Frankfurt (ANTARA) - CEO GlaxoSmithKline, produsen vaksin terbesar di dunia, mengaku optimistis bahwa industri akan mampu menyediakan vaksin COVID-19 secara luas pada 2021
"Saya sama-sama optimistis bahwa kita akan mendapatkan solusi tahun depan. Tantangannya sekarang adalah menjangkau skala yang diperlukan," kata CEO GSK, Emma Walmsley, saat acara daring Konfederasi Industri Inggris (CBI) pada Selasa.
GSK memberi kontribusi penyokong tambahan dan ampuh, yang berperan penting dalam banyak vaksin, di sejumlah aliansi pengembangan calon vaksin masa depan COVID-19, yang telah merenggut lebih dari satu juta korban jiwa secara global.
Proyek paling maju dari grup tersebut adalah yang bermitra dengan Sanofi Prancis. Kedua pihak berharap dapat mengantongi persetujuan untuk vaksin mereka tahun depan.
Walmsley menekankan bahwa kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam pengembangan vaksin tidak membahayakan keselamatan sebab uji klinis tidak lebih kecil dari biasanya dan regulator serta perusahaan telah mengambil langkah paralel yang sebelumnya dilakukan secara berurutan.
"Kami mempersingkat waktu, yang dapat menghabiskan 10 tahun menjadi 2 tahun. Namun masyarakat harus merasa sangat yakin bahwa cara kami melakukan itu (karena) tingkat kolaborasi yang berbeda sama sekali dengan regulator," kata CEO.
"Kami mempertaruhkan dana kami, pemerintah mempertaruhkan dana sehingga kami tidak membatasi skala, yang sangat krusial dalam uji coba vaksin," tambahnya.
Sumber: Reuters
Baca juga: Penelitian: Produk semprotan hidung hambat corona
Baca juga: Luhut akan minta tambahan 20 juta dosis vaksin dari UEA
Baca juga: CDC: Saat ini masker lebih efektif cegah COVID-19 dibanding vaksin
"Saya sama-sama optimistis bahwa kita akan mendapatkan solusi tahun depan. Tantangannya sekarang adalah menjangkau skala yang diperlukan," kata CEO GSK, Emma Walmsley, saat acara daring Konfederasi Industri Inggris (CBI) pada Selasa.
GSK memberi kontribusi penyokong tambahan dan ampuh, yang berperan penting dalam banyak vaksin, di sejumlah aliansi pengembangan calon vaksin masa depan COVID-19, yang telah merenggut lebih dari satu juta korban jiwa secara global.
Proyek paling maju dari grup tersebut adalah yang bermitra dengan Sanofi Prancis. Kedua pihak berharap dapat mengantongi persetujuan untuk vaksin mereka tahun depan.
Walmsley menekankan bahwa kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam pengembangan vaksin tidak membahayakan keselamatan sebab uji klinis tidak lebih kecil dari biasanya dan regulator serta perusahaan telah mengambil langkah paralel yang sebelumnya dilakukan secara berurutan.
"Kami mempersingkat waktu, yang dapat menghabiskan 10 tahun menjadi 2 tahun. Namun masyarakat harus merasa sangat yakin bahwa cara kami melakukan itu (karena) tingkat kolaborasi yang berbeda sama sekali dengan regulator," kata CEO.
"Kami mempertaruhkan dana kami, pemerintah mempertaruhkan dana sehingga kami tidak membatasi skala, yang sangat krusial dalam uji coba vaksin," tambahnya.
Sumber: Reuters
Baca juga: Penelitian: Produk semprotan hidung hambat corona
Baca juga: Luhut akan minta tambahan 20 juta dosis vaksin dari UEA
Baca juga: CDC: Saat ini masker lebih efektif cegah COVID-19 dibanding vaksin