Semarang (ANTARA) -
"Nilai tersebut berasal dari perputaran roda ekspor dari total 63 komoditas perikanan ke 28 negara tujuan ekspor dengan total volume 7.172 ton dan 192 kali frekuensi pengiriman," kata Kepala BKIPM Semarang Raden Gatot Perdana di Semarang, Senin.
Kendati demikian, nilai ekspor perikanan Jateng 2020 itu mengalami penurunan jika dibandingkan capaian pada 2019 yakni Rp2,91 triliun.
Baca juga: Realisasi PAD sektor perikanan Pekalongan lampaui target
Bahkan, jika dibandingkan dengan empat tahun sebelumnya, capaian nilai ekspor pada tahun ini menjadi nilai terendah akibat adanya pandemi COVID-19.
Ia mengungkapkan komoditas daging rajungan masih menjadi primadona dan unggulan ekspor Jateng selama 2020 dengan nilai jual produk yang cukup fantastis dalam memberikan sumbangan devisa negara tertinggi yaitu Rp981 miliar.
"Selain daging rajungan, surimi (Rp75 miliar), daging nila (Rp71 miliar), makarel (Rp53 miliar), cumi-cumi (Rp52 miliar) tepung ikan (Rp48 miliar), udang (Rp28 miliar), sotong (Rp9 miliar), bloso (Rp8 miliar), dan daging kakap (Rp7 miliar)," ujarnya.
Amerika Serikat termasuk dalam daftar peringkat 10 negara tujuan ekspor tertinggi produk perikanan dari Jateng dengan nilai tertinggi dari 26 negara lainnya yaitu mencapai Rp1,05 triliun disusul oleh Jepang, China, Malaysia, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Singapura, Hongkong, dan Vietnam.
Menurut dia, nilai pertumbuhan ekspor produk perikanan selama 2020 cukup fluktuatif dan bertumbuh.
Pada triwulan 2020 pertama terlihat pertumbuhan nilai ekspor perikanan yang cukup baik hingga mencapai nilai tertinggi atau menyentuh Rp291 miliar di akhir triwulan pertama, meskipun pada triwulan kedua nilainya terjadi penurunan yang signifikan pada kegiatan ekspor yaitu hanya terserap sebanyak Rp144 miliar.
Penurunan ini salah satunya terkendala dan dipengaruhi oleh pandemi COVID-19, namun setelah adanya penurunan di triwulan kedua, pertumbuhan positif terhadap nilai ekspor produk perikanan terlihat hingga akhir 2020.
Dalam kesempatan tersebut, Gatot menegaskan bahwa BKIPM Semarang siap membantu pemerintah dengan menyukseskam Program Pemulihan Ekonomi Nasional pada 2021.
"BKIPM dalam hal ini siap mendukung program tersebut melalui pengendalian penyakit ikan maupun jaminan mutu keamanan hasil perikanan melalui sinergitas yang terbentuk oleh unit-unit pelaksanaan teknis di daerah, salah satunya di Jateng," katanya.
Baca juga: Temanggung kucurkan bantuan Rp2,5 miliar untuk pelaku usaha perikanan
Balai Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (BKIPM) Semarang mencatat nilai ekspor perikanan dari Provinsi Jawa Tengah selama 2020 mencapai Rp2,78 triliun.
"Nilai tersebut berasal dari perputaran roda ekspor dari total 63 komoditas perikanan ke 28 negara tujuan ekspor dengan total volume 7.172 ton dan 192 kali frekuensi pengiriman," kata Kepala BKIPM Semarang Raden Gatot Perdana di Semarang, Senin.
Kendati demikian, nilai ekspor perikanan Jateng 2020 itu mengalami penurunan jika dibandingkan capaian pada 2019 yakni Rp2,91 triliun.
Baca juga: Realisasi PAD sektor perikanan Pekalongan lampaui target
Bahkan, jika dibandingkan dengan empat tahun sebelumnya, capaian nilai ekspor pada tahun ini menjadi nilai terendah akibat adanya pandemi COVID-19.
Ia mengungkapkan komoditas daging rajungan masih menjadi primadona dan unggulan ekspor Jateng selama 2020 dengan nilai jual produk yang cukup fantastis dalam memberikan sumbangan devisa negara tertinggi yaitu Rp981 miliar.
"Selain daging rajungan, surimi (Rp75 miliar), daging nila (Rp71 miliar), makarel (Rp53 miliar), cumi-cumi (Rp52 miliar) tepung ikan (Rp48 miliar), udang (Rp28 miliar), sotong (Rp9 miliar), bloso (Rp8 miliar), dan daging kakap (Rp7 miliar)," ujarnya.
Amerika Serikat termasuk dalam daftar peringkat 10 negara tujuan ekspor tertinggi produk perikanan dari Jateng dengan nilai tertinggi dari 26 negara lainnya yaitu mencapai Rp1,05 triliun disusul oleh Jepang, China, Malaysia, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Singapura, Hongkong, dan Vietnam.
Menurut dia, nilai pertumbuhan ekspor produk perikanan selama 2020 cukup fluktuatif dan bertumbuh.
Pada triwulan 2020 pertama terlihat pertumbuhan nilai ekspor perikanan yang cukup baik hingga mencapai nilai tertinggi atau menyentuh Rp291 miliar di akhir triwulan pertama, meskipun pada triwulan kedua nilainya terjadi penurunan yang signifikan pada kegiatan ekspor yaitu hanya terserap sebanyak Rp144 miliar.
Penurunan ini salah satunya terkendala dan dipengaruhi oleh pandemi COVID-19, namun setelah adanya penurunan di triwulan kedua, pertumbuhan positif terhadap nilai ekspor produk perikanan terlihat hingga akhir 2020.
Dalam kesempatan tersebut, Gatot menegaskan bahwa BKIPM Semarang siap membantu pemerintah dengan menyukseskam Program Pemulihan Ekonomi Nasional pada 2021.
"BKIPM dalam hal ini siap mendukung program tersebut melalui pengendalian penyakit ikan maupun jaminan mutu keamanan hasil perikanan melalui sinergitas yang terbentuk oleh unit-unit pelaksanaan teknis di daerah, salah satunya di Jateng," katanya.
Baca juga: Temanggung kucurkan bantuan Rp2,5 miliar untuk pelaku usaha perikanan