas Gunung Merapi.
"Sampai kapan belum pasti, kalau nanti statusnya jadi awas, pasti akan lebih banyak lagi. Mudah-mudahan statusnya segera turun, kami terus pantau," ujarnya.
Terkait dengan kebutuhan logistik para pengungsi, Syafrudin menyebut masih aman karena beberapa daerah sudah mendapat kiriman bantuan logistik dari Pemprov Jateng.