Batang (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Batang, Jawa Tengah, menggencarkan program pembentukan desa tangguh bencana, khususnya yang berada di beberapa wilayah rawan bencana.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Batang Wawan Nurdiansyah di Batang, Kamis, mengatakan bahwa tujuan program tersebut adalah untuk mempercepat respons masyarakat saat terjadi bencana sekaligus memperkuat kesiapsiagaan berbasis komunitas.
"Pembentukan desa tanggap bencana ini dilakukan agar masyarakat memiliki kesiapan menghadapi bencana, baik sebelum, saat, maupun setelah kejadian, terutama mereka yang tinggal di zona rawan gempa dan longsor," katanya.
Menurut dia, hingga pertengahan 2025, pihaknya telah menetapkan 20 desa sebagai desa tangguh bencana seperti Desa Pranten, Gerlang, Tumbrep, dan Wonobodro.
"Wilayah rawan bencana tersebut berada di wilayah atas atau pegunungan. Kami juga sudah melakukan program pembinaan di sejumlah desa tangguh bencana itu," katanya.
Program desa tangguh bencana ini mencakup pelatihan evakuasi mandiri, penyusunan peta risiko, pembentukan tim siaga bencana minimal 30 relawan per desa, serta pelaksanaan simulasi penanganan darurat.
Wawan mengatakan pembentukan program desa tangguh bencana ini juga belajar dari pengalaman terjadinya gempa di daerah tahun sebelumnya.
"Kami berharap setiap desa harus mampu mengidentifikasi potensi bencananya sendiri agar bisa lebih tanggap dan tidak panik saat ada kejadian bencana," katanya.
Pemkab Batang menargetkan seluruh desa di zona merah rawan bencana dapat masuk dalam program desa tanggap bencana dengan kekuatan lokal sebagai fondasinya.
"Kekuatan utama ada pada masyarakat. Kami ingin kesiapsiagaan ini tumbuh dari bawah yaitu dari desa bukan hanya dari pemerintah," katanya.
Baca juga: Pemkab Batang bongkar 24 bangunan kafe di objek wisata Pantai Sigandu