Bupati Banyumas nilai kehidupan warga Kampung Sri Rahayu berubah lebih baik
Purwokerto (ANTARA) - Bupati Banyumas, Jawa Tengah Achmad Husein menilai kehidupan warga Kampung Sri Rahayu, Kelurahan Karangklesem, kabupaten setempat telah berubah menjadi lebih baik jika dibandingkan kondisi beberapa tahun sebelumnya.
"Ini acara sarapan bareng bersama Pak Rektor UMP (Universitas Muhammadiyah Purwokerto) dan masyarakat Kampung Sri Rahayu yang telah berubah," katanya di Kampung Sri Rahayu, Kelurahan Karangklesem, Kecamatan Purwokerto Selatan, Banyumas, Jumat.
Ia mengatakan perubahan tersebut sebenarnya hasil campur tangan banyak pihak, namun yang terakhir dan cukup intensif dari Pusat Studi Dakwah Komunitas (PSDK) UMP.
Menurut dia, perubahan yang terlihat, di antaranya dari masalah pendidikan, jika sebelumnya ada 10 orang yang ditanya, sembilan orang diketahui tidak bersekolah. Namun, sekarang dari 10 orang yang ditanya, hanya satu orang yang diketahui tidak bersekolah.
Baca juga: Kerja sama berakhir, Pemkab Banyumas kembali kelola Pasar Ajibarang
"Perubahan lainnya, yang tadinya mata pencahariannya pengamen dan pengemis, sekarang sudah tidak bekerja seperti itu lagi. Bahkan, tadi ada yang sebelumnya menjadi waria, sekarang sudah tidak lagi," katanya.
Menurut dia, PSDK UMP juga memberikan layanan kesehatan secara gratis bagi warga Kampung Sri Rahayu.
Sementara itu, Rektor UMP Dr Anjar Nugroho mengatakan pihaknya melalui PSDK memberikan layanan kesehatan secara gratis bagi warga Kampung Sri Rahayu dan sekitarnya. "Kami terjunkan dokter-dokter dari Fakultas Kedokteran untuk bisa buka praktik di sini. Ini pelayanan kesehatan setiap hari bagi mereka, gratis," katanya.
Ia mengatakan setiap harinya ada satu orang dokter yang bertugas di Kampung Sri Rahayu serta didukung oleh tenaga perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
Ketua PSDK UMP Bayu Kurniawan mengatakan Kampung Sri Rahayu terdiri atas dua lingkungan rukun tetangga (RT) yang dihuni sekitar 350 jiwa dari 260 keluarga. "Dari sekitar 350 jiwa, yang duafa sekitar 200 jiwa dan alhamdulillah 80 persen menjadi binaan kami," katanya.
Ia mengatakan ada beberapa hal yang dilakukan dalam pembinaan bagi kaum duafa tersebut, antara lain pendidikan sebagai upaya memotong mata rantai kemiskinan dengan memberikan beasiswa mulai dari SD hingga perguruan tinggi untuk mengambil jenjang S1. "S1-nya bebas memilih mau ke mana, yang penting bukan Fakultas Kedokteran dan Fakultas Farmasi," katanya.
Selain itu, kata dia, anak-anak Kampung Sri Rahayu juga mendapatkan kursus bahasa Inggris secara gratis setiap hari Senin, kursus bahasa Arab gratis setiap Jumat, serta pengajian setiap Selasa, Rabu, dan Kamis.
Baca juga: Banyumas segera evaluasi uji coba pembelajaran tatap muka
Menurut dia, pihaknya juga memberikan pelatihan pemasaran digital yang terdiri atas tiga kelas, yakni administrasi, desain grafis, dan pemasaran daring sebagai upaya meningkatkan kualitas anak-anak Kampung Sri Rahayu.
"Itu adalah pemotongan mata rantai (kemiskinan). Kalau anak-anaknya berpendidikan dan akidahnya mumpuni berkat pengajian, Insya Allah sekian tahun yang akan datang, permasalahan-permasalahan selesai, karena mereka tidak akan meneruskan pekerjaan yang dilakukan orang tuanya saat ini," katanya.
Ia mengakui warga Kampung Sri Rahayu sebelumnya banyak yang bekerja sebagai pengamen, pengemis, pemulung, pekerja seks komersial, dan menjadi waria.
Berdasarkan grafik yang ada, kata dia, warga Kampung Sri Rahayu yang masih menjadi pengamen dan pengemis saat ini sekarang kurang dari 30 jiwa. "Ini akan terus kami garap sampai tuntas," katanya.
Ia mengemukakan pihaknya melaksanakan program pemberdayaan ekonomi dan alih profesi bagi warga Sri Rahayu dengan memberikan pelatihan menjahit, sehingga bisa memroduksi keset, masker, dan produk lainnya.
Menurut dia, warga yang telah memiliki keterampilan menjahit itu sekarang mendapatkan penghasilan sekitar Rp1 juta-Rp1,5 juta per bulan. "Kami juga mengembangkan kelompok-kelompok lain seperti lele dan pertanian sebagai bentuk pemberdayaan ekonomi mereka serta sebagai persiapan untuk alih profesi," katanya.
Sementara saat sesi dialog dalam acara tersebut, dua mantan pengamen, yakni Sopiah dan Rosidah serta seorang mantan waria, Wahyono alias Winarni berkesempatan memberikan testimoni di hadapan Bupati Banyumas dan Rektor UMP.
Mereka mengaku sangat terbantu dengan adanya kegiatan yang diselenggarakan PSDK UMP, sehingga bisa memiliki pekerjaan baru sebagai penjahit.
Bahkan, Wahyono alias Winarni mengaku bertobat setelah mengikuti pengajian yang digelar PSDK UMP di Kampung Sri Rahayu dan sekarang tidak lagi menjadi waria.
"Saya sekarang mempunyai pekerjaan baru sebagai penjahit," kata Wahyono yang akan melangsungkan pernikahan dengan perempuan pujaan hatinya pada bulan Februari 2021.
Baca juga: Arus jalur selatan Jateng tersendat akibat banjir di Lumbir Banyumas
"Ini acara sarapan bareng bersama Pak Rektor UMP (Universitas Muhammadiyah Purwokerto) dan masyarakat Kampung Sri Rahayu yang telah berubah," katanya di Kampung Sri Rahayu, Kelurahan Karangklesem, Kecamatan Purwokerto Selatan, Banyumas, Jumat.
Ia mengatakan perubahan tersebut sebenarnya hasil campur tangan banyak pihak, namun yang terakhir dan cukup intensif dari Pusat Studi Dakwah Komunitas (PSDK) UMP.
Menurut dia, perubahan yang terlihat, di antaranya dari masalah pendidikan, jika sebelumnya ada 10 orang yang ditanya, sembilan orang diketahui tidak bersekolah. Namun, sekarang dari 10 orang yang ditanya, hanya satu orang yang diketahui tidak bersekolah.
Baca juga: Kerja sama berakhir, Pemkab Banyumas kembali kelola Pasar Ajibarang
"Perubahan lainnya, yang tadinya mata pencahariannya pengamen dan pengemis, sekarang sudah tidak bekerja seperti itu lagi. Bahkan, tadi ada yang sebelumnya menjadi waria, sekarang sudah tidak lagi," katanya.
Menurut dia, PSDK UMP juga memberikan layanan kesehatan secara gratis bagi warga Kampung Sri Rahayu.
Sementara itu, Rektor UMP Dr Anjar Nugroho mengatakan pihaknya melalui PSDK memberikan layanan kesehatan secara gratis bagi warga Kampung Sri Rahayu dan sekitarnya. "Kami terjunkan dokter-dokter dari Fakultas Kedokteran untuk bisa buka praktik di sini. Ini pelayanan kesehatan setiap hari bagi mereka, gratis," katanya.
Ia mengatakan setiap harinya ada satu orang dokter yang bertugas di Kampung Sri Rahayu serta didukung oleh tenaga perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
Ketua PSDK UMP Bayu Kurniawan mengatakan Kampung Sri Rahayu terdiri atas dua lingkungan rukun tetangga (RT) yang dihuni sekitar 350 jiwa dari 260 keluarga. "Dari sekitar 350 jiwa, yang duafa sekitar 200 jiwa dan alhamdulillah 80 persen menjadi binaan kami," katanya.
Ia mengatakan ada beberapa hal yang dilakukan dalam pembinaan bagi kaum duafa tersebut, antara lain pendidikan sebagai upaya memotong mata rantai kemiskinan dengan memberikan beasiswa mulai dari SD hingga perguruan tinggi untuk mengambil jenjang S1. "S1-nya bebas memilih mau ke mana, yang penting bukan Fakultas Kedokteran dan Fakultas Farmasi," katanya.
Selain itu, kata dia, anak-anak Kampung Sri Rahayu juga mendapatkan kursus bahasa Inggris secara gratis setiap hari Senin, kursus bahasa Arab gratis setiap Jumat, serta pengajian setiap Selasa, Rabu, dan Kamis.
Baca juga: Banyumas segera evaluasi uji coba pembelajaran tatap muka
Menurut dia, pihaknya juga memberikan pelatihan pemasaran digital yang terdiri atas tiga kelas, yakni administrasi, desain grafis, dan pemasaran daring sebagai upaya meningkatkan kualitas anak-anak Kampung Sri Rahayu.
"Itu adalah pemotongan mata rantai (kemiskinan). Kalau anak-anaknya berpendidikan dan akidahnya mumpuni berkat pengajian, Insya Allah sekian tahun yang akan datang, permasalahan-permasalahan selesai, karena mereka tidak akan meneruskan pekerjaan yang dilakukan orang tuanya saat ini," katanya.
Ia mengakui warga Kampung Sri Rahayu sebelumnya banyak yang bekerja sebagai pengamen, pengemis, pemulung, pekerja seks komersial, dan menjadi waria.
Berdasarkan grafik yang ada, kata dia, warga Kampung Sri Rahayu yang masih menjadi pengamen dan pengemis saat ini sekarang kurang dari 30 jiwa. "Ini akan terus kami garap sampai tuntas," katanya.
Ia mengemukakan pihaknya melaksanakan program pemberdayaan ekonomi dan alih profesi bagi warga Sri Rahayu dengan memberikan pelatihan menjahit, sehingga bisa memroduksi keset, masker, dan produk lainnya.
Menurut dia, warga yang telah memiliki keterampilan menjahit itu sekarang mendapatkan penghasilan sekitar Rp1 juta-Rp1,5 juta per bulan. "Kami juga mengembangkan kelompok-kelompok lain seperti lele dan pertanian sebagai bentuk pemberdayaan ekonomi mereka serta sebagai persiapan untuk alih profesi," katanya.
Sementara saat sesi dialog dalam acara tersebut, dua mantan pengamen, yakni Sopiah dan Rosidah serta seorang mantan waria, Wahyono alias Winarni berkesempatan memberikan testimoni di hadapan Bupati Banyumas dan Rektor UMP.
Mereka mengaku sangat terbantu dengan adanya kegiatan yang diselenggarakan PSDK UMP, sehingga bisa memiliki pekerjaan baru sebagai penjahit.
Bahkan, Wahyono alias Winarni mengaku bertobat setelah mengikuti pengajian yang digelar PSDK UMP di Kampung Sri Rahayu dan sekarang tidak lagi menjadi waria.
"Saya sekarang mempunyai pekerjaan baru sebagai penjahit," kata Wahyono yang akan melangsungkan pernikahan dengan perempuan pujaan hatinya pada bulan Februari 2021.
Baca juga: Arus jalur selatan Jateng tersendat akibat banjir di Lumbir Banyumas