Jakarta (ANTARA) - Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan pihaknya melakukan edukasi tentang COVID-19 kepada masyarakat di Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah itu dengan melakukan patroli yang berkeliling di seluruh kota.
"Kami memasifkan patroli untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat dengan melibatkan TNI/Polri dan masyarakat," kata Hendi, panggilan akrabnya, dalam acara bincang-bincang Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 yang dipantau melalui akun Youtube BNPB Indonesia di Jakarta, Kamis.
Hendi mengatakan Pemerintah Kota Semarang tidak memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), tetapi Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) yang merupakan jalan tengah antara aspirasi masyarakat yang menginginkan PSBB dan menolak PSBB.
Penerapan PKM tersebut dapat menekan angka penularan COVID-19 di Kota Semarang. Pada 27 April 2020, terdapat 130 orang yang dinyatakan positif COVID-19. Setelah PKM diberlakukan, angka positif COVID-19 menurun menjadi 47 orang pada 19 Mei 2020 yang merupakan angka terendah di Kota Lumpia itu.
"Namun, mendekati Lebaran situasi berubah drastis. Mungkin orang sudah lupa dengan COVID-19 dan fokus pada persiapan lebaran, sehingga pusat perbelanjaan dan pasar menjadi ramai. Saat itu, angka penderita COVID naik lagi menjadi 78 orang," tuturnya.
Hendi mengatakan PKM di Kota Semarang masih diberlakukan hingga 7 Juni 2020. Untuk mencari sumber COVID-19 agar rantai penularannya bisa diputus, pemerintah kota melakukan tes cepat secara masif di pusat-pusat perbelanjaan, mal, dan pusat-pusat keramaian lainnya.
"Saat ini ada 128 orang yang merupakan warga Kota Semarang maupun luar kota yang dirujuk sebagai pasien COVID-19 di rumah-rumah sakit yang ada di Semarang," katanya.
Hendi mengimbau masyarakat di seluruh Indonesia, khususnya yang ada di Semarang, untuk bisa berkomitmen dan kompak dalam menjalankan protokol kesehatan dalam menghadapi COVID-19.
Menurut Hendi, protokol kesehatan mutlak dijalankan untuk memutus rantai penularan COVID-19. Tenaga media adalah garda terakhir karena penularannya ada di masyarakat.
"Siapa pun itu, baik yang sehat maupun yang terinfeksi, jangan patah arang dan tetap semangat dalam menjalankan protokol kesehatan untuk diri sendiri, keluarga, dan lingkungan," katanya.
Baca juga: Hendi: Tiga pejabat Kota Semarang positif COVID-19
Baca juga: Hendi siap cabut izin usaha yang langgar aturan PKM di Kota Semarang
"Kami memasifkan patroli untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat dengan melibatkan TNI/Polri dan masyarakat," kata Hendi, panggilan akrabnya, dalam acara bincang-bincang Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 yang dipantau melalui akun Youtube BNPB Indonesia di Jakarta, Kamis.
Hendi mengatakan Pemerintah Kota Semarang tidak memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), tetapi Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) yang merupakan jalan tengah antara aspirasi masyarakat yang menginginkan PSBB dan menolak PSBB.
Penerapan PKM tersebut dapat menekan angka penularan COVID-19 di Kota Semarang. Pada 27 April 2020, terdapat 130 orang yang dinyatakan positif COVID-19. Setelah PKM diberlakukan, angka positif COVID-19 menurun menjadi 47 orang pada 19 Mei 2020 yang merupakan angka terendah di Kota Lumpia itu.
"Namun, mendekati Lebaran situasi berubah drastis. Mungkin orang sudah lupa dengan COVID-19 dan fokus pada persiapan lebaran, sehingga pusat perbelanjaan dan pasar menjadi ramai. Saat itu, angka penderita COVID naik lagi menjadi 78 orang," tuturnya.
Hendi mengatakan PKM di Kota Semarang masih diberlakukan hingga 7 Juni 2020. Untuk mencari sumber COVID-19 agar rantai penularannya bisa diputus, pemerintah kota melakukan tes cepat secara masif di pusat-pusat perbelanjaan, mal, dan pusat-pusat keramaian lainnya.
"Saat ini ada 128 orang yang merupakan warga Kota Semarang maupun luar kota yang dirujuk sebagai pasien COVID-19 di rumah-rumah sakit yang ada di Semarang," katanya.
Hendi mengimbau masyarakat di seluruh Indonesia, khususnya yang ada di Semarang, untuk bisa berkomitmen dan kompak dalam menjalankan protokol kesehatan dalam menghadapi COVID-19.
Menurut Hendi, protokol kesehatan mutlak dijalankan untuk memutus rantai penularan COVID-19. Tenaga media adalah garda terakhir karena penularannya ada di masyarakat.
"Siapa pun itu, baik yang sehat maupun yang terinfeksi, jangan patah arang dan tetap semangat dalam menjalankan protokol kesehatan untuk diri sendiri, keluarga, dan lingkungan," katanya.
Baca juga: Hendi: Tiga pejabat Kota Semarang positif COVID-19
Baca juga: Hendi siap cabut izin usaha yang langgar aturan PKM di Kota Semarang