Boyolali (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah meminta Tim Jogo Tonggo meningkatkan kewaspadaan terhadap penularan COVID-19 di wilayah masing-masing, terkait dengan kedatangan pemudik dari luar kota saat liburan panjang mulai 28 Oktober hingga 1 November mendatang.
"Kami mengimbau Tim Jogo Tonggo di tingkat RW untuk meningkatkan kewaspadaan dan pengawasannya mengantisipasi pemudik pulang ke kampung halaman pada liburan panjang, sehingga, penularan COVID-19 dari luar daerah dideteksi sedini mungkin," kata Kepala Dinkes Boyolali dr. Ratri S Survivalina usai mengikuti evaluasi Program Jogo Tonggo dengan Pemprov Jateng secara daring di Dinas Kominfo Boyolali, Senin.
Dia menjelaskan Tim Jogo Tonggo bisa diminta melakukan pemeriksaan awal dengan tes cepat atau dilanjutkan tes usap bagi pemudik, sebagai penjagaan lingkungan masyarakat dari penyebaran virus corona jenis baru itu.
Ia menjelaskan evaluasi Program Jogo Tonggo, di mana program ini menjadi unggulan Kabupaten Boyolali, dibuat dan disusun di setiap RW, untuk mendorong pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian penyebaran COVID-19 di wilayah masing-masing.
Program Jogo Tonggo di Boyolali dilakukan secara terintegrasi dan terpadu lintas sektor. Sektor terkait di luar kesehatan, antara lain Dinas Sosial, Dinas Pemberdayaan Desa, Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, serta Dinas Pendidikan dan kebudayaan.
Organisasi perangkat daerah (OPD) terkait tersebut, masing-masing berperan sesuai tugas pokok dan fungsinya. Mereka memberikan dukungan Tim Jogo Tonggo di masing-masing RW, supaya tim dapat melaksanakan pengawasan dan pengendalian COVID-19 dari berbagai aspek, termasuk meningkatkan pemberdayaan atau menggali potensi masyarakat di wilayah masing-masing.
Program Jogo Tonggo, katanya, efektif dilakukan karena dikerjakan orang-orang paling dekat dengan masyarakat. Pengawasan oleh tim itu dilakukan paling akurat dan dari masyarakat sendiri, terutama yang terdekat dengan lingkungannya.
Pihak RW merupakan lingkungan yang dekat kepada masyarakat. Mereka mengetahui siapa-siapa saja warga yang sering bepergian atau mempunyai aktivitas yang kemungkinan menjadi sumber penularan COVID-19.
Oleh karena itu, katanya, dari level terbawah tersebut dapat diantisipasi seandainya ada potensi penularan virus.
"Jika sudah terjadi hal itu, maka dilakukan program-program pencegahan agar tidak terjadi penularan yang lebih meluas kepada masyarakat lainnya," kata Ratri.
Ia mengimbau masyarakat tetap melakukan aktivitas dengan memperhatikan protokol kesehatan. Tes cepat atau usap sebelum dan sesudah bepergian sebagai keperluan penting.
Masyarakat yang melakukan aktivitas, katanya, harus tetap menerapkan 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun.
"Jangan lupa menjauhi kerumunan karena adanya libur panjang mendatang, dapat berpotensi untuk menjadi salah satu sumber penularan COVID 19. Tanpa dukungan dari seluruh dukungan anggota masyarakat, kami tidak bisa menurunkan kasus COVID-19 di Boyolali," kata Ratri.
"Kami mengimbau Tim Jogo Tonggo di tingkat RW untuk meningkatkan kewaspadaan dan pengawasannya mengantisipasi pemudik pulang ke kampung halaman pada liburan panjang, sehingga, penularan COVID-19 dari luar daerah dideteksi sedini mungkin," kata Kepala Dinkes Boyolali dr. Ratri S Survivalina usai mengikuti evaluasi Program Jogo Tonggo dengan Pemprov Jateng secara daring di Dinas Kominfo Boyolali, Senin.
Dia menjelaskan Tim Jogo Tonggo bisa diminta melakukan pemeriksaan awal dengan tes cepat atau dilanjutkan tes usap bagi pemudik, sebagai penjagaan lingkungan masyarakat dari penyebaran virus corona jenis baru itu.
Ia menjelaskan evaluasi Program Jogo Tonggo, di mana program ini menjadi unggulan Kabupaten Boyolali, dibuat dan disusun di setiap RW, untuk mendorong pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian penyebaran COVID-19 di wilayah masing-masing.
Program Jogo Tonggo di Boyolali dilakukan secara terintegrasi dan terpadu lintas sektor. Sektor terkait di luar kesehatan, antara lain Dinas Sosial, Dinas Pemberdayaan Desa, Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, serta Dinas Pendidikan dan kebudayaan.
Organisasi perangkat daerah (OPD) terkait tersebut, masing-masing berperan sesuai tugas pokok dan fungsinya. Mereka memberikan dukungan Tim Jogo Tonggo di masing-masing RW, supaya tim dapat melaksanakan pengawasan dan pengendalian COVID-19 dari berbagai aspek, termasuk meningkatkan pemberdayaan atau menggali potensi masyarakat di wilayah masing-masing.
Program Jogo Tonggo, katanya, efektif dilakukan karena dikerjakan orang-orang paling dekat dengan masyarakat. Pengawasan oleh tim itu dilakukan paling akurat dan dari masyarakat sendiri, terutama yang terdekat dengan lingkungannya.
Pihak RW merupakan lingkungan yang dekat kepada masyarakat. Mereka mengetahui siapa-siapa saja warga yang sering bepergian atau mempunyai aktivitas yang kemungkinan menjadi sumber penularan COVID-19.
Oleh karena itu, katanya, dari level terbawah tersebut dapat diantisipasi seandainya ada potensi penularan virus.
"Jika sudah terjadi hal itu, maka dilakukan program-program pencegahan agar tidak terjadi penularan yang lebih meluas kepada masyarakat lainnya," kata Ratri.
Ia mengimbau masyarakat tetap melakukan aktivitas dengan memperhatikan protokol kesehatan. Tes cepat atau usap sebelum dan sesudah bepergian sebagai keperluan penting.
Masyarakat yang melakukan aktivitas, katanya, harus tetap menerapkan 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun.
"Jangan lupa menjauhi kerumunan karena adanya libur panjang mendatang, dapat berpotensi untuk menjadi salah satu sumber penularan COVID 19. Tanpa dukungan dari seluruh dukungan anggota masyarakat, kami tidak bisa menurunkan kasus COVID-19 di Boyolali," kata Ratri.