Semarang (ANTARA) - Netralitas aparatur sipil negara (ASN) menjadi akar yang positif di ruang digital, karena terbukanya akses internet memudahkan semua orang untuk mengisi ruang digital dengan berbagai konten, baik konten positif maupun negatif seperti hoaks dan ujaran kebencian pun tidak jarang ditemui di ruang digital, terutama di masa pemilu.

“Netralitas inilah yang akan menciptakan ruang digital yang lebih kondusif. ASN diharapkan menjadi agen perubahan, menjadi wakil-wakil yang bisa membantu menciptakan ruang digital yang sejuk dan damai,” kata Direktur Pemberdayaan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Slamet Santoso
(5/3/2024).

Hal itu dikatakan Slamet pada kegiatan Literasi Digital Sektor Pemerintahan kepada ASN dan Sumber Daya Manusia (SDM) Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan untuk memberikan literasi tentang pentingnya bersikap netral terhadap teknologi dan konten di ruang digital yang diselenggarakan oleh Kemenkominfo berkolaborasi dengan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Dalam Negeri (BPSDM Kemendagri).

Slamet berharap para pegawai pemerintah daerah setempat meneruskan materi literasi digital kepada masyarakat agar mereka dapat menghadapi konten negatif dengan bijak. Apalagi netralitas ASN selain berfungsi sebagai perekat pemersatu bangsa, juga dapat memicu partisipasi publik dalam menggunakan hak suaranya dalam pilkada yang akan berlangsung di tahun 2024.

“Kalau ada konten hoaks, ujaran kebencian, SARA, dan radikal di ruang digital, maka peran serta dari rekan-rekan ASN di Sumatera Selatan ini begitu penting sebagai counter konten negatif di lingkungan sekitarnya,” katanya.

Plh. Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Selatan Edward Candra yang turut hadir dalam kesempatan itu menyatakan konten negatif menjadi salah satu tantangan di era digital, sehingga kemampuan ASN dalam mengakses internet harus dibarengi dengan literasi digital.

“Hal yang perlu diperhatikan selain kecakapan adalah budaya digital. Selaku ASN harus bisa memberikan contoh untuk bisa mengurangi konten negatif di ruang digital. Kalau posting berita negatif, (berita tersebut) sudah tidak bisa dihapus lagi dan bisa tersebar ke seluruh dunia. Jadi, perlu pemahaman tentang bagaimana memegang teguh budaya di ruang digital," kata Edward.

Menurut Edward usaha yang positif dalam dunia digital perlu terus dikembangkan oleh berbagai pihak termasuk dalam konteks ini adalah ASN, karena partisipasi ASN dapat menjadi pengaruh yang lebih kuat kepada publik.

Akademisi Sofian Lusa dalam materinya turut menyampaikan mengenai pentingnya menjaga data pribadi dalam konten-konten yang diunggah di media sosial. Praktiknya, semua data-data itu ada di dunia maya, dalam kondisi sadar maupun tidak sadar, pengguna media sosial telah menyebarkan datanya sendiri.

“Kadangkala kita tidak sadari bahwa postingan negatif kita lima tahun lalu, bahkan 15 tahun lalu, tidak jarang itu yang menghalangi karir kita menanjak. Kita didera dengan konten-konten yang tidak sengaja pernah kita posting bertahun-tahun silam,” jelasnya.

Konten positif dan negatif, lanjut Sofian, sangat membanjiri ruang digital di Indonesia. Sejalan dengan hal itu, maka pemahaman akan keamanan digital perlu dimiliki oleh tiap-tiap pengguna internet.

“Kita harus memahami bagaimana cara mengamankan smartphone kita, media sosial, dan bagaimana kita bisa terampil mencari suatu hal dengan search engine,” tutupnya.

Kegiatan Literasi Digital Sektor Pemerintahan merupakan salah satu rangkaian Program Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam rangka meningkatkan kompetensi ASN dan SDM pemerintahan dalam menyikapi teknologi dan konten digital sebagai pelaksana kebijakan publik dan juga pelayan publik.

Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024