Semarang (ANTARA) - Pondok Pesantren Darul Fiqih dari Lamongan, Jawa Timur tandatangani kerja sama dengan Dubai Blockchain Center dan Sphynx Lab New Zealand yang berlangsung di KJRI Dubai.
Acara tersebut dihadiri Gus Adziem (Kaji Doel) selaku pengasuh Pondok Darul Fiqih; Khalifa AlJaziri AlShehhi, Co-Founder Dubai Blockchain Center; Zaidoun Al-Owbydi, CEO dari Sphynx Lab - New Zealand, Konsul Jenderal RI untuk Dubai Denny Lesmana, dan turut menyaksikan Kusuma Pradopo (HoC).
Dalam kesempatan tersebut mereka tampil dalam balutan sarung, simbol kuat kebudayaan pesantren. Pakaian sarung yang tradisional tersebut seakan menjadi pengingat bahwa inovasi modern seperti Blockchain tetap bisa selaras dengan nilai-nilai budaya dan tradisi.
Kerja sama tersebut merupakan bagian dari Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA) antara Indonesia dan Uni Emirat Arab (UAE). Dengan mengenalkan teknologi Blockchain ke pesantren, generasi muda Indonesia tidak hanya diajak untuk memahami agama, tapi juga untuk terjun ke dunia teknologi masa depan, agar tidak ketinggalan zaman dan semakin siap menghadapi dunia yang serba digital.
Penandatanganan yang berlangsung di Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Dubai tersebut bukan hanya perjanjian formal, tetapi juga wujud nyata bahwa tradisi dan teknologi bisa berjalan beriringan, membentuk masa depan yang lebih maju untuk Indonesia.
Acara tersebut dihadiri Gus Adziem (Kaji Doel) selaku pengasuh Pondok Darul Fiqih; Khalifa AlJaziri AlShehhi, Co-Founder Dubai Blockchain Center; Zaidoun Al-Owbydi, CEO dari Sphynx Lab - New Zealand, Konsul Jenderal RI untuk Dubai Denny Lesmana, dan turut menyaksikan Kusuma Pradopo (HoC).
Dalam kesempatan tersebut mereka tampil dalam balutan sarung, simbol kuat kebudayaan pesantren. Pakaian sarung yang tradisional tersebut seakan menjadi pengingat bahwa inovasi modern seperti Blockchain tetap bisa selaras dengan nilai-nilai budaya dan tradisi.
Kerja sama tersebut merupakan bagian dari Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA) antara Indonesia dan Uni Emirat Arab (UAE). Dengan mengenalkan teknologi Blockchain ke pesantren, generasi muda Indonesia tidak hanya diajak untuk memahami agama, tapi juga untuk terjun ke dunia teknologi masa depan, agar tidak ketinggalan zaman dan semakin siap menghadapi dunia yang serba digital.
Penandatanganan yang berlangsung di Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Dubai tersebut bukan hanya perjanjian formal, tetapi juga wujud nyata bahwa tradisi dan teknologi bisa berjalan beriringan, membentuk masa depan yang lebih maju untuk Indonesia.