Purwokerto (ANTARA) - Sejak awal pandemi COVID-19 hingga saat ini, pemerintah selalu memberikan edukasi mengenai pentingnya protokol kesehatan untuk melindungi diri dan juga orang-orang yang dicintai.
Menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak mungkin terdengar sederhana, namun itu merupakan kunci yang dapat memberikan dampak yang sangat berarti.
Penerapan protokol kesehatan yang penuh dengan kesadaran diri akan membuat masyarakat bisa tetap beraktivitas, namun sekaligus juga bisa tetap terlindungi.
Baca juga: Ganjar bersama KPU-Bawaslu bahas skenario darurat pilkada di tengah pandemi
Baca juga: "Tapak Jaran Sembrani" kirim efikasi budaya hadapi pandemi
Disiplin menerapkan protokol kesehatan pada saat ini sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari yang harus terus tumbuh dari dalam diri sendiri.
Contohnya, seperti yang dirasakan oleh Indah Wijaya Antasari (43), salah satu warga Desa Beji, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, yang sehari-hari menjadi pustakawan muda di IAIN Purwokerto.
Kesibukan sebagai pustakawan membuat dirinya banyak berinteraksi dengan banyak orang, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk tetap terlindungi selama beraktivitas di masa pandemi.
"Memakai masker sudah jadi kebiasaan saya pada saat ini, tidak pernah saya keluar rumah tanpa memakai masker. Selain itu saya rutin cuci tangan dan sebisa mungkin menjaga jarak fisik. Di kampus juga tersedia cairan pembersih tangan di berbagai titik, saya juga sering menggunakannya," katanya.
Selama beraktivitas di kampus, dia dan rekan kerja juga saling mengingatkan untuk tidak bersalaman dan bersentuhan fisik. Masing-masing saling mengerti bahwa hal itu perlu dilakukan demi keamanan diri.
Saat jam makan siang, dia dan rekan-rekan kerja juga saling mengingatkan untuk tetap menjaga jarak. Sehingga acara makan siang tetap dilakukan bersama-sama, namun tetap ada jarak di antara mereka.
Saat pulang ke rumah, dia juga langsung menyimpan baju kotor di mesin cuci, lalu mandi dan membersihkan diri, sebelum nantinya bertemu si buah hati.
Belakangan ini dirinya juga lebih banyak mengonsumsi makanan bergizi dan vitamin C untuk menjaga kesehatan dan kebugaran diri.
"Semua ini saya lakukan guna mematuhi imbauan mengenai protokol kesehatan, demi kebaikan diri sendiri dan orang-orang yang saya cintai," katanya.
Mawas Diri
Ahli epidemiologi lapangan dari Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) dr. Yudhi Wibowo, M.PH mengatakan masyarakat perlu selalu mawas diri selama berlangsungnya pandemi.
Sikap mawas diri sangat penting agar setiap individu bisa melihat dan mengintrospeksi apa yang sudah dilakukan, terutama dalam kaitannya dengan penerapan protokol kesehatan.
Bila merasa belum maksimal dalam penerapan protokol kesehatan, maka bisa segera memperbaiki pada kemudian hari.
Jika tiap-tiap orang bermawas diri, maka diharapkan tidak ada lagi rasa abai terhadap protokol kesehatan.
Pemerintah sudah memberikan edukasi yang penting dan menyeluruh yang tinggal diikuti dengan sepenuh hati, karena pada saat ini disiplin protokol kesehatan adalah ikhtiar yang sejati.
"Bila masih ada masyarakat yang abai terhadap protokol kesehatan, bisa saja ini terkait kesadaran dan informasi yang mungkin diterima mereka dari sumber yang kurang tepat. Hal ini yang disebut infodemik. Ada berita hoaks yang membuat kebingungan dan menimbulkan ketidakpercayaan terhadap info yang benar dari pemerintah," katanya.
Kemungkinan lain, kata dia, adalah masalah ekonomi yang mendorong orang keluar rumah, namun abai terhadap protokol kesehatan.
Namun demikian, menurut dia, pemerintah harus tetap dan harus terus melakukan promosi kesehatan secara terus menerus, tanpa lelah, secara rutin dan secara menyeluruh.
Melalui edukasi yang berkesinambungan, kata dia, diharapkan akan timbul rasa mawas diri pada masing-masing individu. Selain itu diharapkan akan timbul kesadaran diri untuk makin disiplin menerapkan protokol kesehatan.
"Edukasi yang terus menerus akan membuat masyarakat makin peduli dan memiliki keinginan untuk makin berperan dalam penegakan protokol kesehatan, dimulai dari diri sendiri, keluarga dan juga lingkungan terdekat," katanya.
Untuk mewujudkan itu, kata dia, memang memerlukan upaya yang keras dan tanpa lelah. Mengedukasi masyarakat dengan berbagai cara menarik dan masif.
Pemerintah, kata dia, perlu terus menginformasikan promosi kesehatan ini melalui pendekatan humanis dan cara-cara yang manis.
"Informasikan mengenai wajib memakai masker, wajib menjaga jarak minimal dua meter dan wajib mencuci tangan pakai sabun minimal 20 detik. Hindari berada di ruang sempit dan hindari kerumunan," katanya.
Selain itu, jika berada di dalam ruangan maka perlu selalu memperhatikan ventilasi, durasi, dan jarak.
Dengan informasi yang terus menerus mengenai pentingnya protokol kesehatan guna memutus rantai penularan COVID-19, maka diharapkan pemahaman masyarakat juga akan makin meningkat.
Namun jika ada yang tetap "ngeyel" dan abai terhadap protokol kesehatan, padahal sudah menelan banyak informasi, maka perlu pemberian sanksi.
Menurut dia, sanksi dapat diberikan sesuai peraturan perundang-undangan dengan tujuan untuk mengajak masyarakat makin memahami dan menyadari betapa protokol kesehatan adalah teman yang sejati.
Istilah teman sejati mungkin sangat tepat bila dikaitkan dengan persoalan pandemi. Teman sejati adalah teman yang mau melindungi dan tidak egois.
Karena jika kita mengabaikan protokol kesehatan, maka kita telah bersikap egois dan tidak punya empati. Itu bukan ciri-ciri teman sejati.
Dengan demikian, marilah bersama-sama, berperan sebagai individu yang penuh dengan empati. Marilah gunakan masker, masker kita bisa melindungi diri sendiri dan bisa melindungi mereka yang ada di hadapan kita.
Baca juga: WHO: Orang dewasa dan anak-anak harus banyak bergerak di era pandemi
Baca juga: Pandemi tranformasikan wadak ke batin Komunitas Lima Gunung
Menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak mungkin terdengar sederhana, namun itu merupakan kunci yang dapat memberikan dampak yang sangat berarti.
Penerapan protokol kesehatan yang penuh dengan kesadaran diri akan membuat masyarakat bisa tetap beraktivitas, namun sekaligus juga bisa tetap terlindungi.
Baca juga: Ganjar bersama KPU-Bawaslu bahas skenario darurat pilkada di tengah pandemi
Baca juga: "Tapak Jaran Sembrani" kirim efikasi budaya hadapi pandemi
Disiplin menerapkan protokol kesehatan pada saat ini sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari yang harus terus tumbuh dari dalam diri sendiri.
Contohnya, seperti yang dirasakan oleh Indah Wijaya Antasari (43), salah satu warga Desa Beji, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, yang sehari-hari menjadi pustakawan muda di IAIN Purwokerto.
Kesibukan sebagai pustakawan membuat dirinya banyak berinteraksi dengan banyak orang, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk tetap terlindungi selama beraktivitas di masa pandemi.
"Memakai masker sudah jadi kebiasaan saya pada saat ini, tidak pernah saya keluar rumah tanpa memakai masker. Selain itu saya rutin cuci tangan dan sebisa mungkin menjaga jarak fisik. Di kampus juga tersedia cairan pembersih tangan di berbagai titik, saya juga sering menggunakannya," katanya.
Selama beraktivitas di kampus, dia dan rekan kerja juga saling mengingatkan untuk tidak bersalaman dan bersentuhan fisik. Masing-masing saling mengerti bahwa hal itu perlu dilakukan demi keamanan diri.
Saat jam makan siang, dia dan rekan-rekan kerja juga saling mengingatkan untuk tetap menjaga jarak. Sehingga acara makan siang tetap dilakukan bersama-sama, namun tetap ada jarak di antara mereka.
Saat pulang ke rumah, dia juga langsung menyimpan baju kotor di mesin cuci, lalu mandi dan membersihkan diri, sebelum nantinya bertemu si buah hati.
Belakangan ini dirinya juga lebih banyak mengonsumsi makanan bergizi dan vitamin C untuk menjaga kesehatan dan kebugaran diri.
"Semua ini saya lakukan guna mematuhi imbauan mengenai protokol kesehatan, demi kebaikan diri sendiri dan orang-orang yang saya cintai," katanya.
Mawas Diri
Ahli epidemiologi lapangan dari Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) dr. Yudhi Wibowo, M.PH mengatakan masyarakat perlu selalu mawas diri selama berlangsungnya pandemi.
Sikap mawas diri sangat penting agar setiap individu bisa melihat dan mengintrospeksi apa yang sudah dilakukan, terutama dalam kaitannya dengan penerapan protokol kesehatan.
Bila merasa belum maksimal dalam penerapan protokol kesehatan, maka bisa segera memperbaiki pada kemudian hari.
Jika tiap-tiap orang bermawas diri, maka diharapkan tidak ada lagi rasa abai terhadap protokol kesehatan.
Pemerintah sudah memberikan edukasi yang penting dan menyeluruh yang tinggal diikuti dengan sepenuh hati, karena pada saat ini disiplin protokol kesehatan adalah ikhtiar yang sejati.
"Bila masih ada masyarakat yang abai terhadap protokol kesehatan, bisa saja ini terkait kesadaran dan informasi yang mungkin diterima mereka dari sumber yang kurang tepat. Hal ini yang disebut infodemik. Ada berita hoaks yang membuat kebingungan dan menimbulkan ketidakpercayaan terhadap info yang benar dari pemerintah," katanya.
Kemungkinan lain, kata dia, adalah masalah ekonomi yang mendorong orang keluar rumah, namun abai terhadap protokol kesehatan.
Namun demikian, menurut dia, pemerintah harus tetap dan harus terus melakukan promosi kesehatan secara terus menerus, tanpa lelah, secara rutin dan secara menyeluruh.
Melalui edukasi yang berkesinambungan, kata dia, diharapkan akan timbul rasa mawas diri pada masing-masing individu. Selain itu diharapkan akan timbul kesadaran diri untuk makin disiplin menerapkan protokol kesehatan.
"Edukasi yang terus menerus akan membuat masyarakat makin peduli dan memiliki keinginan untuk makin berperan dalam penegakan protokol kesehatan, dimulai dari diri sendiri, keluarga dan juga lingkungan terdekat," katanya.
Untuk mewujudkan itu, kata dia, memang memerlukan upaya yang keras dan tanpa lelah. Mengedukasi masyarakat dengan berbagai cara menarik dan masif.
Pemerintah, kata dia, perlu terus menginformasikan promosi kesehatan ini melalui pendekatan humanis dan cara-cara yang manis.
"Informasikan mengenai wajib memakai masker, wajib menjaga jarak minimal dua meter dan wajib mencuci tangan pakai sabun minimal 20 detik. Hindari berada di ruang sempit dan hindari kerumunan," katanya.
Selain itu, jika berada di dalam ruangan maka perlu selalu memperhatikan ventilasi, durasi, dan jarak.
Dengan informasi yang terus menerus mengenai pentingnya protokol kesehatan guna memutus rantai penularan COVID-19, maka diharapkan pemahaman masyarakat juga akan makin meningkat.
Namun jika ada yang tetap "ngeyel" dan abai terhadap protokol kesehatan, padahal sudah menelan banyak informasi, maka perlu pemberian sanksi.
Menurut dia, sanksi dapat diberikan sesuai peraturan perundang-undangan dengan tujuan untuk mengajak masyarakat makin memahami dan menyadari betapa protokol kesehatan adalah teman yang sejati.
Istilah teman sejati mungkin sangat tepat bila dikaitkan dengan persoalan pandemi. Teman sejati adalah teman yang mau melindungi dan tidak egois.
Karena jika kita mengabaikan protokol kesehatan, maka kita telah bersikap egois dan tidak punya empati. Itu bukan ciri-ciri teman sejati.
Dengan demikian, marilah bersama-sama, berperan sebagai individu yang penuh dengan empati. Marilah gunakan masker, masker kita bisa melindungi diri sendiri dan bisa melindungi mereka yang ada di hadapan kita.
Baca juga: WHO: Orang dewasa dan anak-anak harus banyak bergerak di era pandemi
Baca juga: Pandemi tranformasikan wadak ke batin Komunitas Lima Gunung