Semarang (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan awal November hampir sebagian besar daerah di Jawa Tengah telah memasuki masa pancaroba atau transisi dari musim kemarau menuju musim hujan. Bahkan di sebagian daerah di Jawa Tengah telah memasuki awal musim hujan.
Kehadiran musim hujan, oleh sebagian besar masyarakat di Jawa Tengah menjadi hal yang sangat ditunggu-tunggu. Bahkan untuk berharap hujan segera turun, tidak sedikit masyarakat melakukan doa bersama dengan melaksanakan shalat Istisqa.
"Suatu wilayah dikatakan telah memasuki awal musim hujan jika curah hujan dalam tiga dasarian (10 harian, red.) berturut-turut sudah lebih dari 50 milimeter per dasarian. Kalau curah hujan pada dasarian pertama mencapai 50 milimeter, dasarian kedua misalnya 25 milimeter atau kurang dari 50 milimeter, dan dasarian ketiga lebih dari 50 milimeter, itu belum bisa dikatakan sebagai awal musim hujan," kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meterologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo.
Musim penghujan yang ditunggu-tunggu tersebut sudah selayaknya disambut oleh masyarakat dengan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung seperti saluran air yang terbebas dari sampah. Masyarakat juga harus mengantisipasi terjadinya angin puting beliung, tanah longsor, banjir, dan bencana alam lainnya. Longsor yang terjadi di Banjarnegara pada Jumat (1/11) menimpa dua rumah akibat jebolnya jaringan irigasi dan akibat kejadian tersebut satu orang meninggal dunia.
Selain mewaspadai terjadinya bencana alam, masyarakat juga harus mewaspadai munculnya beragam penyakit. Sejumlah penyakit yang mungkin muncul di antaranya penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan demam berdarah. ISPA merupakan infeksi akut yang menyerang satu komponen saluran pernafasan bagian atas.
Beragam upaya yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi penyakit tersebut antara lain meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan. Masyarakat dapat melakukan pencegahan pemberantasan sarang nyamuk, yaitu dengan menutup, menguras, dan mengubur (3M). Kondisi lingkungan bersih akan mengurangi tumbuh kembang nyamuk, dan jika kondisi badan selalu fit maka akan lebih kebal dari kemungkinan terjangkitnya penyakit.
Sementara untuk mewaspadai terjadinya bencana alam, diperlukan adanya tindakan mitigasi dan upaya preventif dengan harapan dapat mengurangi dan meminimalkan korban. Masyarakat harus sadar dan peduli dengan memperhatikan notifikasi bencana alam yang dikeluarkan oleh BMKG. Masyarakat juga harus mengetahui pemetaan daerah sesuai dengan tingkat kerawanan, sehingga dapat ekstra waspada.
Baca juga: Pembangunan drainase di Kudus dikebut untuk antisipasi hujan
Baca juga: Ganjar instruksikan Dinkes tingkatkan penyuluhan kesehatan masuki musim hujan