Semarang (ANTARA) - Muhtarhadi, warga Semarang Barat, mengaku bersyukur dan berterima kasih karena benar-benar merasakan manfaat menjadi peserta program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) salah satunya pasang ring gratis.

Pria berusia 63 tahun ini sebelumnya merupakan Pekerja Penerima Upah  (PPU) di Perusahaan Indonesia Nanya (Inan) dan setelah masa kerjanya berakhir karena memasuki usia pensiun, kartunya nonaktif.

Muhtarhadi kembali mendaftarkan dirinya dan keluarganya menjadi peserta JKN-KIS
dengan manfaat perawatan kelas 3 dan secara rutin melakukan pembayaran iuran tanpa pernah terlambat begitu bekerja sebagai tukang bangunan.

“Saat menjadi peserta  JKN-KIS dari selaku pekerja sampai dengan pensiun, keluarga saya  tidak pernah menggunakan atau berobat dengan JKN-KIS sama sekali karena diberikan kesehatan oleh Allah SWT dan kami sangat bersyukur sekali.

Namun penyakit  itu merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa, manusia tidak bisa berbuat banyak lebih-lebih menolak, hanya bisanya  selalu berdoa agar penyakit segera sembuh,” kata Muhtarhadi.

Pada Jumat, tanggal 21 Agustus 2020 tepat pukul 05.00 WIB selepas Salat Subuh, tiba-tiba denyut jantung Muhtarhadi terasa sangat berdebar-debar dan lama- kelamaan pandangan kabur, disertai sesak nafas.

Atas bantuan tetangga, dirinya diantarkan periksa ke rumah sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang dengan kondisi sudah lemah.

Hasil pemeriksaan di RS Bhakti Wiratamtama, dokter jaga pada saat itu mengindikasi penyakit jantung dan perlu penanganan segera dengan peralatan yang memadai, sehingga akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit dr Kariadi Semarang.

“Setelah  dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dr Susi Herminingsih Sp.JP (K), tepat pukul 08.00 WIB saya dinyatakan harus dilakukan operasi dengan pemasangan ring langsung tiga . Demi kesembuhan penyakit, saya mengikuti saran dokter tanpa melihat sisi biaya yang harus dibayar nantinya,” tuturnya.

Muhtarhadi mengakui sempat "pusing" dengan membayangkan dirinya yang bekerja sebagai tukang bangunan, penghasilannya tentu tidak cukup untuk membayar biaya perawatan, apalagi ditambah pasang ring.

Namun, kabar melegakan ia terima, setelah dirinya sadar selepas operasi.

"Istri saya menyampaikan informasi bahwa semua biaya perawatan dan pemasangan ring ditanggung BPJS Kesehatan. Saat itu, saya langsung sujud syukur, saya baru ingat sebagai peserta JKN-KIS,” tambahnya.

Tidak hanya dirinya,  keluarganya pun berterima kasih kepada pemerintah,  terima kasih kepada BPJS Kesehatan, karena ternyata kartu JKN-KIS sangat membantu bagi masyarakat kecil dan khusunya dirinya.

"Saya hanya tak bisa membayangkan jika tidak memiliki kartu JKN-KIS, berapa banyak  uang yang  harus dibayarkan untuk biaya pasang ring. Kartu JKN-KIS sangat menolong terlebih dengan kondisi saat rawat inap. Semoga pemerintah masih tetap mempertahankan Kartu JKN-KIS, karena seperti saya yang ekonominya pas-pasan merasa terbantu," katanya.

Secara administrasi dan pelayanan, tambahnya, tidak ada kesulitan dan seluruh prosesnya mudah.

Muhtarhadi berharap masyarakat bisa memahami prinsip gotong royong dan berharap program JKN-KIS bisa memberikan pelayanan yang lebih baik terhadap para peserta .

“Saya berharap masyarakat paham, menjadi peserta JKN-KIS merupakan salah satu hidup gotong royong yang sehat membantu yang sakit, sewaktu kita sakit dibiayai orang banyak. Sehat ini sangat  mahal sekali, semoga ke depannya Program JKN-KIS jauh semakin lebih baik, dan masyarakat Indonesia tambah sehat.

Sekali lagi kami atas nama keluarga mengucapkan Terima kasih kepada Pemerintah dan BPJS Kesehatan yang telah membantu pembiayaan kami selama saya dirawat di RS sampai dengan pelayanan paripurna,” tutupnya.


Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024