Jakarta, ANTARA JATENG - Obesitas lebih lazim terjadi pada pria
mapan ketimbang mereka yang berkantong pas-pasan, tetapi polanya justru
terbalik pada kasus perempuan.
Berdasarkan
hasil studi 864 sampel di kota besar Indonesia, pria obesitas lebih
banyak ditemui di kalangan tingkat ekonomi tinggi. Semakin rendah
tingkat ekonominya, semakin sedikit pula jumlah penderita obesitas.
“Pada
perempuan, justru obesitas banyak terjadi pada mereka yang status
ekonominya rendah,†ungkap peneliti Helda Khusun dari SEAMEO-REFCON
dalam media gathering di Jakarta, Rabu.
Dalam
kategori tingkat ekonomi paling tinggi, jumlah pria dan wanita yang
obesitas serupa, masing-masing 23,5 persen dan 23,2 persen. Namun, pada
tingkat ekonomi lebih rendah, jumlah perempuan obesitas naik jadi 44,3
persen, sementara pria hanya 14,3 persen.
Helda mengemukakan belum ada jawaban pasti di balik fenomena tersebut.
“Ada banyak hipotesis,†kata dia.
Ia menduga ini bisa jadi berhubungan juga dengan kontrasepsi hormonal yang dipakai perempuan.
“Belum tahu apakah itu berasosiasi pada obesitas, sampai saat ini masih dicari,†katanya.
Teori
lainnya adalah mengenai masalah kesehatan masa dewasa yang ditentukan
saat masih berada dalam kandungan. Bila janin tidak dapat asupan gizi
yang cukup selama dalam rahim, hal tersebut mempengaruhi kehidupannya
setelah lahir.
“Orang yang lahir dengan berat
badan rendah punya kecenderungan lebih tinggi memiliki penyakit tidak
menular dan obesitas,†katanya.
Helda meneliti pria dan wanita berusia 18-45 tahun yang tinggal di Jakarta Timur, Bandung, Surabaya, Makassar dan Medan.
Ia
menambahkan faktor risiko obesitas memiliki banyak faktor yang bermuara
pada gaya hidup, yakni asupan makanan dan aktivitas fisik.