Karanganyar (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Tengah menggandeng Tim Penggerak (TP) PKK menekan angka kasus stunting di berbagai daerah.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah Eka Sulistia Ediningsih pada kegiatan Roadshow Kesatuan Gerak PKK Bangga Kencana Kesehatan Tahun 2024 di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Rabu, mengatakan kegiatan tersebut merupakan bagian dari upaya penurunan angka stunting.
"Harapannya TP PKK bisa memberikan kontribusi pada upaya penurunan angka stunting," katanya.
Ia mengatakan program Kesatuan Gerak PKK Bangga Kencana Kesehatan tersebut merupakan bagian dari upaya menghadapi survei gizi nasional.
"Ini sebagai metode untuk evaluasi pencapaian penurunan stunting, intervensi pada balita juga sudah dilakukan," katanya.
Ia mengatakan hingga saat ini angka kasus stunting di Jawa Tengah sebesar 20,7 persen dan sesuai dengan amanat pemerintah diharapkan secara nasional terjadi penurunan angka stunting menjadi 14 persen.
"Saat ini sedang dilakukan survei oleh tim Survei Status Gizi Indonesia (SSGI). Mengenai penurunan stunting ini kami juga menggandeng semua pihak dengan potensi masing-masing, kerja sama dengan TNI, Bimas Polda, tokoh agama, dan tokoh adat," katanya.
Ia mengatakan seluruh pihak mengupayakan percepatan penurunan angka stunting.
"Kami juga ada pendampingan keluarga yang dilakukan oleh tim pendamping keluarga yang jumlahnya 83.000 di Provinsi Jawa Tengah," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Pj Ketua TP PKK Provinsi Jawa Tengah Shinta Nana Sudjana mengatakan dalam upaya menurunkan stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024, diharapkan Ketua TP PKK Kabupaten/Kota dapat menggerakkan dan mengoptimalkan peran Kader PKK di Dasa Wisma.
Ia mengatakan beberapa hal yang dapat dilakukan oleh Dasa Wisma salah satunya menginformasikan kepada remaja agar tidak menikah usia dini, minimal 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki.
Selain itu, Dasa Wisma juga mendata keluarga yang mempunyai balita, ibu hamil, yang belum ber-KB, sehingga bisa membantu mengedukasi, serta mengajak gerakan Ayo ke Posyandu dan BKB untuk skrining awal pencegahan stunting pada balita dan baduta.
"Dasa wisma juga sebagai penggerak pemenuhan dan pemanfaatan gizi keluarga agar gizi tercukupi dan memberikan dampak zero new stunting," katanya.
Selain itu, ia berharap kader PKK di Dasa Wisma sebagai Tim Pendamping Keluarga (TPK) dapat bergandengan tangan dengan semua pihak dalam upaya percepatan penurunan stunting di Jawa Tengah.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah Eka Sulistia Ediningsih pada kegiatan Roadshow Kesatuan Gerak PKK Bangga Kencana Kesehatan Tahun 2024 di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Rabu, mengatakan kegiatan tersebut merupakan bagian dari upaya penurunan angka stunting.
"Harapannya TP PKK bisa memberikan kontribusi pada upaya penurunan angka stunting," katanya.
Ia mengatakan program Kesatuan Gerak PKK Bangga Kencana Kesehatan tersebut merupakan bagian dari upaya menghadapi survei gizi nasional.
"Ini sebagai metode untuk evaluasi pencapaian penurunan stunting, intervensi pada balita juga sudah dilakukan," katanya.
Ia mengatakan hingga saat ini angka kasus stunting di Jawa Tengah sebesar 20,7 persen dan sesuai dengan amanat pemerintah diharapkan secara nasional terjadi penurunan angka stunting menjadi 14 persen.
"Saat ini sedang dilakukan survei oleh tim Survei Status Gizi Indonesia (SSGI). Mengenai penurunan stunting ini kami juga menggandeng semua pihak dengan potensi masing-masing, kerja sama dengan TNI, Bimas Polda, tokoh agama, dan tokoh adat," katanya.
Ia mengatakan seluruh pihak mengupayakan percepatan penurunan angka stunting.
"Kami juga ada pendampingan keluarga yang dilakukan oleh tim pendamping keluarga yang jumlahnya 83.000 di Provinsi Jawa Tengah," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Pj Ketua TP PKK Provinsi Jawa Tengah Shinta Nana Sudjana mengatakan dalam upaya menurunkan stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024, diharapkan Ketua TP PKK Kabupaten/Kota dapat menggerakkan dan mengoptimalkan peran Kader PKK di Dasa Wisma.
Ia mengatakan beberapa hal yang dapat dilakukan oleh Dasa Wisma salah satunya menginformasikan kepada remaja agar tidak menikah usia dini, minimal 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki.
Selain itu, Dasa Wisma juga mendata keluarga yang mempunyai balita, ibu hamil, yang belum ber-KB, sehingga bisa membantu mengedukasi, serta mengajak gerakan Ayo ke Posyandu dan BKB untuk skrining awal pencegahan stunting pada balita dan baduta.
"Dasa wisma juga sebagai penggerak pemenuhan dan pemanfaatan gizi keluarga agar gizi tercukupi dan memberikan dampak zero new stunting," katanya.
Selain itu, ia berharap kader PKK di Dasa Wisma sebagai Tim Pendamping Keluarga (TPK) dapat bergandengan tangan dengan semua pihak dalam upaya percepatan penurunan stunting di Jawa Tengah.