Semarang (ANTARA) - Pengalaman adalah guru yang paling berharga, bahkan menurut Albert Einstein "The only source of knowledge is experience" dimana pengalaman merupakan satu-satunya sumber pengetahuan. 

Oleh karenanya banyak sekali buku-buku yang ditulis berdasarkan pengalaman para penulisnya, termasuk Buku Sesepuh Berbagi yang ditulis oleh 23 orang sesepuh pemasyarakatan dengan beragam latar belakang yang dimilikinya.

Buku setebal 357 halaman yang banyak berisi tentang pesan, keteladanan, semangat kerja, dan makna di dalamnya tersebut telah diluncurkan Menkumham Yasonna H Laoly pada 26 April 2022 dan masif disosialisasikan termasuk di lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah, di Semarang, Rabu 18 Mei 2022.

Kegiatan yang berlangsung di Aula Kresna Basudewa tersebut menghadirkan empat sesepuh pemasyarakatan yaitu Hasanuddin Massaile, Mardjaman, Muqowimul Amal, dan Murdiyanto. Hadir juga para Pimti Pratama, Kepala Unit Pelaksana Teknis se-Jawa Tengah, serta jajaran Pejabat Administrasi dan fungsional Kanwil.

Ambil ilmu dari buku
Kakanwil Kemenkumham Jateng A. Yuspahruddin menyampaikan rasa terima kasihnya atas pengalaman puluhan tahun para sesepuh pemasyarakatan yang dituangkan dalam buku tersebut dan berharap jajarannya dapat mengambil ilmu dengan membaca buku itu.

"Saya berharap kita semua ikut memperhatikan yang disampaikan para sesepuh dan tentu diharapkan buku ini dibaca oleh kita semua. Karena pengalaman adalah hal yang luar biasa, hadist itu adalah tulisan pengalaman. Oleh karena itu saya sarankan kita baca buku yang sumbernya dari pengalaman," katanya.

Menurut Yuspahruddin ada tiga hal yang harus dimiliki jika ingin berhasil, yakni pertama adalah karakter yang di dalamnya terdapat moral dan kinerja yang harus berjalan seimbang.

Kedua, kompetensi yang harus dibarengi dengan 4K yakni kritis, kreatif, komunikasi, dan kolaborasi; ketiga, literasi yang erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan, sehingga diperlukan untuk terus membaca dan belajar.

“Jika kita tidak mau membaca maka kita akan ketinggalan dalam hal apapun. Andai kata pengalaman itu tidak dituliskan saya yakin ada mata rantai yang terputus dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas di Pemasyarakatan," katanya.

Berbagi dari sesepuh
Kegiatan dilanjutkan dengan penguatan dan paparan materi serta sharing pengalaman dari empat narasumber yang hadir. Dimulai dari mantan Sekretaris Jenderal Hasanuddin Massaile, yang menjelaskan tentang Hukum Nilai Tambah.

"Intinya adalah pemimpin memberikan nilai tambah dengan melayani orang lain,” kata Hasanuddin.

Kemudian tiga narasumber lain Mardjaman, Muqowimul Amal, dan Murdiyanto yang berbicara tentang isi buku Sesepuh Berbagi dan juga bercerita tentang pengalaman masing-masing ketika masih mengabdi di Kemenkumham khususnya Pemasyarakatan.

Saat ini menurutnya, di seluruh dunia topiknya adalah bagaimana pemimpin itu melayani orang-orang, baik itu bawahan, atasan, maupun masyarakat.

Pada kesempatan itu, Hasanuddin memberikan materi tentang pemimpin pada umumnya, lalu membahas kepemimpinan tokoh bernama Sinegal, kepemimpinan yang dipelajarinya sejak awal, dan pemberian nilai tambah untuk mengubah kehidupan.

Terakhir ia berpesan untuk selalu menuntut ilmu karena akan bermanfaat dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat ke depannya.

“Tuntutlah ilmu terus, sekolah terus. Karena ilmu itu tidak ada habis-habisnya. Karena persaingan ke depan akan semakin luar biasa,” tutur pria 76 tahun ini.

Kontribusi
Pemaparan dilanjutkan oleh mantan Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Mardjaman yang bercerita tentang sejarah pembuatan Buku Sesepuh Berbagi.

"Diawali dengan para sesepuh yang ingin mencoba untuk menyusun pengalaman-pengalaman selama mengabdi yang ternyata disambut baik Dirjen Pemasyarakatan Reynhard Silitonga. Hal ini tentu menambah semangat para sesepuh untuk merilis buku tersebut," katanya.

Kemudian, Mardjaman menceritakan sebanyak 23 dari 30 anggota telah menyampaikan tulisan yang akhirnya terbitlah buku setebal 357 halaman tersebut.

“Masing-masing cerita memuat tentang pesan, keteladanan , semangat kerja, dan ada makna di dalamnya,” jelas Mardjaman.

Terakhir, mengutip perkataan Nabi Sulaiman, ia berpesan kepada para Kepala.UPT untuk selalu bersyukur dan tidak kufur nikmat terhadap jabatan yang diemban.

“Kedudukanku adalah ujian bagiku apakah aku bersyukur atau aku kufur, jadi kedudukan boleh bangga tapi bukan sesuatu yang dibangga-banggakan,” pesannya.

Lebih lanjut, mantan Direktur pada Ditjen Pemasyarakatan Murdiyanto, mengatakan bahwa banyak sekali kontribusi jajaran Kanwil Jawa Tengah dalam proses penyusunan buku ini.

Kalapas Ambarawa Agus Heryanto juga berkontribusi membuat salah satu ilustrasi di dalam buku, begitu juga dengan Karutan Banyumas, Agung Nurbani, membantu proses dari tercetaknya buku sewaktu bertugas di Lapas Cibinong sebagai sekretariat tim penyusun buku.

Terakhir mantan Kakanwil Jawa Tengah, Muqowimul Aman, menerangkan arti dari cover Buku Sesepuh Berbagi. Ia menjelaskan mengapa tim memilih 2 lilin menyala sebagai cover.

“Kenapa tim memilih cover ini karena ada beberapa makna yang bisa diambil. Dari judulnya Sesepuh Berbagi, apa yang dibagikan, tentu bukan materi. Yaitu tergambar dengan nyala lilin yang dibagikan dari lilin pertama ke lilin berikutnya. Diharapkan bapak ibu sekalian juga akan membagikan ke lilin berikutnya lagi," katanya.

Menurutnya, lilin melambangkan suatu semangat yang diharapkan bisa diwariskan kepada generasi penerus. Walaupun dalam lingkup kecil, lilin bisa memberikan penerangan di sekitarnya.

Para sesepuh yang hadir dalam kesempatan tersebut mengharapkan buku Sesepuh Berbagi bisa dipetik nilai-nilainya yang kemudian dalam konteks kekinian bisa diadaptasikan dalam tantangan tugas yang makin dinamis. 

Pewarta : KSM
Editor : Nur Istibsaroh
Copyright © ANTARA 2024