Semarang (ANTARA) - Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen mengingatkan bahwa pondok pesantren harus menjadi ruang yang aman dan ramah bagi santri, terutama dari kalangan anak-anak.
"Isu mengenai perlindungan anak di lingkungan pendidikan, termasuk pondok pesantren, tidak bisa lagi dipandang sebagai persoalan sepele," katanya di Kabupaten Demak, Jumat.
Hal tersebut disampaikannya di sela-sela acara halaqah bertema Pesantren Aman, Nyaman, dan Ramah Anak yang digelar di Pondok Pesantren Girikesumo, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak.
Menurut dia, masih ditemukannya puluhan kasus kekerasan, terutama perundungan dan tekanan mental dalam beberapa tahun terakhir menjadi peringatan serius agar pesantren memperkuat sistem pengasuhan yang aman, nyaman, dan ramah anak.
"Bentuk kekerasan itu tidak selalu fisik. Yang paling tinggi justru bullying dan tekanan mental. Ini menimbulkan ketidakpercayaan anak-anak didik kita untuk tumbuh dan menjadi pemimpin," katanya.
Sejak 2019 hingga 2025, kata sosok yang akrab disapa Gus Yasin itu, tercatat ada puluhan kasus kekerasan di lingkungan pesantren.
Namun, kata dia, angka tersebut belum sepenuhnya mencerminkan kondisi sebenarnya karena banyak santri tidak berani menyampaikan persoalan tersebut ke pihak yang berwenang.
"Sering kali santri berasumsi, kalau mereka bicara, harus menjaga nama pesantren dan kiai, sehingga tidak berani menyampaikan," katanya.
Ia mengatakan pondok pesantren sejatinya merupakan lembaga pendidikan yang bersifat inklusif sehingga harus menjadi ruang aman bagi seluruh santri, termasuk mereka yang sedang menghadapi persoalan psikologis.
Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya penataan pembinaan dan pengawasan, terutama mengenai pola senioritas di pesantren.
Penugasan santri senior sebagai pengurus merupakan bagian dari pendidikan, namun ia menekankan perlunya pendampingan agar tidak berubah menjadi tekanan.
"Pemberian ta’zir (hukuman) harus bersifat mendidik," pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jateng Fatkhurronji menegaskan, untuk mewujudkan pesantren ramah anak membutuhkan sistem dan jejaring yang saling terhubung.
"Pesantren yang aman dan nyaman tidak cukup dilihat dari sisi fisik. Harus ada kenyamanan dalam proses pendidikan, dengan jejaring antara pengasuh, orang tua, santri, masyarakat, serta dukungan pemerintah," katanya.
Baca juga: Wagub: Usulan tanggul laut Demak diterima Badan Otorita

