Semarang (ANTARA) -
Hal tersebut disampaikan sejumlah ahli geodesi ITB saat berkunjung ke rumah dinas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Semarang, Rabu.
Dalam pertemuan itu dibahas banyak hal terkait penanganan persoalan rob dan banjir yang melanda pesisir Jateng seperti Kota Pekalongan, Kota Semarang, dan Kabupaten Demak.
"Penanganan rob dan banjir di Jateng ini sudah 'on the track', upayanya sudah berlangsung bagus, namun tetap harus ada penguatan lagi agar lebih optimal," kata salah satu ahli Geodesi ITB Heri Andreas.
Salah satu upaya penanganan banjir dan rob di Jateng, lanjut dia, adalah pembangunan tanggul yang mau tidak mau menjadi solusi sementara untuk mengatasi rob dan banjir di Jateng.
Menurut dia, persoalan utama rob dan banjir di pesisir Jateng adalah penurunan tanah yang berdasarkan sejumlah penelitian penurunannya di pesisir Jateng bisa mencapai 10 centimeter per tahun.
"Sehingga tadi kami sepakat dengan Pak Ganjar, bahwa kita harus mengendalikan penurunan tanahnya. Caranya sudah ada yakni mulai pengurangan eksploitasi air tanah," ujarnya.
"Jadi menangani rob dan banjir di Semarang, tidak bisa lepas dari daerah hulunya. Wilayah dari hulu, tengah sampai hilir itu harus diberesi secara pararel," katanya.
Penanganan rob dan banjir karena penurunan tanah ini, lanjut Heri, memang bukan persoalan mudah dan butuh waktu cukup lama untuk menyelesaikannya.
"Hitungan paling cepat 10 tahun sehingga kalau kita minta cepat beres, ya tidak realistis. Setidaknya 10 tahun itu waktu optimum pembenahan. Bagusnya di Jateng sekarang sudah dimulai, tinggal kita dorong terus dan hasilnya nanti kita lihat dalam 10 tahun ke depan," ujarnya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengakui penanganan rob dan banjir di wilayahnya memang persoalan yang tidak mudah sehingga masukan dari para ahli sangat dibutuhkan agar penanganannya berjalan sesuai harapan.
"Saya senang atas masukan-masukannya. Saya sangat berharap ada rekomendasi langkahnya seperti apa, 'roadmapnya' seperti apa agar penanganan ini berdasarkan data keilmuan," katanya.
Kendati demikian, Ganjar membenarkan bahwa upaya penanganan rob dan banjir di Jateng sudah berjalan dan sejumlah aksi telah dilakukan, mulai dari hulu, tengah dan hilir.
"Teman-teman sudah banyak melakukan aksi, misalnya di Kota Semarang yang membangun pompa-pompa dan kolam-kolam retensi sehingga pengendalian banjir di Kota Semarang sekarang sudah lebih baik. Pekalongan juga sudah dilakukan, tapi memang pengendalian jangka panjang ini yang harus ditingkatkan," ujarnya.
Baca juga: Tanggul penahan rob senilai Rp200 juta rampung
Baca juga: Sejumlah warung di Pantai Sodong Cilacap rusak dihantam rob
Sejumlah ahli geodesi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) menyebut penanganan rob dan banjir di daerah pesisir Jawa Tengah sudah on the track karena sejumlah solusi, baik jangka pendek, menengah, maupun panjang sudah dilakukan.
Hal tersebut disampaikan sejumlah ahli geodesi ITB saat berkunjung ke rumah dinas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Semarang, Rabu.
Dalam pertemuan itu dibahas banyak hal terkait penanganan persoalan rob dan banjir yang melanda pesisir Jateng seperti Kota Pekalongan, Kota Semarang, dan Kabupaten Demak.
"Penanganan rob dan banjir di Jateng ini sudah 'on the track', upayanya sudah berlangsung bagus, namun tetap harus ada penguatan lagi agar lebih optimal," kata salah satu ahli Geodesi ITB Heri Andreas.
Salah satu upaya penanganan banjir dan rob di Jateng, lanjut dia, adalah pembangunan tanggul yang mau tidak mau menjadi solusi sementara untuk mengatasi rob dan banjir di Jateng.
Menurut dia, persoalan utama rob dan banjir di pesisir Jateng adalah penurunan tanah yang berdasarkan sejumlah penelitian penurunannya di pesisir Jateng bisa mencapai 10 centimeter per tahun.
"Sehingga tadi kami sepakat dengan Pak Ganjar, bahwa kita harus mengendalikan penurunan tanahnya. Caranya sudah ada yakni mulai pengurangan eksploitasi air tanah," ujarnya.
Selain solusi jangka pendek dengan pembuatan tanggul itu, solusi jangka menengah dan panjang juga harus dilakukan Pemprov Jateng, yakni dengan "land and water management".
"Jadi menangani rob dan banjir di Semarang, tidak bisa lepas dari daerah hulunya. Wilayah dari hulu, tengah sampai hilir itu harus diberesi secara pararel," katanya.
Penanganan rob dan banjir karena penurunan tanah ini, lanjut Heri, memang bukan persoalan mudah dan butuh waktu cukup lama untuk menyelesaikannya.
"Hitungan paling cepat 10 tahun sehingga kalau kita minta cepat beres, ya tidak realistis. Setidaknya 10 tahun itu waktu optimum pembenahan. Bagusnya di Jateng sekarang sudah dimulai, tinggal kita dorong terus dan hasilnya nanti kita lihat dalam 10 tahun ke depan," ujarnya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengakui penanganan rob dan banjir di wilayahnya memang persoalan yang tidak mudah sehingga masukan dari para ahli sangat dibutuhkan agar penanganannya berjalan sesuai harapan.
"Saya senang atas masukan-masukannya. Saya sangat berharap ada rekomendasi langkahnya seperti apa, 'roadmapnya' seperti apa agar penanganan ini berdasarkan data keilmuan," katanya.
Kendati demikian, Ganjar membenarkan bahwa upaya penanganan rob dan banjir di Jateng sudah berjalan dan sejumlah aksi telah dilakukan, mulai dari hulu, tengah dan hilir.
"Teman-teman sudah banyak melakukan aksi, misalnya di Kota Semarang yang membangun pompa-pompa dan kolam-kolam retensi sehingga pengendalian banjir di Kota Semarang sekarang sudah lebih baik. Pekalongan juga sudah dilakukan, tapi memang pengendalian jangka panjang ini yang harus ditingkatkan," ujarnya.
Baca juga: Tanggul penahan rob senilai Rp200 juta rampung
Baca juga: Sejumlah warung di Pantai Sodong Cilacap rusak dihantam rob