Petani Kota Magelang "geropyokan" tikus
Petani itu kan pejuang pangan, maka harus selalu di-'support' kegiatannya
Magelang (ANTARA) - Para petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Marsudikismo di Kelurahan Cacaban, Kota Magelang, Jawa Tengah, bergotong-royong menggeropyok tikus di lahan persawahan mereka untuk mengendalikan hama pertanian itu.
Dalam kegiatan kelompok tani yang mendapat dukungan Dinas Pertanian dan Pangan Pemerintah Kota Magelang di Magelang, Selasa, itu, mereka mendapatkan puluhan tikus untuk selanjutnya dimusnahkan.
Kepala Disperpa Pemkot Magelang Eri Widyo Saptoko mengatakan kegiatan tersebut merupakan hasil penguatan sinergi Bidang Pertanian Penyuluh Pertanian Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) dan petani yang tergabung dalam Poktan Marsudikismo Cacaban.
Sasaran kegiatan itu meliputi sejumlah areal persawahan di Kelurahan Cacaban, Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang, yang telah disinyalir terdapat cukup banyak sarang tikus.
"Petani itu kan pejuang pangan, maka harus selalu di-'support' kegiatannya. Di sini kami akan terus hadir untuk memastikan petani dapat beraktivitas secara nyaman dan terselesaikan berbagai permasalahannya," katanya dalam keterangan tertulis Humas Pemkot Magelang.
Ia menjelaskan kegiatan menggeropyok tikus bersifat pengendalian secara rutin untuk meminimalkan dampak serangan hama tersebut selama musim tanam padi sawah saat ini.
Meskipun serangan tikus belum mewabah di areal persawahan di daerah itu, kata dia, kegiatan menggeropyok hama perlu dilakukan agar populasinya dapat dikendalikan.
Kepala Bidang Pertanian Disperpa Pemkot Magelang Agus Dwi Windarto menjelaskan pentingnya para petani mewaspadai serangan tikus, terlebih saat pancaroba, karena perkembangan hama itu cukup signifikan.
"Pelaksanaan 'geropyokan' tidak hanya untuk membasmi tikus saja, tetapi menutup sarang tikus yang berada di tanggul pertanian," katanya.
Ia menyebut dua teknik menggeropyok tikus dilakukan petani setempat, yakni basmikus dan klerat. Teknik basmikus terkait dengan penggunaan racun tikus yang ditaburkan di lubang atau sarang tikus, sedangkan teknik klerat juga penggunaan racun tikus namun ditaburkan di makanan yang disukai hama itu.
Teknik basmikus, kata dia, lebih efektif dilaksanakan saat tanaman memasuki fase generatif, sedangkan klerat efektif digunakan saat awal tanam hingga menjelang fase generatif.
Penyuluh Pertanian Madya Disperpa Pemkot Magelang Among Wibowo berharap, petani terus mendapatkan pendampingan dari para penyuluh, termasuk soal pengamatan dini terhadap hama dan penyakit disertai kegiatan menggeropyok tikus.
Pendampingan secara intensif itu, katanya, penting dilakukan guna menunjang produksi padi yang maksimal.
"Kegiatan ini penting untuk memastikan petani dapat sukses meraup hasil panen padi yang telah diusahakannya selama empat bulan," katanya. (hms)
Dalam kegiatan kelompok tani yang mendapat dukungan Dinas Pertanian dan Pangan Pemerintah Kota Magelang di Magelang, Selasa, itu, mereka mendapatkan puluhan tikus untuk selanjutnya dimusnahkan.
Kepala Disperpa Pemkot Magelang Eri Widyo Saptoko mengatakan kegiatan tersebut merupakan hasil penguatan sinergi Bidang Pertanian Penyuluh Pertanian Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) dan petani yang tergabung dalam Poktan Marsudikismo Cacaban.
Sasaran kegiatan itu meliputi sejumlah areal persawahan di Kelurahan Cacaban, Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang, yang telah disinyalir terdapat cukup banyak sarang tikus.
"Petani itu kan pejuang pangan, maka harus selalu di-'support' kegiatannya. Di sini kami akan terus hadir untuk memastikan petani dapat beraktivitas secara nyaman dan terselesaikan berbagai permasalahannya," katanya dalam keterangan tertulis Humas Pemkot Magelang.
Ia menjelaskan kegiatan menggeropyok tikus bersifat pengendalian secara rutin untuk meminimalkan dampak serangan hama tersebut selama musim tanam padi sawah saat ini.
Meskipun serangan tikus belum mewabah di areal persawahan di daerah itu, kata dia, kegiatan menggeropyok hama perlu dilakukan agar populasinya dapat dikendalikan.
Kepala Bidang Pertanian Disperpa Pemkot Magelang Agus Dwi Windarto menjelaskan pentingnya para petani mewaspadai serangan tikus, terlebih saat pancaroba, karena perkembangan hama itu cukup signifikan.
"Pelaksanaan 'geropyokan' tidak hanya untuk membasmi tikus saja, tetapi menutup sarang tikus yang berada di tanggul pertanian," katanya.
Ia menyebut dua teknik menggeropyok tikus dilakukan petani setempat, yakni basmikus dan klerat. Teknik basmikus terkait dengan penggunaan racun tikus yang ditaburkan di lubang atau sarang tikus, sedangkan teknik klerat juga penggunaan racun tikus namun ditaburkan di makanan yang disukai hama itu.
Teknik basmikus, kata dia, lebih efektif dilaksanakan saat tanaman memasuki fase generatif, sedangkan klerat efektif digunakan saat awal tanam hingga menjelang fase generatif.
Penyuluh Pertanian Madya Disperpa Pemkot Magelang Among Wibowo berharap, petani terus mendapatkan pendampingan dari para penyuluh, termasuk soal pengamatan dini terhadap hama dan penyakit disertai kegiatan menggeropyok tikus.
Pendampingan secara intensif itu, katanya, penting dilakukan guna menunjang produksi padi yang maksimal.
"Kegiatan ini penting untuk memastikan petani dapat sukses meraup hasil panen padi yang telah diusahakannya selama empat bulan," katanya. (hms)