Solo (ANTARA) - Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) di Solo, Jawa Tengah, untuk sementara ini hanya beroperasi sebagai lembaga konservasi menyusul keputusan penutupan layanan untuk pengunjung.

"Sebagai sarana edukasi dan rekreasi kan sementara berhenti, kalau lembaga konservasi dipertahankan. Namun otomatis ada biayanya, seperti pakan dan lain-lain," kata Direktur Utama TSTJ Bimo Wahyu Widodo Dasir Santoso di Solo, Kamis.

Ia mengatakan paling tidak kebutuhan tersebut harus dipikirkan. Untuk beberapa kebutuhan satwa di antaranya pakan dan obat-obatan. Di TSTJ sendiri kebutuhan di hal tersebut minimal sebesar Rp125,5 juta/bulan.

"Ini belum gaji karyawan, belum operasional lain seperti listrik. Saat ini kami memiliki 407 satwa," katanya.

Baca juga: Taman Satwa Taru Jurug butuh suntikan dana Rp60 miliar

Ia mengatakan sesuai dengan aturan maka lembaga konservasi harus memastikan lima hal untuk keberlangsungan satwa, yaitu jangan sampai satwa kelaparan, jangan sampai kehausan, jangan sampai stres, bisa berkembang biak, dan kandang harus memenuhi syarat.

"Artinya satwa bisa hidup seperti di alam liar, misal kandang harimau harus ada kolamnya, ada airnya, biar dia bisa mandiri, ada tempat berteduh, dia kan binatang tidur. Biar bisa beristirahat dengan baik," katanya.

Selain itu, kebutuhan lain yang juga harus diperhatikan adalah perawatan untuk kandang, atap, dan lantai. Ia mengatakan ketiganya sering mengalami kerusakan, apalagi jika gerakan satwa aktif.

"Untuk kebutuhannya nanti kami hitung ulang, yang penting upayanya kebun binatang tidak tutup," katanya.

Menurut dia, saat ini langkah lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan TSTJ sebagai lembaga konservasi sedang digodok oleh Pemerintah Kota Surakarta.

"Nanti keputusan final seperti apa, kami juga sedang menunggu," katanya.

Baca juga: Taman Satwa taru Jurug kembali tutup akibat kasus COVID-19 meningkat
Baca juga: Taman Satwa Taru Jurug Solo dibuka kembali

Pewarta : Aris Wasita
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024