Temanggung (ANTARA) - Bupati Temanggung M. Al Khadziq meminta Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menghentikan bawang putih impor masuk ke Jawa Tengah, karena saat ini petani bawang putih di Temanggung dan beberapa daerah lainnya sedang panen raya.
"Kami minta bawang putih impor tidak masuk Jateng agar bawang putih lokal terserap oleh pasar, di mana Kabupaten Temanggung siap memenuhi kebutuhan konsumsi bawang putih se Jawa Tengah," kata Khadziq di Temanggung, Jumat.
Ia menuturkan harga bawang putih di Temanggung pada masa panen ini jatuh, yang semula harga bawang putih basah Rp10.000-Rp12.000 per kilogram menjadi Rp6.000-Rp8.000 per kilogram sehingga petani terancam merugi.
Baca juga: Harga anjlok, importir diminta beli bawang putih petani Temanggung
"Hari ini Pemkab Temanggung resmi berkirim surat kepada Menko Perekonomian, juga kepada Menteri Pertanian dan Gubernur Jateng, kita menyampaikan kondisi riil petani bawang putih di Kabupaten Temanggung dan kita juga memohon beberapa rekomendasi kepada para menteri dan gubernur tersebut," katanya.
Ia menyebutkan saat ini di Temanggung ada sekitar 2.800 hektare lahan bawang poutih yang sedang dipanen. Lahan bawang putih ini tersebar di lereng Gunung Sumbing, Sindoro, dan lereng Gunung Prahu dengan elevasi ketinggian 500-1.300 meter di atas permukaan laut.
Menurut dia dari 2.800 hekltare lahan tersebut bisa menghasilkan sekitar 24.000 ton bawang putih basah atau setara 12.000 ton bawang putih kering.
Produksi bawang putih di Temanggung dikelompokkan dalam 3 kategori, pertama penanaman bawang putih yang merupakan program APBN Kementerian Pertanian, kemudian penanaman bawang putih kerja sama antara gapoktan atau kelompok tani dengan importir bawang putih dan ketiga penanaman bawang putih mandiri oleh petani.
Ia mengatakan semula produksi bawang putih di Kabupaten Temanggung 60-70 persen untuk melayani benih di seluruh Indonesia.
Namun, karena perubahan Permentan tentang rekomendasi impor produk hortikultura dimana importir tidak wajib tanam untuk mendapatkan rekomendasi impor produk hortikultura (RIPH) tetapi mempunyai utang tanam setelah mendapatkan RIPH. Jumlah utang tanam importir seluas 2.150 hektare atau setara kebutuhan bibit 1.125 ton.
Kemudian program APBN tahun 2020 karena ada pendemi COVID-19 menyebabkan seluruh anggaran APBN dilakukan refokusing sehingga lahan pengembangan bawang putih awalnya 4.050 hektare menjadi 2.000 hektare.
"Melihat kondisi tersebut hasil panen dari petani Temanggung saat ini banyak yang tidak terserap untuk bibit sehingga sisanya masuk pasar konsumsi. Masuknya impor bawang putih bersamaan dengan masa panen bawang putih di Temanggung sehingga harga jatuh," katanya.(LHP)
Baca juga: Tak sesuai harapan, petani Temanggung berharap harga bawang putih membaik
Baca juga: DPR dorong pemerintah setop impor bawang putih
"Kami minta bawang putih impor tidak masuk Jateng agar bawang putih lokal terserap oleh pasar, di mana Kabupaten Temanggung siap memenuhi kebutuhan konsumsi bawang putih se Jawa Tengah," kata Khadziq di Temanggung, Jumat.
Ia menuturkan harga bawang putih di Temanggung pada masa panen ini jatuh, yang semula harga bawang putih basah Rp10.000-Rp12.000 per kilogram menjadi Rp6.000-Rp8.000 per kilogram sehingga petani terancam merugi.
Baca juga: Harga anjlok, importir diminta beli bawang putih petani Temanggung
"Hari ini Pemkab Temanggung resmi berkirim surat kepada Menko Perekonomian, juga kepada Menteri Pertanian dan Gubernur Jateng, kita menyampaikan kondisi riil petani bawang putih di Kabupaten Temanggung dan kita juga memohon beberapa rekomendasi kepada para menteri dan gubernur tersebut," katanya.
Ia menyebutkan saat ini di Temanggung ada sekitar 2.800 hektare lahan bawang poutih yang sedang dipanen. Lahan bawang putih ini tersebar di lereng Gunung Sumbing, Sindoro, dan lereng Gunung Prahu dengan elevasi ketinggian 500-1.300 meter di atas permukaan laut.
Menurut dia dari 2.800 hekltare lahan tersebut bisa menghasilkan sekitar 24.000 ton bawang putih basah atau setara 12.000 ton bawang putih kering.
Produksi bawang putih di Temanggung dikelompokkan dalam 3 kategori, pertama penanaman bawang putih yang merupakan program APBN Kementerian Pertanian, kemudian penanaman bawang putih kerja sama antara gapoktan atau kelompok tani dengan importir bawang putih dan ketiga penanaman bawang putih mandiri oleh petani.
Ia mengatakan semula produksi bawang putih di Kabupaten Temanggung 60-70 persen untuk melayani benih di seluruh Indonesia.
Namun, karena perubahan Permentan tentang rekomendasi impor produk hortikultura dimana importir tidak wajib tanam untuk mendapatkan rekomendasi impor produk hortikultura (RIPH) tetapi mempunyai utang tanam setelah mendapatkan RIPH. Jumlah utang tanam importir seluas 2.150 hektare atau setara kebutuhan bibit 1.125 ton.
Kemudian program APBN tahun 2020 karena ada pendemi COVID-19 menyebabkan seluruh anggaran APBN dilakukan refokusing sehingga lahan pengembangan bawang putih awalnya 4.050 hektare menjadi 2.000 hektare.
"Melihat kondisi tersebut hasil panen dari petani Temanggung saat ini banyak yang tidak terserap untuk bibit sehingga sisanya masuk pasar konsumsi. Masuknya impor bawang putih bersamaan dengan masa panen bawang putih di Temanggung sehingga harga jatuh," katanya.(LHP)
Baca juga: Tak sesuai harapan, petani Temanggung berharap harga bawang putih membaik
Baca juga: DPR dorong pemerintah setop impor bawang putih